Ham Tran Yakini Para Pemuda Berani Sampaikan Cerita Mereka pada Film
Motivasi yang ditebarkan oleh filmmakers pada Festival Chat 4 Sundance Film Festival: Asia 2022
27 Agustus 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di hari kedua pelaksanaan Sundance Film Festival: Asia 2022, tepat hari Jumat, (26/8/2022). Salah satu rangkaian kegiatan Festival Chat kembali dilaksanakan. Festival Chat 4 ini mengundang para produser yang dikenal telah memproduksi film-film ternama di Indonesia bahkan luar negeri.
Ada Meike Taurisia yang merupakan Producer APROFI, lalu Edwin dan Kimo Stamboel yang sama-sama seorang Film Director dari IFDC,. Selain itu, ada seorang Film Director Maika berdarah Vietnam yaitu Ham Tran. Perbincangan Festival Chat 4 ini dipandu oleh moderator yang merupakan seorang Screenwriter dan Creative Manager IDN Pictures.
Dengan menghadirkan pada film makers ini, Festival Chat Sundance Film Festival: Asia 2022 membawa topik A Filmmaker's Vision: How to Build Your Concept. Tujuannya dari sesi ini yakni untuk membagikan ilmu serta pengalaman para narasumber untuk para audiens, yang merupakan para mahasiswa dan calon filmmakers industri film Indonesia.
Berikut Popmama.com telah merangkum sejumlah pembahasan selama sesi Festival Chat 4 di acara Sundance Film Festival: Asia 2022.
Is It Film Has to Be Personal?
Deo Mahameru membuka topik pertama Festival Chat 4 dengan melontarkan pertanyaan "Is it film has to be personal?"
Menanggapi pertanyaan pertama tersebut, Kimo menyatakan bahwa secara pribadi mungkin film itu memang harus ada kadar personal yang dituangkan. Jika hal tersebut tidak ada, maka bagaimana film tersebut bisa dinikmati oleh orang lain.
Setuju dengan pernyataan Kimo, Meike Taurisia, menambahkan bahwa di dalam film harus ada perasaan yang dituangkan karena akan berpengaruh pada pengerjaan di aspek lainnya.
"Keterlibatan perasaan kita dalam cerita itu menjadi akar dari segalanya. Dari situ mulai muncul dari penulisan skenario, bikin shoot dll," tambah Meike.
Dapat disimpulkan bahwa menurut kedua narasumber tersebut, keterlibatan personality dalam cerita yang membuat film menjadi lebih hidup dan lekat dengan realitanya di sebuah kehidupan.
Editors' Pick
Keberadaan Rasa dan Suara Pribadi dalam Pembuatan Suatu Cerita Film
Perbincangan mengenai unsur kepribadian atau rasa dari diri sendiri yang dimasukan dalam sebuah cerita film ini, berlanjut pada bagaimanakah sebagai seorang pembuat film ini menemukan "suara" mereka dalam film.
Menurut Kimo, hal ini tidaklah sulit. Sebagai seorang penulis yang telah berpengalaman, bagi ia naskah yang datang kepadanya, dan dia yang menentukan segalanya dari cerita ini. Apakah cerita tersebut akan dia jadikan menjadi film? Apakah rasa "personality" dari cerita tersebut sudah terasa? Meskipun dalam realitanya menciptakan personal voice dalam cerita film ini memakan waktu yang panjang.
Menanggapi hal tersebut sudut pandang Edwin, yang juga merupakan Film Director IFDC yaitu personal voice itu tidak perlu dicari karena hal itu akan muncul dengan sendirinya.
Hal yang lebih penting dari mencari yaitu cukup mengenali dan memanggil kembali personal voice tersebut dalam cerita film tersebut.
"Kenapa Kamu Ingin Membuat Film dengan Cerita Itu?" Menjadi Landasan Dasar Ham Tran Menciptakan Karyanya
Sebagai seorang pelakon di dunia film, tentunya menciptakan karya untuk layar lebar ini membutuhkan waktu yang lama. Tak hanya dalam hitungan bulan bahkan bisa bertahun-tahun, rasa jenuh atau pudarnya semangat dalam menjalani proyek film ini tentu mungkin saja terjadi.
Para narasumber mengatakan untuk mengatasi hilangnya ketertarikan atau dapat disebut sparks dalam menciptakan proyek film ini mereka harus kembali pada tujuan, visi dan misi serta kekonsistenannya sebagai filmmakers.
Ham Tran sebagai Film Director dari film 'Maika', menyampaikan bahwa hal ini dapat diatasi atau dicegah dengan kembali kepada alasan mengapa sebenarnya saya ingin membuat film ini.
"For me as a director, its really like what i want to say with the film, and even though i make a many different genre i make a horror, i make a sci-fi, that its always about what i want to tell to with the story," jawab Ham.
Dari sudut pandang seorang Meike Taurisia, hilangnya sparks ini berkaitan dengan unsur personal voice dalam cerita. Hal yang terpenting menurutnya adalah ia harus sering membuka pembicaraan bersama produser, karena dari situlah bisa didapatkan apa personal voice dari sutradara, yang cukup berperan penting dalam pembuatan film ini.
Berdamai dengan Keraguan yang Timbul dalam Sebuah Cerita Film
Dalam perjalanan membuat proyek film tentunya akan ada halang rintang yang terjadi, salah satunya yaitu keraguan dari cerita yang telah diciptakan, lalu berpotensi untuk terubah karena keraguan tersebut.
Sebagai seorang Film Director, Edwin memberikan tanggapannya bahwa jika sudah terjun dalam industri ini, yang melibatkan banyak pihak maka jalannya adalah harus ngobrol.
Tanggapan dari Edwin ini samar-samar sama seperti Meike, yang berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa pembuatan proyek ini membutuhkan komunikasi yang kuat dan bagus. Entah pada segi teknis atau unsur cerita dalam film.
Ham Tran, masih dengan prinsipnya sebagai filmmakers yaitu keraguan dalam pembuatan film mungkin saja terjadi. Ia kembali menegaskan bahwa hal tersebut tidak akan menjadi masalah yang besar jika kamu mampu kembali mengingat "mengapa saya ingin menyampaikan cerita ini?"
Selain itu, ia setuju dengan kedua narasumber lainnya yaitu Edwin dan Meike, bahwa berbicaralah dengan seseorang mengenai cerita ini sehingga kamu bisa mengerti tanggapan mereka.
Kimo juga menambahkan bahwa solusi yang juga dapat menjadi pencegahan adalah pilih dan pastikanlah rekan-rekan kerjamu nanti adalah mereka yang dapat satu frekuensi bersamamu. Selain itu, mampu bersama-sama menyukseskan film tersebut. Apalagi sebagai bagian dari pembuat film harus memahami risiko apa sajakah yang akan terjadi sebelum memulai suatu karya ini.
Di akhir perbincangan terdapat pernyataan menarik dari Ham Tran yang menjadi closing statement.
"We all have to remember why we are doing this (film), why we have to make this film, why we chose to tell the story, and so we have to learn to find the inspirations from our self, so that we could inpires others," ucap Ham.
"We must to have a story to tell, and just don't be afraid to tell the story," lanjut Ham saat menutup sesi Festival Chat 4.
Begitu banyak sudut pandang baru, pendapat, pengetahuan, bahkan motivasi yang bisa didapatkan dari Festival Chat 4 ini. Diharapkan untuk para generasi penerus bangsa dalam industri dunia film mampu lanjut menciptakan karya-karya film yang luar biasa.
Baca juga:
- Sundance Film Festival: Asia 2022 Wujud Dukungan Bangkitnya Film Lokal
- 5 Fakta Menarik Film ‘Leonor Will Never Die’, Pembuatan selama 8 Tahun
- Sundance Film Festival: Asia 2022 Bahas Ruang Aman dalam Dunia Film