5 Masalah Kesehatan Mata yang Sering Terjadi pada Anak
Penting untuk diwaspadai nih, Ma
18 Desember 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat baru lahir, penglihatan bayi memang belum sempurna, namun perlahan ini akan semakin baik hingga anak bisa melihat dengan jelas dan sempurna.
Walau begitu, ada beberapa masalah penglihatan yang sering terjadi pada anak, baik usia bayi hingga usia sekolah.
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), ada beberapa jenis masalah dan penyakit yang memengaruhi kemampuan si Kecil dalam melihat dengan jelas.
Kalau sudah bermasalah dengan penglihatan, orangtua tentu sangat khawatir ya, karena ini pasti akan memengaruhi kemampuan anak dalam belajar.
Untuk itu, Mama perlu mewaspadai beberapa masalah kesehatan mata yang sering terjadi pada anak berikut ini.
Apa saja? Simak penjelasannya di bawah ini yuk, Ma.
1. Astigmatisma
Menurut AAP, astigmatism adalah bentuk kornea yang tidak beraturan, sehingga menyebabkan penglihatan anak tidak sempurna.
Dalam bahasa awam, astigmatisma lebih sering disebut mata silinder yang menyebabkan pandangan kabur. Ini sangat mengganggu penglihatan anak, baik dalam melihat jarak jauh maupun jarak dekat.
Astigmatisma ini bisa terjadi bersamaan dengan hyperopia (rabun dekat) atau myopia (rabun jauh), dan bisa diderita oleh anak semua usia, termasuk bayi baru lahir.
Mengutip Alodokter, beberapa gejala astigmatisma adalah:
-Sulit melihat garis lurus hingga tampak miring,
-Pandangan samar atau tidak fokus,
-Sulit melihat di malam hari,
-Mata sering tegang dan mudah lelah,
-Sering memicingkan mata saat melihat sesuatu,
-Sensitif terhadap sorotan cahaya (fotofobia),
-Kesulitan membedakan warna yang mirip,
-Penglihatan ganda (pada kasus astigmatisma yang parah),
-Pusing atau sakit kepala.
Editors' Pick
2. Ambliopia
Dalam bahasa awam, ambliopia lebih dikenal dengan istilah lazy eye atau mata malas.
Mengutip laman Jakarta Eye Center, ambliopia adalah gangguan mata berupa penurunan tajam penglihatan akibat adanya gangguan perkembangan penglihatan selama masa kanak-kanak.
Mata malas ini bisa terjadi pada kedua mata, namun biasanya hanya terjadi pada salah satu mata saja. Perlu Mama ketahui, ambliopia ini merupakan penyebab penurunan penglihatan tajam yang paling sering terjadi pada anak lho, Ma.
Kok bisa sih anak mengalami ambliopia? Menurut laman JEC, normalnya pada usia 4 tahun perkembangan bagian otak yang mengolah penglihatan anak sudah hampir lengkap.
Nah, jika otak tidak menerima bayangan jelas atau jernih dari salah satu atau kedua mata, maka ia akan sulit meningkatkan kemampuan melihat setelah perkembangan otaknya selesai.
Maka, jika Mama menyadari mata si Kecil terlihat juling, atau mengalami kelainan refraksi (astigmatisma, hiperopia, miopia), segera konsultasikan ke dokter mata karena semua itu merupakan tanda ambliopia.
3. Konjungtivitis
Mata merah mungkin terdengar sederhana, namun bisa membuat penglihatan anak sangat terganggu dan tidak nyaman lho, Ma.
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), konjungtivitis ini adalah inflamasi (merah, bengkak) pada sel tipis yang menutupi bagian putih di mata anak dan di bagian dalam kelopak mata. Beda penyebab, beda pula gejalanya:
Jika disebabkan bakteri, gejalanya:
-Mata merah atau pink,
-Nyeri,
-Belek berwarna kehijauan atau kuning,
-Bisa terjadi di salah satu atau kedua mata.
Jika disebabkan oleh virus, gejalanya:
-Mata pink dan bengkak,
-Sangat sensitif pada cahaya,
-Biasanya hanya terjadi di salah satu mata.
Jika disebabkan oleh alergi, gejalanya:
-Gatal,
-Merah,
-Keluar banyak air mata,
-Umumnya terjadi pada kedua mata.
Jika terjadi karena paparan zat kimia, gejalanya:
-Mata merah,
-Berair,
-Gejala semakin para jika anak berenang di air berklorin.
4. Hordeolum
Jika anak mengalami ini, maka ia pasti akan sering mengeluh karena menurut AAP, penderita hordeolum akan merasakan nyeri yang cukup hebat.
Ini adalah pembengkakan di kelopak mata akibat infeksi kelenjar keringat atau minyak.
Bagi orang awam, hordeolum atau sties ini lebih sering disebut bintitan, Ma. Pasti sering dengar ya?
Menurut AAP, beberapa gejala hordeolum pada anak adalah:
-Muncul benjolan merah dan lunak,
-Nyeri di sekitar area mata,
-Sekitar mata terlihat membengkak,
-Kelopak mata merah.
Sebenarnya ini tidak terlalu menular, namun sekali anak Mama pernah bintitan, maka biasanya ia lebih rentan untuk mengalaminya lagi.
Bagaimana sih mengatasinya? Untuk meredakan nyeri, AAP menyarankan untuk mengompres kelopak mata anak dengan air hangat sekitar 3 sampai 4 kali sehari atau hingga infeksinya hilang.
Perlukah diberikan antibiotik? Tidak perlu, Ma. Menurut AAP, antitbiotik ternyata tidak membantu meredakan bintitan.
5. Hyperopia
Ini juga sering disebut rabun dekat, atau kesulitan melihat benda-benda dekat.
Kondisi mata seperti ini justru tidak bermasalah dalam melihat benda-benda jauh, namun anak biasanya kesulitan melihat benda-benda dekat.
Pada penderita rabun dekat, cahaya yang seharusnya dipantulkan ke retina justru jatuh di belakang retina, ini mengakibatkan anak kesulitan melihat dalam jarak dekat. Jika dipaksakan, mata anak akan mudah lelah dan biasanya timbul pusing.
Menurut American Optometric Associatin (AOA) Rabun dekat mungkin sering terjadi pada anak, karena lensa matanya masih fleksibel dibanding orang dewasa.
Namun jika anak Mama mengalami rabun dekat, maka harus segera dikonsultasikan ke dokter karena bisa menimbulkan masalah penglihatan lain, seperti mata malas atau mata juling.
Periksakan kesehatan mata anak secara rutin ya, Ma.
Baca juga:
- Menakjubkan! 5 Anak Seleb Indonesia Ini Memiliki Mata yang Indah
- 8 Penyebab dan Tips Mengatasi Mata Panda pada Anak
- Pertolongan Pertama Saat Anak Cedera Mata