Difteri seketika menjadi terkenal dan terkesan menakutkan, terutama di telinga Mama milenial. Infeksi yang disebabkan bakteri Corynebacterium Diphtheriae ini sangat gampang dan cepat proses penularannya. Apalagi jika seseorang kekebalan tubuhnya sedang rendah dan nggak mendapatkan vaksin yang lengkap, maka akan sangat rentan tertular difteri.
Difteri sebenarnya adalah penyakit “jadul” alias jaman dulu dan setiap orang punya bibit bakteri ini dalam tubuhnya tanpa menunjukan gejala klinis yang disebut carrier difteri. Meski begitu belum banyak yang tahu tentang seluk-beluk bakteri yang bisa menyebabkan kematian ini. Berikut 7 fakta difteri yang harus kamu ketahui:
Fakta Difteri #1 Sejarah difteri di dunia (Corynebacterium Diphtheriae)
elidiaoliveoil.com
Pada abad ke 5 SM, Hippocrates pernah menjelaskan dirinya mengalami sakit di tenggorokan yang menimbulkan selaput lendir. Di abad ke-6 Masehi seorang dokter Yunani, Aetius melakukan observasi pertama kali terhadap bakteri difteri. Barulah Edwin Klebs dan Friedrich Löffler di tahun 1884 yang merupakan bakteriolog berkebangsaan Jerman melakukan penelitian bakteri penyebab difteri yang juga sering disebut Klebs-Löffler bacillus. Tahun 1892 Amerika menemukan antitoksin difteri yang berasal dari serum darah kuda. Pengembangan vaksin difteri dilakukan pada tahun 1920-an yang bertepatan pada wabah difteri di dunia yang terjadi pada rentan waktu 1920-1930.
Fakta Difteri #2 Indonesia termasuk negara endemis difteri
AP/Tatan Syuflana
Tahun 2014, World Health Organization (WHO) mencatat ada 7.321 kasus difteri di seluruh dunia dan Indonesia berada di urutan kedua setelah India. Catatan Kemeterian Kesehatan RI, Indonesia pernah beberapa kali terjangkit wabah difteri, diantaranya di tahun 1990, 2009, 2013 dan kali ini di penghujung tahun 2017. Selain Indonesia, wabah difteri saat ini juga terjadi di Yaman dan Bangladesh. Habitat bakteri ini adalah di negara beriklim tropis dan sedang, terutama yang padat penduduknya.
Editors' Pick
Fakta Difteri #3 Difteri sebabkan kematian
dailymail.co.uk
Infeksi difteri terjadi karena bakteri di saluran pernapasan mengeluarkan racun yang disebabkan bakteriofag. Racun ini mematikan sel jaringan baik, menghambat protein dan akan membentuk membran (bercak) pada faring (tenggorokan) dan hidung yang berwarna putih keabu-abuan sehingga orang kesulitan bernapas. Kalau nggak langsung ditangani, racun ini akan menyebar ke aliran darah dan menimpulkan komplikasi seperti gagal jantung dan kerusakan saraf hingga menyebabkan kematian. Secara global, 5-10 persen penderita difteri berujung meninggal, dan dari 20 persen korban meninggal rata-rata berusia dibawah 5 tahun dan diatas 40 tahun.
Fakta Difteri #4 Masa inkubasi dan gejala lanjutan yang ditimbulkan
cbsnews.com
Bakteri difteri yang terinfeksi toksin akan berkembang selama 2-5 hari dengan menunjukan gejala ringan seperti flu dan batuk sehingga penderita sering salah menduga. Gejala yang dialami penderita seperti sakit tenggorokan, susah menelan, benjolan di leher, kehilangan nafsu makan, demam, dan pada akhirnya muncul bercak putih kelabu pada selaput lendir dan hidung. Selain saluran pernapasan, gejala juga bisa dialami kulit yang menjadi merah dan menimbulkan luka. Masa penularan difteri sekitar 2-4 minggu.
Fakta Difteri #5 Penyebaran bakteri difteri
indianexpress.com
Bakteri difteri ditemukan pada tumbuhan dan makanan yang tidak higienis, termasuk hewan yang terinfeksi difteri. Pada manusia, bakteri ini ditularkan melalui percikan liur dan udara saat penderita bersin atau batuk, cara ini membuat penularan difteri sangat mudah. Benda-benda yang kontak langsung dengan penderita juga menjadi sumber penyebaran bakteri. Terkena darah atau luka penderita difteri juga bisa menularkan bakteri ini. Pergi ke tempat endemis difteri juga berpotensi tertular. Gunakan masker untuk mengurangi potensi penyebaran bakteri difteri.
Fakta Difteri #6 Penderita dan pengobatannya
metalary.com
Difteri bisa menyerang siapapun tanpa batasan usia. Kebanyakan penderita difteri berusia dibawah 5 tahun dan diatas 40 tahun karena imunisasi yang tidak lengkap. Orang-orang yang tinggal di daerah padat dan tidak sehat, kekebalan tubuh rendah dan bermasalah. Perlu dilakukan penanganan langsung pada penderita difteri diawali dengan mengisolasinya selama 2-3 minggu. Kemudian pasien diberikan antitoksin serum anti difteri dan juga antibiotik untuk membunuh bakteri penghasil racun.
Fakta Difteri #7 Pencegahan wabah difteri
AP/Tatan Syuflana
Mencegah wabah difteri sudah dilakukan pemerintah sejak tahun 1990an dengan mencanangkan imunisasi dasar lengkap. Imunisasi tersebut terdiri dari Imunisasi dasar sebanyak tiga kali di usia 2, 3 dan 4 bulan terdiri dari DPT-HB-Hib (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis-B dan Haemofilus influensa tipe b) pada usia 2, 3 dan 4 bulan.
Imunisasi lanjutan satu kali di usia 18 bulan (DPT-HB-Hib). Imunisasi lanjutan kedua satu kali vaksin DT (Difteri Tetanus) saat anak usia 5 tahun atau kelas 1 SD. Imunisasi lanjutan ketiga Td (Tetanus difteri) saat anak kelas 2 SD. Imunisasi lanjutan keempat Td (Tetanus difteri) saat anak kelas 5 SD. Kemudian imunisasi booster dilakukan 10 tahun sekali untuk mejaga kekebalan tubuh.
Anak yang sudah mendapatkan imunisasi lengkap, tetap harus mendapatkan vaksin difteri tambahan jika berada pada daerah berpredikat Kejadian Luar Biasa Difteri yang memerlukan Response Imunization (ORI).