Anak Tidak Pandai Matematika? Kenali 30 Tanda Diskalkulia
Perlu diwaspadai nih, Ma
20 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika nilai matematika anak kurang memuaskan, banyak orangtua yang langsung melabeli anaknya tidak pintar.
Padahal, kecerdasan anak tidak bisa dilihat dari satu bidang saja lho, Ma.
Selain itu, kemungkinan lain anak kurang cemerlang di pelajaran matematika adalah diskalkulia.
Menurut Dr. Achyar, M.Pd, dalam tulisannya untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, diskalkulia adalah kesulitan belajar dalam memahami matematika (termasuk tentang simbol-simbol matematika).
“Anak berkesulitan belajar Matematika bukan tidak mampu belajar, tetapi mengalami kesulitan tertentu yang menjadikannya tidak siap belajar,” tulis Dr. Achyar.
Ia juga menuliskan kalau anak dengan gangguan diskalkulia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka dalam membaca, imajinasi, mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam memahami soal-soal cerita.
Mengutip Verywell Family, diskalkulia ini tak hanya dialami oleh anak saja, namun juga oleh remaja lho, Ma.
Untuk itu, mari kenali tanda-tanda diskalkulia pada anak usia prasekolah, SD, SMP, dan SMA di bawah ini ya, Ma.
Anak usia prasekolah
- Kesulitan mengingat alamat atau nomor telepon.
- Tidak bisa menghubungkan jumlah dengan nama benda. Misalnya, Mama meminta anak 4 tahun mengambil 3 sendok dan menaruhnya di meja. Namun anak justru mengambil sebanyak mungkin sendok yang bisa ia ambil.
- Kesulitan mengerti panjangnya waktu. Misalnya, anak mengeluh sudah duduk menunggu selama berjam-jam, padahal mereka baru duduk 10 menit.
- Anak kesulitan diminta mengantre, karena mereka kesulitan mengerti panjangnya waktu.
- Butuh waktu lebih lama untuk belajar menghitung 1-10, dibanding anak lain seusianya.
- Kesulitan melakukan aktivitas yang harus menyortir. Misalnya, anak sulit menyortir mainan berdasakan warna, bentuk, atau jenisnya.
Editors' Pick
Anak usia SD
- Tidak suka permainan yang dasarnya angka atau hitung-hitungan, seperti Monopoli atau permainan kartu lainnya.
- Butuh waktu sangat lama untuk mengerjakan PR matematika atau pelajaran lainnya yang memiliki dasar angka.
- Kesulitan membuat tulisan tangan.
- Masih kesulitan dengan arahan dasar, seperti kesulitan membedakan kanan dan kiri.
- Tidak bisa membaca jam analog.
- Sulit mengerti sebutan besara, seperti “lebih besar dari” atau “kurang dari.”
- Kesulitan mengerti fakta dasar matematika.
- Di bidang angka, ia jauh ketinggalan dibanding teman-teman seusianya.
Anak usia SMP
- Kesulitan mengingat skor pertandingan.
- Sulit mengerti konsep seberapa banyak waktu yang telah berlalu.
- Kesulitan mengikuti permainan yang membutuhkan hitung-hitungan dan matematika.
- Menghabiskan waktu yang sangat amat lama untuk mengerjakan PR matematika, dan PR lain yang membutuhkan kemampuan berhitung, mengenali arah, estimasi, atau mengukur.
- Bermasalah dengan menyusun kata-kata.
- Masih kesulitan untuk memahami ilmu dasar matematika, seperti pengurangan, perkalian, pembagian, penambahan.
- Ketika mulai bisa memahami ilmu dasar matematika, ia bisa lupa dengan cepat.
- Kesulitan menemukan pola matematika.
Remaja SMA
- Kesulitan mengenali jam malam, atau hal lainnya yang berkenaan dengan waktu.
- Tidak bisa mengatur anggaran atau hal lain tentang uang.
- Masih butuh bantuan untuk menghitung uang jajan yang ia miliki.
- Kesulitan memperkirakan berapa lama yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah aktivitas.
- Di kehidupan sehari-hari, ia menghindari pertanyaan yang memiliki dasar matematika.
- Sering terlambat masuk kelas.
- Sulit mengingat kelas dan jam berapa ia harus masuk ke kelas tersebut.
- Masih memerlukan kalkulator untuk hitungan paling sederhana sekalipun.
Maka ketika nilai matematika anak kurang baik, jangan langsung disebut tidak pandai ya, Ma.
Baca juga:
- Waspada Disgrafia! Kenali 6 Gejala Gangguan Belajar Ini
- Manfaat Belajar Bahasa Pemrograman untuk Anak-Anak
- Asah Kreativitas Anak, Belajar Membuat Film Dokumenter saat Pandemi