Di luar sana, masih banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan kekerasan emosional terhadap anak mereka. Kekerasan emosional adalah bentuk perlakuan yang menyebabkan kerusakan psikologis atau emosional pada anak.
Kekerasan ini bisa berupa tindakan verbal, non-verbal, atau perilaku yang mengabaikan kebutuhan emosional anak. Contoh tindakan verbal seperti menghina, mengejek, atau mengancam anak. Sementara non-verbal meliputi memberikan tatapan menakutkan, atau melakukan gestur yang membuat anak merasa tidak aman.
Semua bentuk kekerasan ini dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada kesehatan mental dan emosional anak lho, Ma.
Kalau Mama pernah ngelakuin hal-hal yang udah Popmama.com jelaskan, yuk baca penjelasan selengkapnya. Mama perlu tahu apa saja jenis-jenis kekerasan psikologis pada si Kecil yang wajib Mama hindari.
1. Bersikap tidak peduli
Freepik/master1305
Hubungan yang erat antara orang tua dan anak merupakan faktor penting dalam mendukung perkembangan emosional anak. Namun, tidak semua hubungan orang tua dan anak berjalan lancar.
Terkadang, beberapa tindakan, baik disengaja maupun tidak disengaja dari orang tua, dapat menyebabkan anak merasa tidak nyaman secara emosional, termasuk merasa diabaikan.
Pada kasus orangtua yang terlalu sibuk bekerja misalnya, mereka jarang melakukan interaksi dengan si Kecil. Tanpa disadari, orangtua mungkin mulai mengabaikan dan menolak kehadiran si Kecil.
Anak yang sering kali ditolak atau diabaikan oleh orang tua cenderung memiliki rendahnya harga diri. Mereka mungkin merasa tidak diinginkan atau tidak berharga, yang dapat mengganggu perkembangan percaya diri mereka.
Salah satu contoh sikap orangtua yang dapat membuat anak merasa terabaikan adalah saat si Kecil memberikan minuman atau makanan kepada orang tua mereka, atau memberikan barang, namun tidak mendapatkan tanggapan atau ucapan terima kasih.
Contoh lainnya, saat si Kecil memberikan pertanyaan, orang tua tidak menjawab dan mengabaikannya. Hal ini membuat anak merasa tidak penting dan tidak dihargai. Ketika anak mencoba berbicara atau menunjukkan sesuatu yang penting bagi mereka, namun orang tua tidak memberikan perhatian atau respons, anak akan merasa kesepian dan terabaikan.
Sikap seperti ini dapat mengganggu perkembangan emosional anak, menyebabkan mereka merasa rendah diri dan tidak percaya diri dalam mengungkapkan perasaan atau pendapat mereka.
Editors' Pick
2. Menjauhkan anak dari lingkungannya
Freepik/master1305
Jenis kekerasan emosional selanjutnya adalah melarang si Kecil untuk bermain bersama teman-teman dan mengenal lingkungan sekitarnya. Meskipun terlihat sepele, tindakan ini bisa merusak sisi emosial si Kecil yang berdampak untuk kehidupannya di masa depan.
Hal sederhana yang biasa orangtua lainnya adalah terlalu mengendalikan setiap aspek kehidupan anak, termasuk memilih siapa yang boleh menjadi teman mereka, aktivitas apa yang boleh dilakukan, dan kapan mereka boleh keluar rumah.
Tindakan tersebut akan membuat si Kecil merasa tidak memiliki kebebasan dan kehilangan kesempatan untuk belajar membuat keputusan sendiri.
Contoh lainnya, ketika si Kecil melakukan kesalahan, orangtua sering melakukan isolasi sebagai bentuk hukuman, seperti mengurung anak di kamar mereka atau tidak mengizinkan mereka berinteraksi dengan orang lain.
Padahal, hukuman ini dapat menyebabkan trauma emosional dan memperburuk perasaan kesepian dan penolakan pada anak lho.
3. Menolak kehadiran anak
Freepik/karlyukav
Tindakan penolakan yang biasa dilakukan orangtua adalah meremehkan perasaan si Kecil. Orang tua tidak mengakui atau menghargai perasaan anak, membuat anak merasa tidak penting. Misalnya, saat si Kecil menangis karena mainannya rusak, dan orangtua malah berkata, "ini kan cuma mainan aja, jangan lebay!".
Ketika si Kecil memberikan pendapat atau ide, tetapi orang tua langsung menolaknya tanpa mempertimbangkan, itu juga termasuk dari tindakan penolakan.
Anak yang sering merasa ditolak oleh orang tua cenderung memiliki persepsi negatif tentang diri mereka sendiri.
Mereka mungkin merasa tidak berharga atau tidak cukup baik, yang dapat mempengaruhi keyakinan mereka dalam kemampuan diri sendiri. Penolakan yang dilakukan berulang kali dapat menyebabkan si kecil mengalami stres secara emosional lho.
Dampaknya si Kecil dapat mengalami kecemasan, depresi, atau perasaan putus asa. Mereka mungkin merasa tidak dicintai atau tidak diinginkan.
4. Meneror anak
Freepik/master1305
Meneror anak yang dimaksudkan di sini adalah tindakan-tindakan berupa ancaman, teriakan dan kutukan kepada anak.
Contoh tindakan ancaman yang dimaksud adalah saat orangtua mengatakan kepada anak bahwa mereka akan dihukum secara fisik atau akan kehilangan sesuatu yang berharga jika tidak mematuhi perintah.
Misalnya seperti, "kalau kamu nakal lagi, ibu akan membuang kamu" atau "kalau kamu gak nurut, nanti maknanya akan ayah buang".
Tindakan ancaman ini bisa menimbulkan rasa takut yang mendalam pada anak, membuat mereka merasa tidak aman dan cemas.
Tindakan teror lainnya, bisa berupa berteriak atau mengomel dengan nada keras dan marah ketika si Kecil melakukan kesalahan atau tidak memenuhi harapan orangtua.
Hal ini bisa menyebabkan anak merasa terintimidasi, tertekan, dan tidak dihargai. Ini juga dapat merusak hubungan antara anak dan orang tua, membuat anak enggan berkomunikasi.
Penting bagi orangtua untuk menyadari dampak negatif dari tindakan meneror dan berusaha untuk menggunakan pendekatan yang lebih positif dalam mendidik anak.
Lebih baik, Mama bisa menggunakan nada bicara yang tenang dan lembut ketika berkomunikasi dengan anak, bahkan ketika mereka melakukan kesalahan dan menghindari penggunaan ancaman atau hukuman fisik sebagai metode disiplin, dan menggunakan pendekatan disiplin yang lebih positif dan efektif.
5. Menghina anak dengan kata-kata kasar
Freepik/peoplecreations
Tindakan penghinaan ini adalah menggunakan kata-kata kasar, menghina, atau merendahkan anak dengan kata-kata seperti "bodoh", "tidak berguna", atau menyebutkan kelemahan fisik atau mentalnya. Kalau mama pernah melakukan ini, sebaiknya Mama meminta maaf padanya sekarang juga.
Pasalnya, anak bisa mengingat perkataan jelek dari orangtuanya hingga dewasa. Kata-kata yang diucapkan oleh orangtua memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi diri dan kepercayaan diri anak.
Perkataan yang kasar, menghina, atau merendahkan bisa meninggalkan bekas yang dalam dalam pikiran dan perasaan anak.
Ini bisa mempengaruhi cara anak melihat diri mereka sendiri, hubungan mereka dengan orang lain, dan bahkan kepercayaan mereka terhadap orangtua atau otoritas lainnya.
Jika anak terus-menerus diperlakukan dengan kata-kata yang merendahkan, mereka mungkin tumbuh dengan rasa rendah diri, kekurangan percaya diri, atau bahkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi.
Jadi, sangat penting bagi orangtua untuk memperhatikan bagaimana mereka berbicara dengan anak-anak mereka dan berusaha untuk memberikan dukungan, dorongan, dan komunikasi yang positif.
Mendengarkan dan memahami perasaan anak juga penting untuk membangun hubungan yang sehat dan memastikan bahwa kata-kata yang diucapkan oleh orangtua memiliki dampak positif dalam perkembangan anak.
Yuk, Ma, mulai sekarang tinggalkan semua bentuk kekerasan psikologis ini agar si Kecil bisa tumbuh dan berkembang dengan lebih baik secara emosional.