Waspada Disgrafia! Kenali 6 Gejala Gangguan Belajar Ini
Cermati sejak dini ya, Ma
9 November 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama mungkin sudah sering mendengar tentang gangguan belajar yang sering terjadi pada anak usia sekolah.
Jika Mama merasa si Kecil juga bermasalah dengan gangguan belajar, maka jangan panik dulu karena Mama tidak sendiri.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sekitar 5 sampai 10 persen anak di dunia mengalami gangguan belajar. Wah, persentase yang cukup besar ya, Ma.
Apa sih sebenarnya gangguan belajar itu? Menurut tulisan dr. Amanda Soebadi, SpA(K), dokter spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, gangguan belajar adalah segolongan gangguan yang menyebabkan anak sulit menguasi keterampilan tertentu, atau menyelesaikan tugas tertentu, jika ia belajar dengan cara konvensional.
Menurut dr. Amanda, penyebab gangguan tersebut belum diketahui secara pasti, namun diduga terdapat faktor yang memengaruhi kemampuan otak anak dalam menerima dan memproses informasi.
Bentuk gangguan belajar ini cukup beragam, salah satunya adalah disgrafia.
Ya, gangguan belajar yang satu ini memang belum umum didengar, tidak seperti disleksia yang kini sudah lebih diwaspadai para orangtua.
Untuk meningkatkan kewaspadaan Mama akan disgrafia, maka sebaiknya Mama mengetahui beberapa informasi penting seputar gangguan belajar yang satu ini. Read on, Ma!
Editors' Pick
Gangguan menulis
Sedikit berbeda dengan disleksia (kesulitan membaca), disgrafia adalah kesulitan berekspresi dalam bentuk tulisan.
Menurut dr. Amanda, anak yang mengalami disgrafia juga kesulitan membuat tulisan tangan, mengeja, dan mengorganisasikan pikiran.
Perlu Mama ketahui, kalau disgrafia adalah gangguan belajar yang berasal dari otak anak, bukan karena si Kecil malas belajar.
Bagi anak biasa, sekadar memegang pensil dan menulis sebuah huruf mungkin bukan hal yang sulit.
Namun bagi anak dengan disgrafia, hal itu sangat sulit dilakukan.
Ia harus berusaha keras hanya untuk menulis beberapa huruf, dan hasilnya pun sangat berantakan.
Gejala disgrafia
Menurut situs Understood.org, gejala disgrafia dibagi menjadi 6 kategori, yaitu visual-spasial, motorik halus, pengolahan bahasa, menulis dan mengeja, tata bahasa, dan organisasi bahasa.
Untuk lebih jelasnya, beberapa gejala disgrafia pada anak adalah:
1. Gangguan Visual-spasial
- Kesulitan mengenali bentuk dan spasi antar huruf,
- Kesulitan mengelompokkan huruf dari kiri ke kanan,
- Kesulitan menulis dalam garis dan batas,
- Kesulitan membaca peta, gambar, atau menggambar ulang bentuk,
- Sangat lamban dalam menulis ulang.
2. Gangguan motorik halus
- Kesulitan memegang pensil dengan benar, menjiplak, memotong makanan, mengikat tali sepatu, bermain puzzle, dan mengetik,
- Tidak bisa menggunakan gunting,
- Tidak bisa mewarnai di dalam garis dengan rapi,
- Saat menulis, anak memegang pergelangan tangan, tubuh, atau kertas dengan posisi yang aneh.
3. Gangguan pengolahan bahasa
- Kesulitan menuangkan ide dalam kertas dengan cepat,
- Kesulitan memahami peraturan permainan,
- Kesulitan mengikuti arahan.
4. Gangguan mengeja dan menulis
- Kesulitan memahami peraturan mengeja,
- Kesulitan mengetahui ada kata yang salah eja,
- Bisa menyebutkan ejaan dengan benar, namun salah saat ditulis,
- Sering salah mengeja kata,
- Tidak bisa mengenali mana kata yang ejaannya benar,
- Sulit membedakan huruf besar dan huruf kecil,
- Sulit membedakan huruf dan tanda baca,
- Kesulitan membaca tulisannya sendiri,
- Menghindari kegiatan tulis menulis,
- Mudah lelah atau kram saat menulis,
- Sering sekali menghapus tulisannya.
5. Gangguan tata bahasa
- Tidak tahu cara pakai tanda baca,
- Terlalu sering menggunakan koma dan bingung menggunakan kata kerja,
- Tidak memulai kalimat dengan huruf besar,
- Tidak menulis dengan kalimat lengkap,
- Lebih sering menulis dalam bentuk poin demi poin,
- Menulis kalimat yang sangat panjang.
6. Gangguan organisasi bahasa
- Kesulitan menceritakan sebuah kisah,
- Sering mengawali cerita dari tengah,
- Tidak memberikan fakta dan detil penting,
- Memberikan terlalu banyak informasi saat bercerita,
- Berasumsi orang lain selalu mengetahui apa yang ia bicarakan,
- Menulis kalimat yang lompat-lompat atau tidak urut,
- Lebih baik mengutarakan ide jika dibicarakan, bukan ditulis.