Wah, Ternyata Ada Gangguan Tidur Bernama Sleeping Beauty Syndrome!
Penderitanya dilanda rasa kantuk berlebihan dan sulit bangun pagi
6 Februari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orang memerlukan tidur sebagai waktu istirahat setelah menjalani beragam aktivitas harian.
Selain melepas rasa lelah, tidur juga dapat mengembalikan energi sehingga tubuh akan lebih segar ketika bangun.
Namun, tidur yang berlebihan juga tidak baik dan bisa memiliki dampak buruk. Selain dampak kesehatan, juga dampak lain yang merugikan dan mengganggu kegiatan.
Tidur yang berlebihan ini disebut sebagai sleeping beauty syndrome dalam istilah kesehatan.
Sleeping beauty syndrome merupakan suatu gangguan langka yang menyebabkan rasa kantuk berulang. Penderita sleeping beauty syndrome ini bahkan bisa menghabiskan 20 jam dalam sehari hanya untuk tidur.
Sleeping beauty syndrome dapat terjadi pada siapa pun, baik perempuan atau laki-laki. Namun, lebih banyak diderita oleh laki-laki. Gangguan ini dapat berlangsung dalam periode yang cukup panjang dan terjadi tidak menentu.
Jadi, bisa kambuh dan bisa sembuh sesekali. Saat kambuh, sleeping beauty syndrome cenderung menyulitkan penderitanya dalam bekerja, bersekolah, atau beraktivitas lainnya.
Secara lebih lanjut, berikut Popmama.com beberapa penyebab, ciri-ciri, dan cara mengatasi sleeping beauty syndrome yang dirangkum dari laman Healthline.
1. Gejala umum
Orang yang mengalami sleeping beauty syndrome mungkin tidak akan memiliki gejala-gejala pasti sehingga saat terjadi bisa berlangsung selama beberapa hari, beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan. Biasanya penderita akan dilanda rasa kantuk yang ekstrim. Ada keinginan yang sangat kuat untuk tidur dan mengalami sulit bangun pagi.
Saat syndrome muncul, bahkan penderita akan tidur selama 20 jam dalam sehari. Mereka mungkin akan bangun untuk pergi ke toilet atau makan.
Lalu, kembali tidur lagi. Rasa lelah yang sangat parah dapat menghampiri penderita sehingga mereka terbaring di tempat tidur hingga sleeping beauty syndrome selesai.
Penderita juga mungkin akan mengalami halusinasi, sifat mudah marah, nafsu makan meningkat, disorientasi, nafsu seks meningkat, dan pengaruh berkurangnya aliran darah ke bagian otak.
Sleeping beauty syndrome merupakan kondisi yang tidak dapat diprediksi sehingga gejala tidak dapat diduga sebelumnya. Kebanyakan orang yang melanjutkan aktivitas normal setelah syndrome ini tidak akan mengalami disfungsi fisik atau perilaku. Namun, mereka mungkin akan kehilangan sedikit memori ketika sleeping beauty syndrome terjadi.
Editors' Pick
2. Penyebab dan risiko
Hingga saat ini, sleeping beauty syndrome belum diketahui penyebabnya, tetapi beberapa dokter percaya bahwa faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko untuk kondisi ini.
Misalnya, sleeping beauty syndrome dapat timbul dari cedera di bagian otak bernama hipotalamus. Sebuah bagian otak yang mengontrol tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh. Kemungkinan cedera dan mengenai kepala juga dapat meningkatkan risiko syndrome.
Beberapa orang juga mengatakan bahwa sleeping beauty syndrome mungkin merupakan gangguan autoimun. Autoimun adalah kondisi sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan sehatnya sendiri.
Selain itu, sleeping beauty syndrome juga mungkin bersifat genetik karena ada beberapa kasus bahwa gangguan tersebut memengaruhi lebih dari satu orang dalam sebuah keluarga.