10 Langkah Menyampaikan Berita Kematian pada Anak
Ini membantu anak menghadapi rasa duka
22 November 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menyampaikan berita kematian pada anak memang bukan hal yang mudah.
Entah kematian orang-orang terdekat atau kematian hewan peliharaan anak, itu semua memberikan duka yang mendalam baginya.
Siapa bilang anak-anak lebih mudah menerima berita duka?
Sama halnya dengan orang dewasa, anak juga bisa merasa sangat terpukul, kehilangan, dan berduka.
Berita kematian bahkan terasa lebih kompleks bagi anak-anak, karena mereka belum mengerti dengan baik konsep kematian itu sendiri.
Untuk itu, orangtua perlu membantu anak untuk menghadapi situasi yang sulit ini, dengan menyampaikan berita buruk tersebut dengan baik dan benar.
Hampir semua orangtua tidak mahir dalam membicarakan kematian, karena topik ini terlalu menyedihkan untuk dibahas.
Terlebih, kematian bisa terjadi kapan saja dan sangat mendadak.
Walau berat, namun ternyata cara menyampaikan berita duka yang tepat ke anak dapat membantunya lebih menerima momen sulit ini.
Untuk itu, mari ketahui hal apa saja yang sebaiknya Mama lakukan dalam menyampaikan berita kematian pada anak, dan hal apa saja yang sebaiknya tidak Mama lakukan.
Dilansir dari Psychology Today, simak daftar dos and donts dari Deborah Serani, Psy.D, psikolog dan psikoanalis.
Editors' Pick
Saat Baru Menerima Kabar Duka
- Katakan dengan jujur apa yang terjadi, segera. Fakta tersebut memberikan penjelasan tentang kenapa Mama menangis. Perlu Mama ketahui, menjadi orangtua yang terbuka dapat membuat anak lebih mengerti cara menghadapi berita kematian.
- Bersiaplah menghadapi berbagai rasa respons anak. Sebelum menyampaikan ini pada si Kecil, Mama harus sadar kalau ini adalah topik yang mungkin membuatnya sedih atau mungkin justru marah. Apapun reaksinya, terimalah reaksi tersebut.
- Gunakan istilah wafat atau meninggal. Banyak orangtua yang merasa istilah wafat, meninggal, mati, adalah kata yang tabu untuk diucapkan. Untuk itu, mereka lebih sering menggunakan istilah pergi, berpulang, atau tidur untuk menggantikan kata yang sebenarnya. Menurut sebuah penelitian, menggunakan kata yang sebenarnya dapat membantu anak lebih mudah menerima proses berduka yang ia rasakan.
Sebelum Pemakaman
- Berikan informasi sedikit demi sedikit. Informasi utamanya adalah memberi tahu kabar duka. Namun biarlah informasi lainnya diketahui anak sedikit demi sedikit berdasarkan pertanyaan anak. Terlalu banyak informasi yang membuatnya terkejut dan sedih, mungkin akan membuatnya semakin berduka.
- Jika tidak tahu, bilang tidak tahu. Anak memang kritis, terutama ketika ia sedih dan bingung. Ketika anak bingung kenapa orang tercintanya bisa meninggal secepat itu, anak mungkin akan melontarkan banyak pertanyaan pada Mama. Jika Mama tidak tahu jawabannya, lebih baik bilang tidak tahu daripada mengarang cerita yang hanya membohonginya. “Kenapa Kakek bisa meninggal?” “Kenapa Spike lari ke jalan sampai tertabrak mobil?” “Kenapa Tante Rina pingsan di kuburan?” atau banyak lagi pertanyaan lainnya.
- Menangislah. Jika anak menangis, biarkanlah. Jangan pernah bilang jangan menangis, karena ini adalah respons alami. Jika Mama juga merasa sedih, menangislah. Jangan malu untuk menangis bersama si Kecil. Menangis sehat bagi tubuh, dan membantu menyembuhkan duka.
- Persiapkan anak tentang apa yang akan ia lihat di rumah duka. Ketika menyampaikan berita kematian di rumah, banyak anak yang reaksinya cukup santai. Namun ketika melihat langsung orang tercintanya sudah meninggal, ia mendadak histeris. Untuk itu, anak harus tahu apa yang akan ia lihat di rumah duka. Mungkin kakek akan dibungkus kain kafan, dimasukkan ke mobil jenazah, dan akan dimakamkan jam 10.00. Informasi seperti itu akan membuatnya lebih siap menghadapi kematian orang terdekat.
Di Pemakaman
- Biarkan anak berpartisipasi di ritual kematian. Biarkan ia ikut terlibat dalam prosesi mengurus jenazah. Mungkin ikut memesan peti, mempersiapkan prosesi memandikan jenazah, atau hal lainnya. Ini membantunya memiliki naluri untuk mengontrol diri saat kehilangan orang yang membuatnya trauma.
- Biarkan ia berduka dengan caranya sendiri. Dalam menghadapi kematian, ada anak yang tidak ingin diajak bicara, namun ada juga yang ingin selalu ditemani. Semua itu alami, dan tidak ada aturan cara yang benar atau salah dalam menghadapi duka. Biarkan ia berduka dengan caranya sendiri, Ma.
- Bicara hati ke hati, sesering mungkin. Duka adalah sebuah proses, yang bagi beberapa anak bisa menjadi proses panjang. Maka kapanpun anak terlihat kangen dengan yang telah tiada, jangan ragu untuk mengajaknya bicara dari hati ke hati. Saling menguatkan itu penting!