Tenun Ikat Sikka, Kekayaan dari Alam Pertahankan Teknik Tradisional

Teknik pewarnaan mengandalkan berbagai tanaman yang tumbuh di tanah NTT

21 Februari 2023

Tenun Ikat Sikka, Kekayaan dari Alam Pertahankan Teknik Tradisional
Dok. Pendopo

Ikat Tenun menjadi salah satu jenis kain kebanggaan di Indonesia. Berbagai wilayah di penjuru di Indonesia menghasilkan tenun dengan cara tradisional dijual hingga ke luar negeri. 

Proses pembuatannya masih sangat tradisional, dengan alat tanpa mesin mengandalkan para pengrajin di daerah masing-masing. 

Salah satu kain Ikat tenun yang terkenal berasal dari Flores, NTT. Tepatnya di Kabupaten Sikka, para perajin yang disebut Mama-Mama Sikka menenun dengan proses yang masih tradisional. Mereka mewarnai kain dengan pewarna alami dari tumbuhan di dekat rumahnya. Biasanya kain tersebut dipakai saat upacara adat, barteran dan dijual.

Pendopo dan dan desainer lokal melakukan program pendampingan masyarakat adat tenun ikat Sikka di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Program pendampingan yang diadakan sejak bulan September 2021 hingga Oktober 2022 ini menjangkau lebih dari 90 penenun dari 4 kelompok tenun. Hasilnya kemudian dikolaborasikan dengan desainer lokal untuk dipasarkan melalui Pendopo.

Berikut ini Popmama.com mengulas bagaimana perjalanan pendampingan perajin di Sikka dari mendapatkan pendampingan hingga produknya bisa berlanjut ke industri retail fashion di Indonesia. Simak yuk!

Editors' Pick

1. Setahun waktu yang dibutuhkan untuk pendampingan perajin tenun di Sikka

1. Setahun waktu dibutuhkan pendampingan perajin tenun Sikka
Dok. pendopo

Ditemui dalam jumpa pers pada Kamis, 9 Februari 2022 lalu, Tasya Widya Krisnadi, Direktur Pendopo, menjelaskan sejak awal program pendampingan yang dimulai pada September tahun 2021, ditemukan bahwa masih banyak potensi baik dari produk tenun maupun SDM penenun yang bisa dikembangkan. Untuk itu, Pendopo bekerjasama dengan sebuah yayasan dan pemerintah daerah mengadakan 29 kali program pelatihan dan pendampingan secara berkala dalam rentang waktu Desember 2021 hingga September 2022.

Ellen Widodo, GM Marketing Communications Pendopo mengatakan bahwa pendampingan ini berjalan selama hampir setahun. "Kita melakukan survei dengan pengrajin tenun Sikka. Kita melakukan mapping apa saja yang mereka butuhkan agar yang kita lakukan bisa tetap sasaran. Kita temukan manajemen produksi dan biaya masih kurang, mereka menghitung biaya produksinya belum ada standarnya. Mereka belum bisa menentukan tenaga hingga waktu pengerjaan. Dari survei ini kita mengadakan perumusan apa saja materi yang dibutuhkan para penenun. Hingga, kita menemukan kesimpulan mereka perlu pelatihan manajemen produksi hingga kontrol pengerjaan dan pemasaran. Bahkan manajemen memisahkan keuangan bisnis dan keluarga pun sangat diperlukan," katanya. 

2. Materi yang diberikan untuk para penenun di Sikka

2. Materi diberikan para penenun Sikka
Dok. pendopo

Pada dasarnya, para Mama-Mama Sikka (sebutan penenun di Sikka) memang menjadikan menenun sebagai kegiatan sehari-hari. Kain tenun ini dibuat untuk digunakan sendiri saat beribadah, untuk barter, dan untuk dijual. 

Pendampingan dilakukan demi memberikan mereka pengetahuan yang lebih kuat soal manajemen dan berbisnis. Nggak heran, para penenun begitu antusias dengan adanya pendampingan ini. Materi yang diberikan pun beragam. Seperti, pelatihan SDM (termasuk regenerasi penenun), penyusunan laporan keuangan, manajemen produksi dan penerimaan pesanan, hingga pembuatan demplot (metode
penyuluhan) pewarnaan alam (re-planting).

Selain Pendopo juga memberikan workshop ekonomi kreatif untuk menggali potensi, menghadirkan inovasi, dan mengeksplorasi produk turunan dari tenun ikat Sikka sesuai dengan selera yang lebih kekinian. 

Pada bulan Oktober 2022 Pendopo melakukan pengukuran hasil akhir, dan menemukan bahwa melalui program pendampingan ini Pendopo telah berhasil menjangkau lebih dari 90 orang penenun. Mayoritas penenun tergabung dalam empat kelompok tenun, yaitu kelompok tenun Tati Nahing, kelompok tenun Na’ni House, kelompok tenun Bliran Sina, dan kelompok tenun Watubo.

Selain itu, sebagai langkah regenerasi, kegiatan ini juga berhasil menjangkau para penenun muda (24% dari total), termasuk dari komunitas Remaja Flores Creative yang berusia 18 sampai 34 tahun. Melalui program ini, kondisi ekonomi masyarakat juga meningkat, terbukti dari peningkatan pendapatan penenun hingga 122%, dan terserapnya 12 tenaga kerja baru ke dalam komunitas tenun.

Para penenun juga dibekali sebuah modul yang berguna untuk bisa disebarkan ke penenun lainnya. Ada pula  alat tenun portabel yang tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk menenun, namun juga membantu proses pembelajaran serta menjadi perangkat portabel untuk dibawa ke berbagai pameran dan ekshibisi agar tenun ikat Sikka semakin dikenal. Agar para perajin Sikka bisa menghasilkan warna yang alami untuk hasil tenunnya, Pendopo juga mendonasikan lebih dari 200 bibit tanaman pewarna untuk mendukung pewarnaan yang ramah lingkungan. 

3. Mengenalkan tenun Sikka lewat karya desainer lokal

3. Mengenalkan tenun Sikka lewat karya desainer lokal
Dok. pendopo

Agar hasil karya tenun Ikat Sikka makin dikenal dan terlihat lebih modern, dua desainer lokal yaitu Iyonono dan Didiet Maulana. Keduanya memadukan tenun ikat Sikka dengan koleksi mereka masing-masing yang menarik. 

Koleksi Benang Merah Sikka by Iyonono, berupa koleksi pakaian ready to wear dengan tekstur dimensional menggunakan potongan-potongan kain perca khas desainer muda Iyonono. Seluruh Koleksi Sikka by Iyonono dikerjakan langsung oleh puluhan Ibu-Ibu binaannya di Cirebon dan Kuningan.

Memanfaatkan kain perca tenun ikat Sikka hasil karya para mama sebagai aksen dimensional,
yang dirangkai oleh para ibu di Cirebon dan Kuningan.

Koleksi lainnya adalah Koleksi Surya di Maumere by IKAT Indonesia, karya Didiet Maulana.
“Bersama dengan Pendopo, kami di IKAT Indonesia by Didiet Maulana ingin memperkenalkan
wastra Indonesia dengan menampilkan koleksi pakaian ready to wear bernuansa resort yang
menggunakan kain tenun ikat Sikka dipadu dengan lurik serta siluet yang modern untuk
memberikan nuansa keberagaman.”

Koleksi Tenun Ikat Sikka dapat dilihat di dalam gelaran Indonesia Fashion Week di Jakarta Convention Center, Senayan, pada 22-26 Februari 2023.

Demikian informasi mengenai tenun Ikat Sikka yang dihasilkan oleh para pengrajin daerah di NTT. Melihat prosesnya yang cukup lama dan rumit, nggak salah kalau harga dari kain-kain ini cukup bersaing dengan brand highend. Tapi, kualitas yang dihasilkan pastinya otentik, original, dan limited edition. Tertarik menjadikan Kain Tenun Sikka sebagai koleksi fashin terbarumu?

Baca juga:

The Latest