Negara di Dunia Memberlakukan Larangan Penggunaan Popok dan Plastik
Semua habitat hancur oleh polusi dari pencemaran limbah plastik
16 Juli 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Akhir-akhir ini aktivis lingkungan sedang gencar mengkampanyekan pembatasan penggunaan plastik. Dari mulai membatasi penggunaan sedotan, kantong plastik, dan produk-produk berbahan plastik. Banyak isu sampah plastik menganggu ekosistem laut.
Ditemukan dalam perut belasan rusa yang mati di Nara, Jepang. Di Indonesia pun, sejumlah sampah plastik berupa pembungkus permen hingga sendok plastik juga ditemukan di perut seekor ikan yang dibeli warga dari nelayan.
Sampai plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk bisa terurai.
Untuk mengurangi masalah polusi plastik, negara-negara di dunia sepakat mulai menerapkan kebijakan larangan akan produk-produk tertentu dari popok hingga korek kuping. Larangan tersebut dilakukan guna membantu mencegah kehancuran ekosistem laut dan menyelamatkan kehidupan manusia di bumi.
Berikut popmama.com rangkum informasinya, dibaca yuk!
Editors' Pick
1. Larangan penggunaan popok pertama kali di Vanuatu
Vanuatu adalah negara kepulauan Samudra Pasifik yang sudah mulai merasakan dampak krisis iklim yang diakibatkan naiknya air laut. Vanuatu juga merasa terbebani dengan masalah limbah plastik.
Pada Juli 2018 Vanuatu telah memberlakukan larangan keras terhadap kantong plastik, sedotan, dan kemasan polyestrene. Tahun 2019 mereka memperluas cakupan larangan tersebut, yakni termasuk piring plastik, gelas, stirrer dan kemasan makanan.
Negara berpenduduk sekitar 250.000 orang, menjadi negara pertama di dunia yang melakukan kebijakan larangan penggunaan popok sekali pakai.
Dari The Guardian diketahui bahwa sebuah studi yang dilakukan Commonwealth Litter Programme menunjukkan, hampir 75 persen dari semua sampah plastik di negara ini berasal dari limbah kompos dan popok sekali pakai.
Popok sekali pakai juga bagian dari kombinasi plastik dan bubur kayu yang kemudian butuh waktu untuk bisa terurai selama beberapa ratus tahun.
“Vanuatu menjaga masa depannya. Cepat atau lambat plastik akan berujung di perairan dan berakhir juga di rantai makanan,” ujar Mike Mauvakalo, anggota Departemen Luar Negeri setelah pengumuman mengenai larangan tersebut dikemukakan pada Juni lalu.
Nah, jika kamu juga masih menggunakan popok sekali pakai untuk si Kecil, mungkin Mama bisa memerhatikan popok yang telah dipakai. Kira-kira berapa lama bentuknya masih utuh dan butuh berapa lama hingga bentuknya hancur setelah dipakai.
Terkadang setelah kegerus atau kelindas kendaraan pun masih menyisakan bentuk yang utuh.
2. Uni Eropa melakukan larangan plastik sekali pakai
Hasil suara di parlemen Eropa pada Maret 2019, peralatan makan, gelas, piring plastik dan korek kuping termasuk ke dalam kategori produk-produk plastik sekali pakai yang dilarang.
Larangan itu dilandasi peraturan Uni Eropa mengenai plastik sekali pakai dan tujuan untuk mengatasi masalah limbah laut yang diakibatkan 10 produk plastik yang sering ditemukan di pantai Eropa.
Uni Eropa mengatakan, mereka akan mengatasi isu botol plastik secara terpisah dan bemaksud untuk mengumpulkan dan mendaur ulang 90% botol plastik selama 10 tahun ke depan.
Berdasarkan data World Wide Fund for Nature (WWF) ada 570,000 ton sampah plastik yang mendarat di Laut Tengah setiap tahun. Hal itu juga setara dengan membuang 33.800 botol plastik ke dalam laut setiap menitnya.