Urine Anak Berbuih? Waspadai Sindrom Nefrotik, Ma!
Perhatikan dengan baik kondisi urine anak untuk mengetahui tanda-tanda sindrom ini ya
26 April 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama mungkin tidak begitu memerhatikan urine anak, entah warnanya atau seberapa sering anak buang air kecil.
Padahal, ini perlu diperhatikan lho, Ma, karena beberapa masalah kesehatan bisa turut memengaruhi urine si Kecil.
Salah satu masalah kesehatan yang gejalanya bisa terlihat dari urine anak adalah sindrom nefrotik.
Penyakit ini mungkin tidak terlalu familiar di telinga Mama, namun angka kejadiannya cukup banyak, lho.
Apa sih yang dimaksud dengan sindrom nefrotik?
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, sindrom nefrotik (SN) pada anak merupakan penyakit ginjal anak yang paling sering ditemukan.
Mama mau tahu lebih lanjut mengenai gangguan ginjal yang menyebabkan tubuh anak kehilangan banyak protein ini? Simak beberapa faktanya yang telah Popmama.com rangkum berikut ini, Ma.
Lebih Sering Terjadi di Negara Berkembang
Mengutip laman Unit Kerja Koordinasi Nefrologi IDAI. Insidens SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 anak per tahun. Berikut rinciannya:
- Dengan prevalensi berkisar 12 – 16 kasus per 100.000 anak.
- Di negara berkembang insidensnya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun.
- Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1.
Dampak Bagi Tubuh
Menurut American Kidney Fund, sindrom nefrotik menggabungkan gejala-gejala yang menunjukkan ginjal anak tidak bekerja optimal. Beberapa dampaknya bagi tubuh adalah:
-Urine memiliki kandungan protein yang tinggi. Inilah salah satu penyebab urine anak sering berbuih. Selain itu, jumlah dan frekuensi anak buang air kecil juga umumnya menurun.
-Rendahnya kandungan protein dalam darah. Tentu saja karena protein-protein dalam tubuh terbuang percuma melalui urine.
-Kolesterol darah sangat tinggi. Ini juga sering disebut dengan hypercholestrolemia yang tentunya berbahaya bagi tubuh anak maupun dewasa.
-Trigliserida di darah sangat tinggi. Ini adalah jenis lemak yang ada di dalam darah. Jika kandungan trigliserida tinggi, maka biasanya kerja jantung juga menjadi lebih berat, sehingga rentan mengalami gangguan kesehatan.
-Pembekuan darah. Ini biasanya juga ditandai dengan bengkak dan memar di daerah kaki, betis, dan pergelangan kaki. Penyebabnya? Sederhana, karena protein-protein penting yang biasanya digunakan untuk mencegah penggumpalan darah, kini terbuang melalui urine.
Editors' Pick
Penyebab Utama Gagal Ginjal pada Anak
Berdasarkan data Nephcure Kidney International, sindrom nefrotik sebenarnya tidak terlalu sering terjadi, namun tetap saja bisa terjadi pada siapapun. Sindrom nefrotik adalah penyebab paling sering dari terjadi gangguan ginjal kronis, dan bertanggung jawab pada 12 persen kejadian gagal ginjal pada dewasa, dan 20 persen pada anak.
Setiap tahunnya, ada 2 sampai 4 dari 100,000 anak didiagnosa mengalami sindrom nefrotik di Amerika Utara. Sedangkan penderita sindrom nefrotik dewasa, diperkirakan ada sekitar 100,000 orang setiap tahunnya. Fakta menarik lainnya adalah, pria atau anak lelaki lebih sering terkena sindrom nefrotik dibanding perempuan.
Penyebab
Semua orang butuh protein untuk hidup, namun pada penderita sindrom nefrotik, tubuhnya kesulitan menyimpan protein karena terus terbuang melalui urine. Ada banyak jenis protein, dan tubuh manusia juga mempergunakannya untuk berbagai kebutuhan. Salah satu fungsi protein adalah untuk membentuk tulang, otot, jaringan-jaringan lainnya, dan melawan infeksi.
Ketika ginjal tidak bekerja dengan optimal, maka protein yang bernama albumin bisa melewati penyaring di ginjal, dan keluar lewat urine. Albumin ini sangat penting lho, Ma. Ini membantu tubuh menguras cairan-cairan berlebih.
Maka, jika tubuh tidak memiliki cukup albumin dalam darah, cairan bisa memenuhi tubuh dan menyebabkan tubuh mudah bengkak, seperti di kaki, betis, dan pergelangan kaki.
Gejala
Biasanya penderita atau orangtua dari penderita tidak akan tahu ia mengalami sindrom nefrotik, hingga keluar hasil pemeriksaan urine dan darah dari laboratorium. Untuk bisa disebut sindrom nefrotik, hasil tes lab tersebut menunjukkan: protein di urine terlalu tinggi, dan protein di darah terlalu rendah. Beberapa gejala lainnya yang bisa Mama lihat di rumah adalah:
-Bengkak di kaki, betis, dan pergelangan kaki
-Kenaikan berat badan
-Mudah lelah
-Urine berbuih atau berbusa
-Jarang merasa lapar
Jika anak Mama mengalami beberapa gejala di atas, segera konsultasikan dengan dokter anak Anda ya, Ma. Semoga Mama dan si Kecil sehat selalu, ya.
Risiko Sindrom Ini Bisa Menyerang Siapa Saja
Menurut American Kidney Fund, sindrom nefrotik bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang umur, jenis kelamin, dan ras. Anak yang terkena sindrom nefrotik biasanya berusia 2 sampai 6 tahun. Beberapa faktor risiko lainnya adalah:
-Penyakit yang turut memengaruhi kesehatan ginjal.
-Dalam pengobatan, seperti: nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) dan antibiotik.
-Infeksi, seperti: HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan malaria.