Perlukah Mendidik Anak untuk Menyebut Alat Kelaminnya dengan Benar?
Temukan 3 alasan penting mengapa Mama harus mengenalkan nama alat kelamin anak dengan benar!
22 Januari 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak orangtua yang merasa risih atau tabu membicarakan organ reproduksi seperti alat kelamin kepada anak.
Ketika anak menanyakan tentang alat kelaminnya, orangtua biasanya akan menggunakan istilah lain untuk menamakan alat kelamin anak.
Pada anak laki-laki misalnya, penis disebut "burung". Akhirnya anak akan mengenal alat kelaminnya itu bernama burung.
Nama lain untuk alat kelamin mungkin dianggap orangtua agar lebih sopan untuk diucapkan, padahal tidak juga.
Lalu, sebaiknya bagaimana cara yang tepat mengajari anak untuk menyebut alat kelaminnya dengan benar?
Dilansir dari huffpost.com, berikut Popmama.com telah merangkum panduan dan tipsnya dari para ahli mengenai hal tersebut.
Editors' Pick
1. Gunakan sebutan yang tepat untuk menjelaskan alat kelamin
"Bagian tubuh adalah bagian tubuh," jelas pendidik seks, Lydia M. Bowers.
Ia menekankan bahwa penis dan vagina bukanlah kata-kata buruk. Orangtua harus merasa nyaman untuk menggunakan istilah-istilah ini kepada anak-anak.
"Gunakanlah istilah yang akurat untuk penis, vagina dan anus seperti bagian tubuh lainnya yakni siku, lutut dan hidung," jelas pendidik seks lainnya, Carnagey.
Ada beberapa alasan mengapa anak-anak harus mempelajari istilah yang tepat untuk bagian pribadi mereka.
Salah satunya adalah untuk membantu anak-anak memahami dengan jelas mengenai tubuh mereka.
Hal ini penting dalam konteks memberi tahu dokter atau perawat jika alat kelaminnya terasa menyakitkan atau gatal.
"Menggunakan istilah yang akurat juga lebih baik untuk mempersiapkan mereka agar dapat berbicara dengan percaya diri tentang perubahan yang mungkin mereka alami pada tubuh mereka saat mereka tumbuh," tambah Carnagey.
"Ketika orangtua menghindari penggunaan kata-kata tersebut, sama saja orangtua menanamkan rasa malu kepada anak. Bagian pribadinya bukanlah sesuatu yang harus dihindari atau disembunyikan," tutur Bowers.
Ia juga menambahkan bahwa menggunakan istilah yang benar berguna untuk mengajarkan anak agar bisa menjaga organ intim mereka tetap bersih dan sehat.
2. Hindari kata pengganti
Meskipun tergoda untuk menggunakan eufemisme dan bahasa pengganti lainnya ketika berbicara dengan anak kecil tentang tubuh mereka, namun ternyata hal ini dapat menyebabkan masalah.
“Jika Mama tidak mengajarkan nama alat kelaminnya dengan benar, maka hal ini bisa berisiko karena dapat menyebabkan anak disalahpahami oleh orang lain, terutama jika mereka telah mengalami sentuhan yang tidak nyaman ke bagian tubuh mereka dan perlu melaporkannya,” jelas Carnagey.
Anak-anak harus dapat mengidentifikasi bagian tubuh sebagai bagian pribadi dan menamainya dengan benar, sehingga mereka dapat berkomunikasi jika mereka disentuh secara tidak tepat.
"Jika orangtua menggunakan kata pengganti karena malu untuk mengatakan istilah yang sebenarnya, maka sama saja orangtua telah memberikan gagasan kepada anak bahwa beberapa bagian tubuhnya itu kotor, buruk dan memalukan," tambah Carnagey lagi.