Cacingan pada Anak: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Hingga Cara Mencegah
Waspada yuk, Ma, anak-anak sangat rentan mengalami cacingan
24 Juni 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cacingan merupakan satu penyakit yang rentan terjadi pada anak-anak, khususnya pada usia sekolah. Penyakit ini dapat dengan mudah menular melalui kontak langsung.
Melansir Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat, penyakit cacingan masih rentan menyerang anak-anak di negara berkembang. Sebab, negara berkembang cenderung kurang perhatian terhadap higienitas sistem sanitasi, terutama di kawasan pemukiman padat penduduk yang kumuh.
Cacingan pada anak memang dapat diatasi dengan pemberian obat cacing. Akan tetapi, penyakit ini memungkinkan muncul kembali apabila tidak dilakukan tindakan pencegahan.
Untuk menghindari hal tersebut, ada baik Mama simak penjelasan yang telah Popmama.com rangkum berikut ini mengenai penyebab, gejala, pengobatan, hingga cara mencegah penyakit cacingan pada anak yang perlu diwaspadai. Disimak sampai akhir, yuk!
1. Apa itu cacingan
Cacingan adalah penyakit menular akibat infeksi cacing parasit yang hidup di dalam usus manusia. Cacing yang tinggal di dalam usus ini mampu menyerap sari-sari makanan yang masuk ke dalam usus guna bertahan hidup dan berkembang biak dalam jumlah banyak.
Selain dapat menyebabkan gangguan pencernaan, cacing yang menginfeksi tubuh manusia juga menimbulkan masalah kesehatan lain, seperti penyakit paru-paru, kulit, otot, hingga anemia.
Lalu, bagaimana bisa cacing masuk ke dalam tubuh anak ya, Ma?
Anak dengan rentang usia 5-10 tahun biasanya sering bermain di luar rumah yang kemungkinan besar tingkat kebersihannya rendah. Mereka cenderung bersinggungan dengan benda yang berada di sekitarnya, kemudian memasukkan tangan atau benda kotor yang mengandung larva atau telur cacing ke dalam mulut saat bermain tanpa mencuci tangan hingga bersih.
Setelah beraktivitas di luar rumah dan sebelum makan tanpa cuci tangan terlebih dahulu juga menjadi faktor penyebab cacing-cacing parasit tersebut masuk ke dalam tubuh si Kecil.
Cacingan memang bukan tergolong penyakit yang mematikan, tetapi Mama tetap tidak boleh mengabaikan infeksi cacing pada anak. Sebab, cacingan dapat menghambat tumbuh kembang si kecil akibat nutrisi dalam tubuh si Kecil diserap habis oleh cacing.
2. Penyebab cacingan pada anak
Ada banyak penyebab cacingan pada anak. Namun yang pasti, cacingan dapat terjadi ketika anak tidak sengaja menelan atau menghirup telur cacing dari lingkungan yang kotor, makanan dan minuman yang kurang higienis, benda yang tidak steril, atau tangan yang menyentuh area hidung maupun mulut setelah terkontaminasi telur cacing.
Adapun penyebab lainnya yang memicu terjadinya cacingan pada anak adalah sebagai berikut.
- Tidak cuci tangan sampai bersih, terutama sebelum makan
- Jajanan atau makanan yang tidak terjaga kebersihannya
- Bermain di tanah tanpa menggunakan sarung tangan dan alas kaki
- Memakan daging yang belum matang
- Bermain di air yang kotor
Editors' Pick
3. Gejala cacingan pada anak yang perlu dikenali
Gejala cacingan setiap anak berbeda-beda tergantung dari kondisi fisik dan jenis cacing yang menginfeksi. Sebagian besar kasus cacingan pada anak tidak menunjukkan tanda yang serius.
Meski demikian, ada beberapa gejala umum yang mudah diamati saat si Kecil tengah terjangkit penyakit cacingan. Berikut gejala cacingan pada anak yang perlu Mama kenali.
- Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, dan sakit perut
- Penurunan berat badan secara drastis disertai perut membuncit
- Kehilangan nafsu makan
- Muncul ruam, gatal, dan nyeri di sekitar anus
- Anemia dan kulit tampak pucat
- Mata sayu
- Sulit tidur
- Demam
- Mual
- Muntah
- Penurunan kecerdasan
- Bagian sekitar anus terasa gatal
- Batuk terus-menerus dalam waktu yang lama
- Feses mengandung darah dan cacing
4. Jenis cacing penyebab cacingan
Sebagian besar orang, termasuk para orangtua belum mengetahui bahwa cacing penyebab cacingan memiliki beberapa jenis. Jenis-jenis cacing tersebut dapat memunculkan gejala yang berbeda, begitu pula dengan cara penularannya.
Berikut adalah jenis-jenis cacing penyebab cacingan.
1. Cacing kremi
Cacing kremi merupakan jenis cacing yang sangat mudah ditemukan di tanah. Bentuk cacing kremi sangat kecil, halus dan berwarna putih, serta terlihat tidak berbahaya. Namun, cacing ini dapat menginfeksi anak-anak dan orang dewasa.
Ketika si Kecil bermain di tanah, hal tersebut memungkinkan telur cacing kremi menempel di kuku, sela-sela tangan, dan bagian tubuh lainnya. Jika si Kecil tidak mencuci tangan usai bermain, bahkan sebelum makan, telur cacing tersebut dapat tertelan secara tidak sadar.
Kemudian, cacing menetas dan akan hidup menempel di usus besar untuk menyerap nutrisi tubuh. Cacing kremi betina yang sudah dewasa akan menuju ke anus untuk menetaskan telur-telurnya dan menyebabkan rasa gatal di sekitar anus.
Saking kecilnya, telur cacing kremi mudah terbang dan terhirup oleh manusia lho, Ma.
2. Cacing gelang
Sama seperti cacing kremi, infeksi cacing gelang juga dapat terjadi apabila si Kecil mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi telur cacing gelang. Cacing ini memiliki ukuran cukup besar berkisar 10-35 cm.
Saat berada di dalam tubuh, telur cacing gelang akan menetas di usus dan menyebar menuju organ tubuh lain melalui pembuluh darah atau saluran getah bening hingga menyebabkan cacingan.
Umumnya, cacing ini tidak menunjukkan gejala spesifik. Namun, Mama bisa mengidentifikasinya melalui feses anak. Sebab biasanya, cacing akan ikut keluar bersama feses.
3. Cacing pita
Selain melalui daging yang kurang matang, cacing pita juga bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum yang telah terkontaminasi telur atau larva cacing pita, kemudian menyebabkan cacingan.
Jenis cacing ini cukup mengerikan karena bisa tumbuh di dalam tubuh manusia hingga berukuran 15 cm, menghasilkan banyak telur, dan hidup selama 30 tahun. Larva cacing pita dapat menyebar ke otak, otot, dan jaringan tubuh lain.
Sama seperti infeksi cacing gelang, infeksi cacing pita juga tidak menunjukkan gejala spesifik. Pada kasus yang sangat parah, jenis cacing ini bisa menyebabkan kerusakan jaringan dan organ tubuh.
4. Cacing tambang
Cacing tambang merupakan jenis cacing yang bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui pori-pori kulit. Kemudian, telur cacing tambang yang baru menetas ini akan masuk ke sirkulasi darah dan terbawa ke paru-paru atau tenggorokan.
Ketika pasien terbatuk, larva cacing akan keluar atau tertelan ke saluran pencernaan dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus halus. Tidak hanya itu, jenis cacing ini dapat berpindah ke jantung dan paru-paru melalui aliran darah, Ma.
Cacing tambang ini dapat menginfeksi saluran pencernaan dan kulit, bahkan mengakibatkan cutaneous larva migrans. Hal tersebut dikarenakan darah dan nutrisi diserap oleh cacing-cacing tambang yang terus tumbuh dan berkembang biak.
Saat terinfeksi cacing tambang, anak bisa mengalami anemia (kurang darah) dan mengalami penurunan kecerdasan.
Oleh karena itu, Mama tidak boleh membiarkan si Kecil berjalan tanpa alas kaki di atas tanah atau media yang menjadi habitat larva cacing tambang.
5. Cacing trikinosis
Jenis cacing penyebab cacingan juga dapat ditemukan pada daging matang yang sudah dihinggapi larva cacing. Misalnya, daging babi, beruang, rubah, walrus, babi hutan, dan lain sebagainya.
Setelah masuk ke dalam tubuh, larva menempel pada usus manusia dan tumbuh menjadi dewasa. Setelah itu, larva akan berkembang biak dan berpindah dari usus ke otot atau jaringan tubuh yang lain.
Gejala yang ditimbulkan cacing ini bisa berbeda-beda tergantung stadium infeksi dan jumlah cacing dalam daging yang terkontaminasi. Bahkan, bisa jadi tidak mengalami gejala sama sekali.
6. Cacing pipih
Penyebab cacingan pada anak bisa terjadi karena infeksi cacing pipih. Cacing pipih dapat hidup di darah, usus, atau jaringan tubuh manusia.
Meski jeni cacing ini lebih banyak menginfeksi hewan daripada manusia, tetapi Mama juga perlu berhati-hati. Sebab, cacing pipih dapat ditemukan di sayuran mentah dan air.
Telur cacing pipih yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit dan masuk ke aliran darah, akan menetas dan berkembangbiak dalam kurun waktu beberapa minggu. Setelah tumbuh menjadi dewasa dan menghasilkan banyak telur, parasit ini akan menyebar ke organ-organ lain dalam tubuh, misalnya pembuluh darah sekitar usus dan kandung kemih.
Kemudian, cacing keluar dari tubuh manusia melalui buang air kecil dan besar.
Tidak semua orang merasakan gejala saat terinfeksi cacing pipih karena hal tersebut tergantung stadium infeksi. Akan tetapi, pada kasus yang parah infeksi cacing pipih bisa menyebabkan kerusakan hati atau gangguan paru-paru hingga meninggal dunia.
5. Pengobatan cacingan yang tepat
Cacingan dapat diobati dengan cara mengonsumsi obat obat cacing. Pemberian obat cacing bisa dimulai sejak anak berusia 1,5–2 tahun. Meski demikian, Mama juga perlu konsultasi ke dokter untuk mendapatkan resep obat cacing sesuai dengan jenis cacing yang menginfeksi si Kecil.
Adapun beberapa jenis obat cacing untuk anak yang aman dikonsumsi anak Mama, diantaranya:
1. Mebendazole
Untuk mengobati cacingan, Mama bisa memberikan si Kecil mebendazole. Obat cacingan ini bekerja dengan cara membunuh cacing parasit penyebab cacingan, misalnya cacing gelang, cacing tambang, cacing kremi, dan cacing cambuk.
Mebendazole dikonsumsi 2 kali sehari, pagi dan malam, selama 3 hari. Perlu diperhatikan, obat ini tidak boleh =diberikan kepada anak berusia di bawah dua tahun ya.
2. Albendazole
Jika si Kecil mengalami infeksi cacing pita, Mama bisa mengobatinya dengan albendazole. Sama seperti mebendazole, pengobatan cacingan yang satu ini juga bekerja dengan cara membunuh cacing. Biasanya, albendazole diminum 2 kali sehari.
Obat cacingan ini tidak disarankan untuk diberikan kepada anak yang memiliki alergi terhadap obat jenis ini. Tidak hanya itu, ibu hamil juga tidak boleh mengkonsumsi albendazole.
3. Pirantel
Pirantel merupakan obat cacingan yang biasa diresepkan guna mengobati infeksi cacing yang disebabkan oleh cacing kremi, cacing gelang, dan cacing tambang. Berbeda dengan obat cacing lainnya, pirantel akan melumpuhkan cacing agar bisa dikeluarkan secara alami melalui feses.
Obat ini tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki gangguan hati atau alergi terhadap obat ini dan tidak dianjurkan bagi ibu menyusui, serta anak berusia di bawah usia dua tahun, kecuali atas instruksi dokter.
4. Levamisole
Obat cacing levamisole merupakan antihelmintik atau obat pembasmi cacing. Levamisole efektif untuk mengobati infeksi cacing kremi, cacing gelang, dan cacing cambuk. Meski demikian, levamisole kurang efektif untuk mengobati infeksi cacing tambang.
Cara kerja obat ini adalah dengan melumpuhkan cacing hingga cacing tidak mampu menempel pada usus dan dapat terbawa keluar saat buang air besar. Levamisole harus dikonsumsi sesuai petunjuk penggunaan dan bisa diminum bersama makanan atau susu untuk meminimalkan efek samping mual.
5. Ivermectin
Pengobatan cacingan juga bisa dilakukan dengan mengkonsumsi obat ivermectin. Obat ini merupakan jenis obat cacing yang dapat membasmi cacing di saluran cerna anak, seperti cacing gelang. Tidak hanya untuk mengobati cacingan, obat ini juga dapat digunakan untuk membasmi kutu dan mengobati kurap.
Ivermectin bekerja dengan cara melumpuhkan dan membunuh cacing yang ada di dalam tubuh, bahkan mengobati penyakit infeksi lain di masa depan.
6. Siklus hidup cacing dalam tubuh
Ketika masuk ke dalam tubuh, cacing dapat menginfeksi organ tubuh, khususnya usus kecil. Parasit ini akan hidup dengan merampas nutrisi dari saluran usus untuk bertumbuh dari telur, larva, hingga menjadi cacing dewasa dan menghasilkan telur.
Siklus hidup cacing dalam tubuh mulanya dari telur yang menetas menjadi larva di usus kecil inang. Kemudian, larva melakukan perjalanan ke jantung dan paru-paru melalui aliran darah atau sistem limfatik.
Setelah sekitar 10-14 hari di paru-paru, larva akan masuk ke saluran udara dan naik ke tenggorokan. Dalam kondisi ini, larva bisa dikeluarkan ketika batuk atau akan kembali masuk ke dalam tubuh (tertelan).
Bila tertelan, larva akan pindah ke usus dan bertumbuh menjadi cacing jantan atau betina. Selanjutnya, cacing akan melakukan perkawinan dan berkembang biak. Biasanya, cacing betina dapat menghasilkan sekitar 200.000 telur per hari. Telur-telur tersebut dapat keluar dari tubuh pengidap melalui feses.
Meski demikian, keseluruhan proses ini membutuhkan waktu sekitar 2 atau 3 bulan. Parasit ini dapat hidup di dalam tubuh manusia selama 1 hingga 2 tahun.
7. Cara efektif mencegah cacingan pada anak
Salah satu faktor terbesar penyebab terjadinya cacingan pada anak adalah kurangnya kebersihan, baik kebersihan tubuh, benda sekitar, makanan dan minuman, maupun lingkungan. Oleh karena itu, ada baiknya jika Mama selalu memastikan bahwa tubuh si Kecil dan lingkungan sekitar tetap terjaga kebersihannya.
Selain menjaga kebersihan, Mama juga bisa melakukan beberapa tindakan preventif lainnya guna mencegah cacingan pada anak, misalnya:
- Mengajarkan anak untuk merawat diri
- Menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun
- Menyajikan makanan dan minuman yang matang dan bersih
- Menjaga kebersihan seisi rumah
- Mengajarkan untuk membersihkan area anus setiap pagi dengan air yang mengalir dan sabun
- Selalu mengganti pakaian dalam anak dengan yang bersih
- Potong kuku anak secara berkala
- Menggunakan alas kaki saat bermain di luar rumah
- Minum obat cacing 6 bulan sekali
Nah, itu dia penjelasan mengenai penyebab, gejala, pengobatan, hingga cara mencegah penyakit cacingan pada anak yang harus Mama waspadai. Cacingan tidak hanya terjadi pada anak-anak ya, Ma. Orang dewasa juga bisa terinfeksi penyakit cacingan. Oleh karena itu, jaga selalu kebersihan lingkungan sekitar dan rajin mencuci tangan. Semoga artikel ini bermanfaat!
Baca juga:
- Penyakit Celiac: Gejala, Penyebab, dan Cara Perawatannya pada Anak
- Penyakit Herpes pada Anak: Penyebab dan Penanganan
- Hisprung pada Anak, Penyakit Diduga Akibat Faktor Genetik