Deteksi Dini Kesehatan Ginjal Sebelum Terjadi Gagal Ginjal Kronis
Memperingati Hari Ginjal Sedunia, deteksi ginjal perlu dilakukan sedini mungkin!
15 Maret 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam rangka memperingati Hari Ginjal Sedunia atauWorld Kidney Day yang diperingati pada hari Kamis (12/3) ini, dua organisasi dunia yaitu International Society of Nephrology dan International Federation of Kidney Foundation mengangkat tema "Ginjal Sehat untuk Semua di Mana Saja" untuk World Kidney Day 2020.
Berbeda dengan tahun kemarin, kali ini World Kidney Day lebih memfokuskan pengenalan kesehatan ginjal mulai dari pencegahan, deteksi dini dan pemerataan akses pelayanan demi mencegah terjadinya kondisi gagal ginjal kronis.
Penyakit ginjal sendiri diketahui selalu meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri penyakit ginjal kronis pada tahun 2013 sebanyak 3.800 orang, kemudian meningkat tajam pada tahun 2018 menjadi satu juta orang.
Data global di tahun 2019 menunjukkan, satu dari tiga orang umumnya berisiko mengalami penyakit ginjal kronis.
Saat ini, 10% dari penduduk dunia mengalami kondisi gagal ginjal kronis. Namun sembilan dari sepuluh orang tersebut tidak menyadari kondisinya.
Lalu seperti apa kondisi gagal ginjal kronis itu sendiri? Berikut ini Popmama.com merangkum penjelasannya.
1. Apa itu Gagal Ginjal Kronis?
Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal kronis (PGK) adalah kondisi yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan menyebabkan kerusakan ginjal.
Gagal ginjal kronis juga disebut sebagai kerusakan ginjal berupa kelainan jaringan, adanya komposisi darah dalam urine yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan.
Penyakit ginjal merupakan penyakit yang bersifat progresif. Jika tidak ditangani dengan dengan cepat dan optimal maka akan berlanjut menjadi gagal ginjal kronis.
Kondisi ini akan semakin parah karena akan menimbulkan penumpukan limbah dalam tubuh yang bisa membahayakan tubuh.
Ginjal sendiri diketahui memiliki fungsi untuk mengeluarkan limbah metabolisme seperti ureum, kreatinin dan lainnya yang nantinya akan dibuang melalui urine. Sekitar 100-125 ml/menit darah masuk ke ginjal untuk dibersihkan.
Ginjal juga memiliki penyaringan atau nefron yang disebut dengan glomerulus dan tubulus. Kedua penyaringan inilah yang bertugas untuk menyaring cairan dan limbah yang dikeluarkan, serta menyerap kembali mineral yang dibutuhkan tubuh dan mencegah sel darah merah juga protein agar tidak terbuang.
Selain itu, ginjal juga berfungsi sebagai pembuat hormon eritropoietin yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah serta memproduksi vitamin D.
Banyak orang yang tidak menyadari kondisi ginjalnya bermasalah karena gangguan fungsi ginjal tidak menimbulkan gejala pada awalnya, sehingga kondisi ini baru terdeteksi ketika fungsi sudah menurun.
Editors' Pick
2. Faktor risiko terjadinya Gagal Ginjal Kronis
Penyakit ginjal kronis diketahui dapat terjadi karena beberapa faktor risiko yang dialami oleh seseorang, faktor risiko disebabkan oleh:
- Usia, pada umumnya ketika usia seseorang semakin bertambah, maka risiko terkena penyakit akan lebih tinggi. Selain daya tahan tubuh berkurang, efek dari gaya hidup yang dilakukan pada usia sebelumnya juga memengaruhi kondisi ini.
Jenis kelamin, laki-laki diketahui memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit ginjal dibanding perempuan.
Riwayat keluarga, faktor keturunan atau riwayat dari keluarga juga memiliki pengaruh terhadap kondisi ini.
Pola makan tidak sehat, biasanya terlalu sering mengonsumsi makanan yang tinggi lemak dan protein dapat menyebabkan terjadinya masalah ini, oleh karena itu konsumsi makanan dianjurkan untuk lebih seimbang.
Obesitas, tidak mengatur pola makan juga dapat berdampak pada obesitas. Penumpukan lemak dan kalori yang berlebih menjadi penyebab dari faktor ini. Selain itu mengonsumsi garam, gula, lemak juga perlu diperhatikan.
Kurang aktivitas fisik, malas gerak menjadi faktor lainnya yang dapat menyebabkan penyakit ginjal. Ketika tubuh tidak berolahraga, bukan hanya fungsi ginjal saja yang kurang optimal melainkan fungsi organ lain juga dapat terpengaruh.
Selain beberapa faktor tadi, menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC), merokok juga dapat meningkatkan risiko kanker dan penyakit ginjal.
Merokok bisa mengurangi enzim yang dihasilkan ginjal, ini menyebabkan enzim yang dihasilkan oleh perokok menjadi 46% lebih rendah dari orang yang tidak merokok.
Kemudian, menurut dr. Aida Lydia, Phd., SpPD-KGH selaku ketua umum PB Perhimpunan Negrologi Indonesia, penyebab lain yang dapat menyebabkan penyakit ginjal adalah hipertensi dan diabetes.