Popmama Arisan: 1001 Cara Bicara Pendidikan Seks pada Anak
Pendidikan seks sejak dini itu penting lho, Ma
9 Desember 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di Indonesia, pendidikan seks bagi anak masih dianggap tabu oleh sebagian orang. Padahal, pendidikan seks harus diperkenalkan dan diajarkan sejak dini kepada anak. Nantinya, ini bisa jadi bekal bagi pengetahuan anak mama.
Orangtua memiliki peran penting karena Mama dan Papa merupakan sumber pertama pendidikan seks untuk si Kecil.
Jika pendidikan seks tidak diberikan sejak dini, anak tidak akan mengetahui serta cenderung mencari informasi melalui teman sebaya atau sumber-sumber lain yang belum tentu akurat.
Untuk menambah pengetahuan Millennial Mama mengenai hal ini, Popmama.com mengadakan Popmama Arisan bekerja sama dengan Skata dan BKKBN membahas lebih jauh tentang tema Bicara Pendidikan Seks pada Anak pada hari Jumat (6/12/19) di IDN Media HQ, Jakarta.
Dimoderatori oleh Mama Eghy, selaku Editor Popmama.com, kali ini Popmama Arisan menghadirkan narasumber yang ahli dalam bidang kesehatan, antara lain Dr. Hernalom Gultom, MM, selaku Advisor Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN dan Alexandra G. Adeline, M.Psi, seorang psikolog Smart Mind Center Consulting.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan seks pada anak. Berikut Popmama.com rangkum untuk Mama dan Papa ketahui.
1. Kenali apa itu pendidikan seks
Sebelum memberikan pendidikan seks pada anak, Mama dan Papa perlu tahu apa sih yang dimaksud dengan pendidikan seks.
“Kalau kita bicara pendidikan seks, konotasi sementara ini seks itu berbicara tentang hubungan seks. Jika orang memberikan pendidikan seks pada anak dianggap mengajari anak berhubungan seksual. Oleh karena itu, BKKBN mengubah strategi dan mengembangkan pendidikan seks menjadi pendidikan kesehatan reproduksi. Baik pada remaja maupun dewasa," jelas Dr. Hernalom Gultom.
Kesehatan reproduksi adalah kondisi sehat dari sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi. Bebas dari penyakit dan kecacatan, secara fisik maupun sosial.
Dr. Hernalom Gultom juga menceritakan bahwa ia pernah didatangi pasangan remaja, mereka melakukan hubungan seksual. Kemudia keduanya menanyakan kesehatan reproduksi masing-masing sambil menanyakan, apakah sang perempuan bisa hamil atas apa yang telah mereka lakukan (hubungan seks).
Dari kejadian ini, Dr. Hernalom Gultom menjelaskan, secara fisik pasangan muda tadi memiliki kondisi reproduksi yang sehat, namun secara sosial mereka mengalami kecacatan. Kondisi yang seperti inilah yang menjadi fokus BKKBN, perlu adanya pendidikan kesehatan reproduksi.
Pendidikan seks yang dikemas dalam kesehatan reproduksi tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, namun juga secara fisik maupun sosial.
Editors' Pick
2. Siapa saja pihak yang perlu terlibat dalam pendidikan seks pada anak
Pihak utama yang harus terlibat dalam pendidikan seks pada anak adalah orangtua karena anak akan memulai segala sesuatu mulai dari lingkungan keluarganya.
Menurut Dr. Hernalom Gultom, “Jangan mengadopsi pada paradigma atau gaya didikan orangtua jaman dulu yang menganggap seks adalah hal yang tabu. Seperti halnya mengajarkan anak bagaimana cara membuat teh atau kopi, jika tidak dididik sejak dini maka anak tidak akan mengetahui bagaimana cara kerja organ reproduksi secara tepat.”
Baru kemudian dibantu oleh pihak lain, seperti guru-guru di sekolah, instansi pemerintah terutama bidang kesehatan, serta LSM sebagai mitra keluarga. Mereka memiliki andil dan tanggungjawab besar dalam pendidikan.
Pada kesempatan ini Psikolog Alexa juga menceritakan bahwa pernah ada pasien yang sama sekali tidak tahu bagaimana cara berhubungan seksual setelah menikah sementara pasangan tersebut ingin memiliki anak.
Menurut Alexa, pasangan suami-istri tersebut hanya pergi tidur bersama, saling menyentuh dan berciuman tapi tidak melakukan apa-apa.
"Penting bagi anak untuk dijelaskan agar mereka mengerti," kata Alexa, tentunya cara menyampaikan disesuaikan dengan usia anak.