Waspada! 6 Gangguan Ini Dapat Menghambat Perkembangan Anak
Gerak-gerik mencurigakan pada anak bisa saja menjadi salah satu tanda gangguan perkembangan
21 Juli 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua pasti mengharapkan anaknya dapat lahir dan tumbuh dengan sempurna tanpa ada kurang satu apapun.
Meskipun memang terlahir normal, namun beberapa anak bisa saja mengalami gangguan perkembangan yang hanya bisa di deteksi sejak ia sudah mulai bisa berinteraksi, yaitu sekitar usia 4-5 tahun.
Jika pada usia tersebut si Kecil dapat berinteraksi dengan orang lain, maka bisa dipastikan ia normal dan tidak memiliki gangguan perkembangan.
Namun sebaliknya, jika ia memiliki kesulitan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, maka Mama patut mencurigai hal tersebut.
Pasalnya, jika dibiarkan begitu saja maka perkembangan si Kecil nantinya akan berjalan sangat lamban.
Mengetahui hal tersebut, sudah seharusnya Mama memberikan perhatian lebih pada mereka dengan cara menyekolahkan si Kecil di sekolah khusus.
Melalui sekolah tersebut, maka nantinya ia akan dibimbing untuk dapat berkembang sesuai dengan usianya.
Mengingat pentingnya mengenal gangguan perkembangan anak, berikut Popmama.com telah merangkum 6 gangguan yang perlu Mama waspadai!
1. Autisme
Gangguan spektrum autisme (GSA) adalah kelainan otak yang berdampak pada kemampuan komunikasi dan interaksi sosial anak.
Gejala autisme biasanya muncul di awal masa kanak-kanak.
Para penderita GSA tidak mampu mengembangkan hubungan emosional dengan orang lain di sekitar mereka.
Tak hanya itu, anak penderita autisme juga memiliki kemampuan yang lemah untuk mengekspresikan diri sendiri dalam percakapan.
Anak-anak penderita gangguan spektrum autisme pun memiliki kemampuan komunikasi nonverbal yang lemah, seperti gestur, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata.
Karenanya, mereka kesulitan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan mereka dengan orang lain.
Maka dari itu, mereka akan mengalami kesulitan dalam menjalin pertemanan, karena mereka tidak mampu memahami perasaan dan kebutuhan orang lain.
Perilaku para penderita autisme juga sedikit lebih unik dari anak-anak pada umumnya.
Mereka cenderung melakukan gerakan berulang seperti berputar-putar, mengayunkan tubuh, atau membenturkan kepala.
Selain itu, kelima indra pengidap autisme biasanya lebih sensitif.
Mereka mungkin tidak kuat melihat cahaya silau, suara yang terlalu bising, sentuhan yang kasar, bau yang menyengat, atau rasa makanan yang terlalu tajam.
Penyebab terjadinya hal tersebut hingga kini belum dapat ditentukan dengan pasti, namun keturunan autisme dalam keluarga, masalah otak, jenis kelamin anak, atau usia orangtua ketika anak lahir dapat memicu munculnya autisme.
2. Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah salah satu gangguan pada anak yang sifatnya kronis dan paling sering terjadi.
Memiliki ADHD berarti otak tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Gangguan ini biasanya muncul selama masa kanak-kanak dan bertahan hingga masa dewasa.
Pada beberapa anak, gejala bisa tampak di usia 3-4 tahun. Anak-anak penderita ADHD akan menunjukkan tanda-tanda seperti terlalu banyak bicara, sulit untuk mengatur aktivitas, sulit untuk tetap fokus, lupa untuk melakukan hal-hal tertentu, tidak sabar menunggu gilirannya, sering melamun,
sering kehilangan barang, berlarian di saat yang tidak tepat, lebih suka menyendiri, sulit diberi tahu atau mengikuti arahan dari orang lain, sulit untuk bermain dengan tenang.
Penyebab ADHD sendiri pun bermacam-macam, mulai dari cedera otak, keturunan, berat lahir yang ringan, penggunaan alkohol dan kebiasaan merokok selama kehamilan, kelahiran prematur, dan paparan terhadap polusi atau zat-zat berbahaya saat hamil dapat memicu ADHD pada anak.