Apa Itu Hipersensitivitas pada Anak: Gejala, Penyebab & Pengobatannya
Hipersensitivitas pada anak bukan sekadar reaksi alergi biasa lho, Ma
17 Oktober 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Manusia, tak terkecuali bagi anak-anak, memiliki mekanisme tersendiri untuk melindungi tubuh dari potensi-potensi yang membahayakan. Melindungi setiap organ-organ yang ada di dalam tubuh manusia adalah tugas sistem imun.
Namun, tak jarang sistem imun salah mengartikan paparan zat pada tubuh anak yang sebetulnya tidak membahayakan sebagai ancaman.
Kondisi ini disebut dengan hipersensitivitas pada anak.
Berikut ini Popmama.com akan mengajak mama mengenal tentang apa itu hipersensitivitas pada anak yang penting diketahui, dilansir dari Medical News Today.
1. Apa itu hipersensitivitas pada anak?
Hipersensitivitas pada anak adalah reaksi atau respons imun yang ekstrem di dalam tubuh terhadap antigen. Akibatnya justru bisa menimbulkan kondisi baru pada tubuh anak.
Setiap jenis reaksi hipersensitivitas bisa berbeda-beda berdasarkan jenis antigen yang diidentifikasi tubuh, jenis respons imun apa yang dihasilkan tubuh, dan seberapa cepat tubuh menghasilkan respons.
Biasanya orang menyebut reaksi hipersensitivitas sebagai alergi. Yang paling mudah terlihat ketika timbul kemerahan atau ruam pada permukaan kulit anak. Begitu ada ruam, biasanya diasumsikan sebagai alergi.
Namun keduanya ternyata berbeda. Reaksi alergi biasanya mengacu pada tanda dan gejala yang mungkin dialami anak. Sedangkan hipersensitivitas menggambarkan proses imunologis yang terjadi di dalam tubuh.
Editors' Pick
2. Tipe-tipe hipersensitivitas pada anak
Reaksi hipersensitivitas dibagi menjadi empat tipe berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi, yaitu:
Tipe I - hipersensitivitas tipe segera
Tipe I adalah reaksi tubuh terhadap antigen dengan memproduksi tipe spesifik antibodi yang disebut dengan IgE.
Tipe I berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkupulmonari, dan saluran gastrointestinal. Waktu reaksi berkisasr antara 15-30 menit setelah terpapar, tetapi terkadang baru muncul hingga 10-12 jam.
Tipe II - hipersensitivitas sitotoksik
Tipe II adalah reaksi tubuh saat sel-sell sehat mati karena merespons antigen. Kondisi itu dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada sel dan jaringan.
Tipe III - penyakit kompleks imun
Tipe III adalah kondisi di mana antibodi dan antigen membentuk kompleks di kulit, pembuluh darah, sendi, dan jaringan ginjal. Kompleksitas ini menyebabkan serangkaian reaksi yang menyebabkan kerusakan jaringan, misalnya penyakit lupus, vaskulitis pembuluh darah kecil, atau pun artritis reumatoid.
Tipe IV - hipersensitivitas tipe lambat
Tipe IV adalah kondisi di mana sel darah putih yang disebut sel T mengontrol reaksi hipersensitivitas tipe 4. Reaksi ini kemudian dibagi-bagi lagi menjadi tipe 4a, 4b, 4c, dan 4d berdasarkan tipe sel T yang terlibat dan reaksi yang dihasilkan.