Mengapa Ibu Hamil dan Anak Belum Mendapat Giliran Vaksin Covid-19?
Ternyata banyak pertimbangan medis yang mendasari keputusan itu
27 Februari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat vaksin Covid-19 pertama kali disuntikkan kepada Presiden Joko Widodo, hampir seluruh kalangan bertanya, “Giliran saya kapan?” Tak terkecuali Mama yang sedang hamil, juga vaksinasi untuk anak-anak.
Setelah tenaga kesehatan mulai divaksinasi, perlahan tapi pasti proses vaksinasi terus berlanjut untuk mereka yang sesuai persyaratan penerima vaksin. Sayangnya, ibu hamil dan anak-anak tidak masuk dalam kelompok penerima vaksin tersebut.
Bahkan, lansia dan ibu menyusui awalnya juga tidak bisa mendapat vaksin. Namun, kini kedua kelompok tersebut sudah bisa mendaftarkan diri untuk menerima vaksin sesuai petunjuk dari pelayanan kesehatan setempat.
Lalu, kapan giliran ibu hamil dan anak-anak? Faktor apa yang membuat ibu hamil dan anak-anak belum bisa memperoleh vaksin Covid-19?
Yuk, simak hasil penelusuran Popmama.com dari berbagai sumber berikut ini.
Editors' Pick
1. Keamanan vaksin covid-19 terhadap ibu hamil masih terus diuji
Seperti diungkapkan oleh CDC, sampai temuan dari uji klinis dan studi tambahan mengenai vaksin ini tersedia, ibu hamil belum jadi prioritas sebagai penerima vaksin.
Data uji klinis atas vaksin yang telah ada, seperti vaksin Pfizer atau Moderna, masih terbatas pada studi toksisitas reproduksi dan perkembangan hewan saja. Hasil penelitian memang menunjukkan tidak ada masalah keamanan dalam pemberian vaksin pada hewan dengan kondisi mengandung.
Namun, para peneliti masih terus merencanakan penelitian lanjutan pada ibu hamil. Kedua produsen vaksin disebut sedang memantau subjek yang mengikuti uji klinis dalam keadaan hamil.
Untuk itu, CDC bersama FDA (Food and Drug Administration) membuat sistem pemantauan keamanan yang ketat terkait upaya vaksinasi selama kehamilan sehingga laporan mendetail dapat dibuat kemudian.
2. Petugas kesehatan yang sedang hamil bisa memilih divaksinasi dengan pertimbangan
Namun demikian, petugas kesehatan yang sedang hamil punya pilihan untuk divaksin jika memungkinkan.
WHO menyatakan bahwa mereka belum menemukan risiko terburuk dari kemungkinan vaksinasi ibu hamil yang bekerja sebagai tenaga kesehatan.
Ibu hamil yang berisiko tinggi terpapar Covid-19 atau memiliki penyakit penyerta yang berisiko pada kematian, bisa divaksinasi usai berkonsultasi dengan dokter masing-masing.
Beberapa pertimbangan berikut bisa jadi penguat keputusan ini, yaitu:
Kemungkinan terpapar virus Covid-19 tergolong tinggi, seperti ibu hamil yang bekerja sebagai tenaga kesehatan
Risiko yang mungkin dihadapi jika mereka mengidap covid-19, terlebih jika ada penyakit bawaan, termasuk risiko yang potensial dialami janin dalam kandungan.
Pengetahuan tentang vaksin tersebut, bagaimana vaksin bisa membangun perlindungan terhadap virus dalam tubuh, efek samping, dan menyadari bahwa masih ada kekurangan data terkait pengaruh vaksinasi pada kehamilan.
Meskipun begitu, setelah ibu hamil memperoleh vaksin, tetap wajib mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran covid-19 lebih lanjut.
Artinya, jika memang ibu hamil berniat mendapatkan vaksin, harus sudah siap pula dengan konsekuensi yang mungkin timbul.
Itulah mengapa sebaiknya ibu hamil berkonsultasi lebih dulu dengan dokter, terutama jika ada riwayat reaksi alergi terhadap vaksin atau terapi suntik. Pilihan lain, ibu hamil bisa menunggu hingga melahirkan karena ibu menyusui sudah boleh menerima vaksin Covid-19.
3. Kapan anak-anak bisa divaksinasi?
Vaksin pertama yang dirilis membatasi usia penerima minimal 16 tahun. Di beberapa negara, vaksin ini diprioritaskan lebih dulu kepada tenaga kesehatan, frontliners workers lain, dan lansia. Baru berlanjut ke kelompok penerima lainnya.
Namun, vaksin tersebut harus menuntaskan sejumlah uji coba klinis sebelum diberikan kepada anak-anak. Tujuannya tak lain untuk memastikan vaksin benar-benar aman dan efektif pada kelompok usia tersebut.
Anak bukanlah orang dewasa versi mini. Sistem kekebalan tubuh anak berbeda dengan orang dewasa. Bahkan, respons imunitas anak terhadap vaksin bisa berbeda pada tiap kelompok usia.
Lebih lanjut, kita tidak bisa berasumsi vaksin yang cocok untuk orang dewasa punya efek serupa pada anak. Maka, produsen vaksin pun terus melakukan serangkaian uji klinis secara cepat.
Produsen vaksin seperti Pfizer dan Moderna sudah memulai rangkaian uji coba vaksin pada anak usia 12 tahun. Jika berhasil, pihak berwenang akan me-review hasilnya, diikuti oleh proses produksi dan distribusi sampai anak-anak mendapat giliran menerima vaksin.
Demikian fakta seputar vaksinasi Covid-19 terhadap ibu hamil dan anak-anak. Sementara itu, tetap patuhi protokol kesehatan, kenakan masker, jaga jarak, cuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, serta hindari bepergian dan kerumunan jika tidak mendesak.
Semoga kita akan memperoleh kabar baik dalam waktu dekat ya, Ma.
Baca juga:
- Tak Perlu Ragu dengan Vaksin Covid-19, Ini Jawaban IDI!
- Vaksinasi Nasional Covid-19 untuk Guru, Siap Belajar Tatap Muka?
- Vaksinasi Covid-19 Lansia: Begini Syarat dan Cara Daftarnya!