Ma, Cegah Stunting Pada Anak dengan Datang Ke Pekan Koseling Gizi Yuk!
Anak dengan stunting miliki IQ 11 poin lebih rendah dari anak normal. Yuk, Ma atasi masalah ini!
26 Januari 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ma, penting lho menjaga asupan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak. Sebab kondisi gizi anak yang cukup bukan hanya dilihat dari kehidupannya setelah lahir ke dunia, melainkan sejak menjadi calon janin dalam kandungan. Untuk itu Mama perlu mempersiapkan gizi untuk anak 3 bulan sebelum kehamilan.
Mengapa ini penting? Sebab Kementerian Kesehatan RI berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 yang dilihat dari tinggi dan usia anak, dari 170 ribu balita di Indonesia, prevalensi anak yang mengalami stunting dengan indikator sangat pendek sebesar 9,8 persen dan balita pendek 19,8 persen. Sedangkan pada kategori baduta (bayi dua tahun) ada anak yang sangat pendek sebanyak 6,9 persen dan pendek 13,2 persen.
“Pemerintah prihatin pada persoalan gizi yang kompleks, bukan hanya karena ketidakmampuan dalam mengakses bahan makanan. Tapi terutama ketidaktahuan masyarakat dalam memilih, mengolah dan menyajikan bahan makanan,” terang Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes.
Stunting pada anak adalah masalah kurang gizi yang kronis karena kurangnya asupan gizi yang dibutuhkan anak dalam waktu cukup lama. Stunting terjadi sejak anak di dalam kandungan dan baru diketahui tandanya saat usia anak 2 tahun. Kondisi ini berakibat pada tingginya angka kematiaan bayi dan anak, penderita mudah sakit dan mengalami pertumbuhan postur tubuh yang tidak optimal sesuai usianya.
Inilah yang menjadi fokus pemerintah pada peringatan Hari Gizi Nasional Ke 58 di tahun 2018 ini. Pemilihan tema “Mewujudkan Kemandirian Keluarga dalam 1000 HPK untuk Pencegahan Stunting” sangat relevan dengan dampak buruk akibat stunting.
Organisasi kesehatan dunia, WHO pun menetapkan bahwa balita dengan stunting memiliki IQ 11 poin lebih rendah daripada balita dengan pertumbuhan normal.
Angka balita stunting yang tinggi di Indonesia disebabkan ibu hamil kurang menyadari pentingnya asupan gizi yang baik saat persiapan dan awal kehamilan. Kemenkes mencatat, dari 89,1 persen ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah, hanya 33,3 persen yang mengonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilan. Selain itu data PSG 2016 juga menyebutkan hanya 54 persen bayi 0-5 bulan yang mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif.
Editors' Pick
Pekan konseling gizi untuk mencegah anak stunting dan kurang gizi
Melalui peringatan HGS tahun 2018, pemerintah bersama ahli gizi dan kesehatan masyarakat memberikan pemahaman akan pentingnya kehidupan 1000 hari pertama pada anak melalui pekan konseling yang berlangsung sejak 25-31 Januari 2018. Sebanyak 7000 konselor gizi di Puskesmas dan 4000 lainnya di rumah sakit di seluruh Indonesia. Konselor gizi nantinya akan mendatangi keluarga dengan anak stunting maupun gizi buruk untuk diberikan pemahaman tentang pola makan, pola asuh dan sanitasi yang sehat.
“Pekan konseling dilakukan di seluruh Indonesia yang dikoordinasikan jajaran Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), baik ditingkat pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) juga ikut memahamkan kepada masyarakat bahwa masalah gizi tidak hanya dari aspek pelayanan kesehatan. Tapi juga dari perbaikan lingkungan dan perilaku yang diperlukan oleh masyarakat untuk mewujudkan derajat kesehatan, khususnya status gizi yang berimbang,” Kata dr. Anung.
Stunting juga dialami anak dari keluarga kaya
Ironis, kurangnya pemahaman masyarakat akan status gizi seimbang bukan hanya dialami kelompok keluarga tidak mampu, tapi juga kelompok keluarga kaya. Ketua Umum Persagi Dr. Minarto, MPS mengatakan bahwa dari data Riskedas tahun 2012 sekitar 30 persen anak dari kelompok keluarga kaya mengalami stunting.
“Ini anak-anak yang ibunya sibuk, bapaknya sibuk ternyata anaknya tidak terurus. Kita dulu berpikir kalau kaya akan menjamin kecukupan gizinya, tapi ternyata tidak. Jadi harus serius dalam pola asuh terhadap anak. Ibu harus punya kontak konselor gizi. Kita tingkatkan sekarang bagaimana merancang pola asuh dengan baik,” tegas Dr. Minarto.
Pada kelompok lain, anak stunting dari kelompok keluarga miskin mencapai 48 persen. Kondisi ini disebabkan banyak faktor, mulai dari ketidakmampuan ekonomi memenuhi kebutuhan anak, kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang, dan sanitasi yang buruk.