Jerawat terkadang bisa jadi musuh yang terselubung. Persoalan umum pada kulit ini kerap menjadi permasalahan yang membingungkan dan mengakibatkan ketidaknyamanan. Salah satu varian jerawat yang sering kali menimbulkan kebingungan adalah jerawat hormonal.
Perbedaannya dengan jerawat biasa adalah jerawat hormonal berhubungan dengan fluktuasi hormon dalam tubuh, yang dapat memberikan dampak pada individu, baik laki-laki maupun perempuan, di berbagai fase kehidupan.
Sebagaimana dilaporkan oleh Huff Post, banyak jerawat dipicu oleh faktor hormonal, termasuk yang mungkin kamu alami selama masa pubertas. Akan tetapi, kondisi jerawat yang sama juga dapat dialami oleh perempuan dewasa, khususnya pada rentang usia 20-an, 30-an, 40-an, dan bahkan 50-an.
Apakah Mama salah satu yang tengah menghadapi jerawat hormonal? Berikut, Popmama.com bagikan fakta jerawat hormonal.
1. Penyebab jerawat hormonal
Freepik.com/freepik
Para pakar menyatakan bahwa jerawat hormonal umumnya terkait dengan perjalanan siklus menstruasi perempuan dan fluktuasi hormon (estrogen dan progesteron) yang terjadi secara bersamaan. Varian hormon ini diyakini meningkatkan produksi minyak pada pori-pori, sehingga memicu timbulnya jerawat.
Selain itu, perbandingan hormon progesteron terhadap estrogen juga memiliki dampak signifikan pada tingkat testosteron perempuan, yang dapat menjadi pemicu terjadinya jerawat. Jerawat hormonal cenderung memburuk menjelang siklus menstruasi, ketika hormon progesteron mencapai puncaknya, atau selama masa menopause, di mana tingkat hormon perempuan berada pada level terendah.
2. Cara membedakan jerawat biasa dan jerawat hormonal
Freepik.com/freepik
Jika jerawat muncul menjelang siklus menstruasi, kemungkinan besar itu merupakan jerawat hormonal. Secara umum, jerawat tersebut akan tersebar di area wajah bagian bawah, sepanjang garis rahang, dan/atau di sekitar mulut, memiliki ciri khas yang lebih dalam dan menimbulkan rasa sakit.
Namun, bila pada dasarnya kamu memiliki jenis kulit berminyak, dengan adanya komedo hitam (blackhead) dan/atau komedo putih (whitehead), mungkin itu bukanlah jerawat hormonal. Selain itu, stres juga dapat menjadi faktor penyebab munculnya jerawat hormonal.
Editors' Pick
3. Kurangi gula dan susu, pemicu jerawat hormonal
Freepik.com/freepik
Saat menghadapi jerawat hormonal atau jerawat pada umumnya, naluri pertama yang muncul adalah keinginan untuk menyembuhkan dan menghilangkan bekasnya. Sayangnya, jerawat hormonal terkadang lebih sulit diatasi dibandingkan dengan jenis jerawat lainnya, tetapi hal ini tidak berarti tidak mungkin.
Para ahli menawarkan berbagai rekomendasi untuk mengatasi jerawat hormonal, salah satunya melalui pengaturan pola makan. Bagi kamu yang mengalami jerawat hormonal, para ahli menyarankan untuk mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi gula dan susu.
Keduanya dianggap sebagai pemicu jerawat. Penting untuk dicatat bahwa gula dan susu tidak hanya terbatas pada dua produk tersebut, tetapi juga melibatkan nasi putih, kentang, permen, soda, jus, dan makanan yang telah diproses. Namun, perlu diingat bahwa pengubahan pola makan ini mungkin tidak selalu efektif bagi semua orang. Jadi, cobalah terlebih dahulu, ya.
4. Pakai pengobatan topikal
bebeautiful.in
Selain memperhatikan makanan, dokter juga menyarankan penggunaan perawatan topikal. Yaitu pemberian obat langsung pada kulit jika pada jerawat hormonal.
Perawatan ini bisa berupa pemberian retinoid, antibiotik, dan anti-inflamasi, serta bahan seperti asam salisilat atau benzoyl peroxide, pada kulit berjerawat. Semua ini dapat membantu menyembuhkan jerawat hormonal.
5. Konsumsi obat hormon berdasarkan petunjuk dokter
Freepik.com/freepik
Para ahli juga menjelaskan bahwa cara paling efektif untuk mengatasi jerawat hormonal adalah dengan menangani masalah hormon itu sendiri. Mereka umumnya akan menyarankan kamu untuk menggunakan obat yang berpengaruh pada hormon, seperti pil kontrasepsi. Pil ini dapat membantu menjaga siklus menstruasi dan mengurangi jumlah jerawat.
Namun, perlu diingat, kamu tidak boleh sembarangan mengonsumsi obat hormon atau pil kontrasepsi. Beberapa jenis pil bahkan dapat memperburuk kondisi jerawatmu. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan menggunakan obat-obatan hormonal tersebut.
6. Bisa sembuh jika melakukan perawatan rutin
Freepik.com/freepik
Para ahli meyakini bahwa jerawat hormonal dapat sembuh melalui perawatan rutin, seperti perawatan topikal, penggunaan hormon, atau metode lain seperti injeksi atau laser. Namun, bagi sebagian orang, jerawat hormonal mungkin akan kembali jika mereka menghentikan perawatan mereka.
Oleh karena itu, para ahli menyarankan kepada mereka yang pernah mengalami jerawat hormonal untuk tetap menjaga perawatan mereka. Contohnya, jika seseorang sebelumnya menggunakan perawatan laser, disarankan untuk terus melanjutkannya atau mencari alternatif seperti perawatan topikal. Meskipun, ada beberapa orang yang tidak mengalami kembalinya jerawat hormonal setelah berhenti perawatan.
Itulah, fakta jerawat hormonal yang mungkin dirasakan beberapa orang. Pastikan Mama atau Papa menjaga pola makan dan kesehatan tubuh. Jika, dirasa membutuhkan penanganan khusus, maka kamu bisa mengunjungi dokter.