TORAJAMELO, Busana dari Produk Lokal yang Terbuat dari Bahan Alami!
Rasakan keindahan busana lokal yang alami, nyaman, dan penuh pesona!
11 Desember 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk industri fashion berkelanjutan. Seiring meningkatnya kesadaran akan lingkungan, beberapa desainer dan pengrajin mulai mengeksplorasi potensi bahan-bahan alami lokal untuk menciptakan busana yang ramah lingkungan.
Inovasi penggunaan bahan alami bukan sekadar tren, melainkan gerakan nyata untuk mendukung produksi tekstil yang berkelanjutan. Nah, TORAJAMELO menjadi salah satu brand lokal yang memakai gerakan nyata ini.
Penasaran seperti apa informasi selanjutnya? Berikut, Popmama.com rangkum mengenai busana dari produk lokal ini, terbuat dari bahan alami!
Memakai Cara Tradisional agar Keaslian Terjaga
Di tengah era modernisasi produksi tekstil, TORAJAMELO memilih jalur berbeda dengan tetap mempertahankan metode tenun tradisional. Menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), mereka meyakini bahwa kualitas produk handmade memiliki nilai istimewa yang tak tergantikan.
“Keunikan tenun-tenun dari penenun kita adalah Kita itu masih menggunakan alat ATBM tanpa mesin ya. Jadi semua penenun kita masih menggunakan alat sederhana. Hal ini ingin kami jaga agar make sure quality-nya itu bagus karena hand made,” ujar Egi Septiadi selaku Chief of Staff dalam jumpa pers di Jakarta Selatan (10/12/24).
Editors' Pick
Katun dari NTT Paling Banyak Diminati
Dari beragam tenun Indonesia, TORAJAMELO menyoroti keistimewaan tenun Nusa Tenggara sebagai yang paling diminati. Tenun asal Maumere ini memiliki karakteristik unik dengan motif hewan yang membedakannya dari tenun Sumatera.
“Tenun Nusa Tenggara menjadi paling populer, tenun ini juga dipakai dalam busana asimetrik tenun dari daerah Maumere. Lebih istimewanya, motif tenun ini biasanya berbentuk motif hewan-hewan berbeda dengan tenun Sumatra yang kebanyakan berbentuk bunga-bunga,” kata Egi Septiadi .