Seringkali kita tidak menyadari tubuh kita kekurangan nutrisi. Padahal kita sudah merasa makan dengan kenyang dengan lauk yang bervariasi setiap harinya. Tetapi ketika gejala-gejala penyakit mulai muncul, di situlah kita baru menyadari bahwa ada yang salah dengan asupan nutrisi kita setiap harinya.
Hal ini juga dialami oleh balita. Banyak orangtua yang tidak menyadari sang Anak mengalami malnutrisi sampai gejalanya muncul. Salah satu defisiensi nutrisi yang seringkali tidak disadari adalah anemia defisiensi besi.
Seperti apakah tanda dan gejala anemia defisiensi besi pada balita dan apa bahayanya? Berikut ini Popmama.com merangkum informasinya, dilansir dari MomJunction:
1. Apa itu anemia defisiensi besi?
Pexels/Roger Brown
Kekurangan zat besi adalah suatu kondisi di mana kadar zat besi rendah dalam tubuh seseorang. Apabila kondisi ini terus dibiarkan, kekurangan zat besi yang parah menyebabkan anemia defisiensi besi (ADB). Ini adalah keadaan di mana kadar hemoglobin turun ke tingkat di bawah optimal.
Editors' Pick
2. Faktor risiko anemia defisiensi besi
Americanpregnancy.org
Anemia defisiensi besi dapat diderita siapa saja. Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko anemia defisiensi besi, antara lain:
Wanita lebih rentan terkena anemia defisiensi besi, terutama ibu hamil
Kurangnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi
Terlalu sering donor darah
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah atau lahir prematur
Anak-anak yang membutuhkan zat besi lebih selama masa percepatan pertumbuhan
3. Dampak anemia defisiensi besi pada balita
Freepik/obeyleesin
Anemia defisiensi besi pada anak sangat berbahaya. Kondisi ini bisa berdampak pada seluruh organ tubuh balita karena tubuh tidak menghasilkan cukup sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
Anemia pada balita bisa memengaruhi daya tahan tubuh, mempengaruhi masalah tumbuh-kembang, rentan infeksi, hingga menurunkan kecerdasan kognitif balita.
4. Gejala anemia defisiensi besi
Freepik/odua
Berikut ini adalah tanda dan gejala anemia defisiensi besi pada anak yang berkembang secara bertahap:
Kulit pucat dan berwarna kuning, terutama di sekitar kuku dan kelopak mata
Kuku rapuh dan tertekuk ke dalam seperti sendok
Sudut-sudut mulut pecah-pecah
Pembengkakan atau nyeri pada lidah
Rewel, murung, dan lekas marah
Tidak mampu berkonsentrasi dalam jangka waktu lama
Kelelahan
Kehilangan selera makan
Detak jantung cepat
Pembesaran limpa
Gangguan makan, seperti pica, di mana anak makan barang yang tidak umum dimakan, misalnya kapur dan pasir
Jika mama mengamati adalah salah satu atau lebih gejala terkait ADB pada anak, segera konsultasikan dengan dokter anak.
5. Apakah anak perlu mendapatkan suplemen zat besi?
Freepik.com/jcomp
Ketika mengetahui balita mengalami kekurangan zat besi, yang terbesit di pikiran orangtua tentu saja ingin segera memulihkan kondisi tersebut. Misalnya dengan memberikan suplemen zat besi.
Namun, orangtua tidak boleh sembarangan memberikan suplemen zat besi. Pasalnya, kelebihan zat besi di dalam tubuh juga dapat menimbulkan komplikasi, seperti penyakit hati, masalah jantung, hingga diabetes.
Oleh karena itu, pemberian suplemen zat besi sebaiknya di bawah pengawasan dan anjuran dokter. Sementara itu, orangtua dapat memenuhi kebutuhan zat besi untuk balita dari makanan sehat yang tinggi zat besi.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi orangtua dalam mencegah anemia defisiensi zat besi pada balita ya, Ma.