Penyebab, Cara Pencegahan, dan Perawatan yang Tepat saat Diare
Bisa disebabkan oleh makanan atau peradangan pada usus
20 Januari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagian orang nampaknya sudah pernah mengalami diare. Diare adalah kondisi dimana tinja keluar dengan bentuk encer, berair, dan seringnya frekuensi buang air besar. Biasanya diare juga diiringi rasa sakit perut yang lumayan hebat dan berlangsung selama bebapa hari. Diare bisa terjadi dan menghilang dengan sendirinya.
Dilansir dari Healthline, ada 2 macam diare, yaitu diare akut dan diare kronis. Diare akut terjadi selama 1-2 hari. Biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri hingga keracunan makanan.
Sedangkan diare kronis bisa berlangsung setidaknya selama 4 minggu.
Hal ini biasanya terjadi akibat adanya penyakit di dalam usus atau kelainan, seperti penyakit celiac pada usus kecil atau penyakit crohn berupa peradangan usus kronis.
Secara lebih lanjut, berikut Popmama.com jelaskan lebih rinci mengenai penyakit diare. Disertai beberapa fakta mengenai penyebab, gejala, dan perawatan sehingga Mama akan lebih siap jika ada anggota keluarga yang mengalami diare.
1. Penyebab diare
Penyebab diare diakibatkan oleh sejumlah kondisi. Penyebab potensial diare bisa dari intoleransi makanan, seperti intoleransi laktosa, adanya alergi terhadap makanan tertentu, reaksi negatif terhadap suatu obat, infeksi bakteri, atau infeksi parasit.
Penyebab diare yang dialami anak-anak
Jika pada anak-anak, biasanya diare disebabkan oleh rotavirus. Rotavirus sebagai penyebab diare yang umumnya menyerang anak biasanya ditularan melalui fecal-oral, yaitu dari feses penderita dan tidak sengaja masuk ke dalam mulut melalui kontak denga air, makanan, tangan, dan objek lain yang terkontaminasi.
Diare juga bisa disebabkan oleh infeksi lain dari bakteri salmonella yang biasanya ditemukan pada telur setengah matang, daging, atau buah dan sayuran jika tidak dibersihkan dengan baik.
Selain itu bakteri lain seperti E.coli juga dapat memicu timbulnya diare. Bakteri E.coli sering ditemukan pada susu segar, daging mentah, dan buah serta sayuran yang tidak dicuci dengan bersih.
2. Gejala umum diare
Gejala-gejala yang mengindikasikan seseorang mengalami diare juga dapat berbeda-beda. Mama mungkin akan mengalami salah satu atau bahkan beberapa gejala umum sekaligus. Gejala diare ini pun bergantung pada penyebabnya. Namun, biasanya diare memiliki gejala sebagai berikut
- mual,
- sakit perut,
- kram peru,
- kembung,
- dehidrasi,
- demam,
- tinja berdarah,
- keinginan BAB yang sering.
Jika Mama atau anggota keluarga lain mengalami salah satu gejala di atas, segara menghubungi dokter untuk mendapatkan perawatan medis karena diare cukup menyakitkan dan dapat mengganggu aktivitas.
Editors' Pick
3. Dampak diare
Keluarnya tinja yang cenderung berupa cairan secara terus-menerus dalam jangka waktu cukup lama bisa menyebabkan tubuh dehidrasi. Jika tidak segera ditangani, diare dan dehidrasi ini dapat menimbulkan dampak yang cukup serius lho, Ma.
Tanda-tanda dehidrasi yang timbul karena diare meliputi:
- kelelahan,
- selaput lendir kering,
- peningkatan denyut jantung,
- pusing,
- rasa haus meningkat,
- penurunan BAK,
- mulut kering.
Sedangkan pada anak-anak diare memberikan dampak yang lebih parah. Diare pada anak juga menyebabkan dehidrasi yang bisa ditandai dari kurangnya air mata saat menangis, mata cekung, kulit kering, kantuk, dan kelelahan.
Jika anak mengalami diare selama 24 jam atau lebih, anak bahkan bisa disertai demam hingga 39Ëšatau lebih tinggi.
Segera bawa si Kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis ya, Ma.
Terlebih jika anak memiliki tinja yang mengandung darah atau nanah serta tinja berwarna hitam dan kering karena sudah mengindikasikan keadaan darurat.
4. Cara diagnosa
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan secara fisik dan memertimbangkan riwayat medis untuk menentukan penyebab pasti diare. Dokter juga akan meminta tes laboratorium untuk memeriksa sampel urin dan darah.
Selain itu, tes tambahan juga mungkin akan dilaksanakan untuk mengetahui kondisi lainnya. Tes tambahan bisa meliputi berikut:
- puasa untuk menentukan apakah penyababnya dari intoleransi makanan,
- tes untuk memeriksa peradangan dan kelainan structural usus,
- kultur tinja untuk memeriksa bakteri, parasit, atau tanda penyakit lain,
- kolonoskopi untuk memeriksa seluruh usus besar,
- sigmoidoskopi untuk mengidentifikasi penyakit usus pada diare kronis.
5. Cara penanganan
Pada kasus diare memang kebanyakan orang akan memiliki keluhan lemas dan lelah serta sulit untuk fokus.
- Berikan banyak cairan untuk tubuh
Perawatan untuk penderita diare biasanya membutuhkan penggantian cairan yang hilang. Hal ini berarti Mama memerlukan banyak minum air atau minuman pengganti elektrolit, seperti minuman energi untuk olahraga. Sebagian yang sudah parah juga diberikan penanganan medis seperti di infus cairan sesuai arahan dokter.
- Konsumsi antibiotik
Pada kasus yang lebih serius, Mama mungkin akan mendapatkan tambahan cairan melalui terapi intravena. Jika infeksi bakteri yang menjadi penyebab diare, dokter mungkin akan meresepkan obat antibiotik.
Dokter akan memutuskan cara perawatan berdasarkan keparahan dan kondisi frekuensi, tingkat dehidrasi, riwayat kesehatan, usia, dan kemampuan tubuh untuk mentoleransi berbagai prosedur atau pengobatan yang dapat dilaksanakan.
6. Makanan aman saat diare
Saat diare, sebaiknya tetap diiringi dengan konsumsi makanan untuk menjaga kondisi tubuh. Namun, ada beberapa makanan dan minuman yang perlu diperhatikan. Konsumsi lah makanan sederhana yang mudah dicerna dan menyerap air dari tinja.
Ketika mengalami diare, sebaiknya mengonsumsi makanan hambar karena makanan pedas dapat mengiritasi usus dan bisa memperparah kondisi diare.
Beberapa makanan yang dianjurkan yaitu, sereal, roti, kentang rebus, atau nasi. Mengonsumsi banyak makanan sepanjang hari selama diare dapat menjaga sistem pencernaan agar tidak terlalu bekerja keras.
Selain itu, makanan probiotik juga dapat membantu diare, seperti yoghurt atau kefir. Hal ini karena probiotik dapat membantu pencernaan sehingga keseimbangan bakteri baik dan jahat di dalam usus terhaga. Namun, hindari produk susu karena justru bisa mengiritasi sistem pencernaan.
Mama bisa mengonsumsi produk non-susu, seperti miso atau asinan kubis.
7. Cara pencegahan
Meskipun diare dapat terjadi karena berbagai alasan, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan sebagai pencegahan.
- Cuci area memasak dan bahan makanan pad air mengalir hingga bersih. Sajikan makana dengan segera setelah menyiapkannya.
- Sedangkan untuk mencegah diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, dapat dicegah dengan rutin mencuci tangan menggunakan air dan sabun hingga bersih selama 20 detik. Kemudian, gunakan hand sanitizer jika tidak ada air atau sabun untuk membunuh bakteri yang masuk dalam tubuh.
- Jika Mama sedang melakukan perjalanan jauh dan tak ingin mengalami diare, bisa dilakukan dengan membawa antibiotik salam bepergian, hindari mengonsumsi air kran atau air ledeng secara langsung. Sebaiknya, hanya mengonsumsi makanan dan minuman yang telah dimasak.
Itu lah beberapa hal penting dari penyebab, pencegahan dan perawatan diare yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat ya, Ma.
Baca juga:
- Ma, Intip Cara Mengatasi Diare pada Trimester Kedua yuk Ma!
- Si Kecil Diare? Begini Cara Membuat Oralit untuk Balita
- Penyebab dan Cara Mengatasi Diare pada Bayi