Dalam dunia parenting, banyak sekali pola asuh yang bisa diterapkan para orangtua kepada anak. Pada dasarnya, setiap orangtua mempunyai cara masing-masing dalam mendidik anak mereka.
Tapi jangan sampai Mama memilih gaya pengasuhan toksik yang justru dapat merugikan si Kecil. Salah satu gaya pengasuhan sehat yang berorientasi pada kepentingan anak adalah mindful parenting atau gentle parenting.
Berikut Popmama.comsiap mengulas lebih mendalam terkait konsep mindful parenting
1. Pengertian mindful parenting
Popmama.com/Krisnaji Iswandani
Mindful parenting adalah konsep pengasuhan yang mengajak orangtua untuk hadir sepenuhnya dalam setiap momen bersama anak.
Gaya pengasuhan ini tidak hanya bermanfaat bagi kesejahteraan emosional orangtua, tetapi juga berdampak positif pada perkembangan anak ke depannya. Pasalnya, mindful parenting berfokus pada kebutuhan anak, bukan pada keinginan orang tua.
Seringkali, orangtua menginginkan anak mengikuti keinginan mereka tanpa mempertimbangkan apakah anak tersebut benar-benar membutuhkannya atau tertarik pada hal tersebut.
Mindful parenting mengajak Mama dan Papa untuk lebih peka terhadap apa yang diinginkan dan dibutuhkan anak, sehingga tercipta hubungan yang lebih harmonis di antara mereka.
“Gaya pengasuhan mindful parenting itu berorientasi pada anak. Jadi, kita melihat kebutuhan anak, bukan kebutuhan kita sebagai orangtua. Kadang kita sering maunya anak melakukan sesuai keinginan orangtua, padahal kita nggak tau anak butuh atau nggak, minat atau nggak,” kata Vicky Nastasha, Early Childhood Educator and Parenting Consultant di Jerman dalam sesi Popmama Talk edisi Agustus 2024.
2. Manfaat mindful parenting bagi anak
Popmama.com/Krisnaji Iswandani
Gaya pengasuhan ini bisa dikatakan sehat karena orangtua lebih memusatkan perhatian pada perkembangan emosional dan sosial anak. Dengan begitu, manfaatnya adalah anak-anak bisa tumbuh secara mandiri dan emosi stabil.
“Mindful parenting berlaku untuk semua anak tanpa terkecuali, karena ini adalah gaya pengasuhan yang sehat. Kenapa sehat? Karena orangtua lebih memusatkan pada emosi dan sosial anak, yang membuat anak saat dewasa nanti memiliki life skill atau emosional stabil. Manfaatnya, anak bisa menjadi manusia mandiri, memiliki karakter kuat, atau ketangguhan dalam menjalani hidup,” jelas Vicky Nastasha.
Editors' Pick
3. Manfaat mindful parenting bagi orangtua
Pixabay/StockSnap
Mindful parenting menawarkan berbagai manfaat, tidak hanya bagi anak, tetapi juga orangtua. Salah satu manfaat utama yang akan diperoleh orangtua adalah memperkuat hubungan emosional dengan anak.
Selain itu, mindful parenting juga dapat membantu orangtua menjadi lebih sabar, mengurangi tingkat stres, dan meningkatkan kebahagiaan secara keseluruhan.
“Mindful parenting memberikan manfaat bagi orangtua. Hubungan orangtua dan anak jadi kuat, karena di sini nggak ada orangtua yang levelnya lebih atas atau memiliki kekuasaan. Anak dan orangtua berada di level yang sama,” ujar Vicky Nastasha.
Dalam penerapan pola asuh satu ini, orangtua dan anak memiliki level yang setara. Sehingga, tidak ada orangtua yang lebih berkuasa, anak pun akan merasa lebih didengar pendapatnya.
“Jadi,pendapat anak didengar, hak anak juga diberikan, di sini sistemnya mereka (orangtua dan anak) saling berkoneksi. Hal tersebut akan membuat pertumbuhan anak menjadi lebih sehat,” lanjutnya.
4. Mindful parenting cocok diterapkan untuk semua keluarga
Freepik/Lifestylememory
Sebagian dari Mama mungkin akan langsung mempertanyakan, apakah mindful parenting cocok diterapkan pada semua anak? Jawabannya adalah ya, mindful parenting bisa diterapkan pada semua anak tanpa terkecuali.
“Mindful parenting cocok sekali untuk semua tipikal keluarga. Yang membuat orangtua kesulitan menerapkannya itu biasanya karena berpatok pada pola pengasuhan dari generasi sebelumnya. Pola asuh dari orangtua kita itu sudah terbenam dan dijadikan contoh untuk ke anak kita, sebenarnya ini yang salah,” jelas Vicky Nastasha.
Sebagai orangtua, ada kalanya kita secara otomatis mendidik anak menggunakan pola pengasuhan yang diterima sebelumnya. Padahal, belum tentu pola asuh tersebut cocok dan sehat untuk anak kita ke depannya.
“Jika orangtua punya inner child atau trauma masa kecil itu bisa diperbaiki dulu, lalu terapkan gaya parenting yang lebih sehat. Itu memang butuh waktu, tapi perlu diingat kalau menjadi orangtua adalah proses yang tidak ada hentinya,” lanjutnya.
5. Mindful parenting sebaiknya dipelajari orangtua sebelum anak lahir
Freepik/freepic.diller
Untuk menerapkan mindful parenting, ada baiknya Mama sudah mempelajarinya secara lebih mendalam sebelum anak terlahir ke dunia. Selain mempersiapkan mental, Mama dan Papa juga perlu menambah ilmu pengetahuan seputar dunia parenting.
“Sebaiknya gaya parenting ini dipelajari sebelum orangtua memiliki anak. Kalau sudah berencana memiliki anak, itu adalah waktu yang sangat tepat untuk mempersiapkan diri entah itu mental atau pengetahuan,” ujar Vicky Nastasha.
Menjadi orangtua merupakan tugas seumur hidup. Tidak ada salahnya untuk memperkuat ilmu seputar parenting. Sebab, hal tersebut akan menjadi investasi demi membuat anak menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya.
“Menjadi orangtua itu nggak ada buku panduan, jadi kita harus belajar. Itu adalah investasi di masa depan sebagai calon orangtua dan untuk masa depan anak,” jelasnya.
6. Penerapan mindful parenting bisa dilakukan sejak bayi
Freepik/senivpetro
Mama bisa menerapkan mindful parenting sejak anak masih bayi. Mulailah lewat langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan di rumah, seperti menggendong anak dan memeluk anak.
“Mindful parenting bisa diterapkan sedini mungkin dari usia 0-6 melalui physical contact antara orangtua dan anak. Biasanya, ada yang bilang ‘anaknya jangan digendong terus atau dipelukin terus nanti jadi kebiasaan jadi manja’ itu sebenernya gak bener. Nggak ada kalimat ‘anak terlalu dimanjakan’,” ungkap Vicky Nastasha.
“Bayi selama 9 bulan itu tumbuh di dalam perut Mamanya. Sewaktu dia lahir, dia menjadi sendirian, makanya dia butuh seseorang atau sinyal dari orangtua ‘hey kamu nggak sendirian’. Jadi peluk terus anaknya, justru itu akan membantu menguatkan bonding atau bahkan membuat anak merasa lebih aman,” tambahnya.
7. Cara menerapkan mindful parenting
Pexels/ElinaFairytale
Sejatinya mindful parenting menawarkan pola pengasuhan yang dapat membantu orangtua menjalani peran mereka dengan lebih tenang dan penuh perhatian. Penerapan mindful parenting diperlukan usaha dan kesadaran dari pihak orangtua.
Berikut beberapa contoh penerapan mindful parenting dalam kehidupan sehari-hari, di antara lain:
Mendengarkan Secara Aktif: Ketika anak berbicara tentang pengalaman atau perasaan mereka, luangkan waktu untuk mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa tergesa-gesa memberikan nasihat atau solusi. Misalnya, jika anak mengeluh tentang masalah di sekolah, dengarkan dengan empati dan berikan perhatian penuh tanpa langsung menawarkan solusi atau menyela.
Mengatur Reaksi Emosional: Jika anak melakukan sesuatu yang memicu kemarahan atau frustrasi, ambil napas dalam-dalam dan beri diri waktu sebelum merespons. Ini membantu Mama merespons dengan lebih tenang dan rasional. Hal tersebut juga dapat menjadi yang baik bagi anak tentang bagaimana mengelola emosi.
Memberikan Perhatian Penuh saat Bersama Anak: Saat Mama menghabiskan waktu bersama anak, seperti saat bermain atau makan, pastikan untuk mematikan perangkat elektronik dan fokus sepenuhnya pada anak. Ini menunjukkan bahwa Mama menghargai waktu bersama dan membantu memperkuat hubungan emosional.
Menerima Perasaan Anak Tanpa Penilaian: Jika anak merasa marah, sedih, atau frustrasi, terima perasaan mereka tanpa menghakimi atau meremehkan. Misalnya, jika anak menangis karena tidak bisa bermain di luar, katakan, “Mama mengerti kamu merasa sangat sedih karena tidak bisa bermain sekarang. Ini memang sulit.”
Mengajarkan Kesadaran Diri: Libatkan anak dalam latihan mindfulness yang sederhana, seperti meditasi atau tarik napas dalam-dalam. Hal itu membantu si Kecil belajar mengelola stres dan emosi mereka sendiri. Misalnya, Mama bisa mengajarkan anak teknik pernapasan dalam dengan cara yang menyenangkan, seperti menggunakan permainan atau cerita.
Menetapkan Batasan dengan Empati: Ketika menetapkan batasan atau aturan, lakukan dengan empati dan jelas. Misalnya, jika anak tidak boleh menonton televisi lebih dari satu jam, jelaskan alasan di balik aturan tersebut dengan lembut dan berikan alternatif kegiatan yang bisa mereka lakukan.
Memprioritaskan Kualitas Waktu: Fokus pada kegiatan yang memperkuat hubungan, seperti membaca buku bersama, melakukan proyek seni, atau berjalan-jalan di taman. Ini membantu membangun kedekatan serta memberikan pengalaman positif yang bermanfaat bagi perkembangan anak.
Itu dia penjelasan mengenai mindful parenting. Dengan menerapkan prinsip-prinsip gaya pengasuhan ini, Mama dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional serta sosial anak.