Bagaimana Cara Memilih Air Minum Galon agar Bebas BPA?
Cegah kontaminasi BPA, berikut tips memilih galon isi ulang dengan benar
11 Juli 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Air minum telah menjadi kebutuhan pokok yang kita konsumsi setiap harinya. Namun saat ini agaknya masyarakat harus lebih berhati-hati dalam memilih produk air minum galon untuk dikonsumsi.
Pasalnya, telah ditemukan sebanyak 3,4 persen sampel yang tidak memenuhi syarat batas maksimal migrasi BPA pada sebuah produk air minum kemasan galon.
"Berdasarkan hasil pengawasan kemasan galon yang dilakukan Badan POM pada tahun 2021 dan 2022, baik dari sarana produksi maupun peredaran, ditemukan 3,4% sampel tidak memenuhi syarat batas maksimal migrasi BPA yang diperoleh di sarana peredaran”, ujar Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito seperti yang dilansir dalam laman resmi Badan POM.
Batas migrasi BPA sendiri perlu ditetapkan karena BPA atau Bisfenol A merupakan senyawa pengganggu hormon yang berpotensi mengganggu fungsi normal dari sistem hormon. BPA dapat menimbulkan efek yang merugikan pada kesehatan, sistem reproduksi, tumbuh kembang, hingga masalah tingkah laku.
Di pasaran ada dua jenis galon, yaitu kemasan galon isi ulang yang terbuat dari Polikarbonat yang mengandung BPA dan Kemasan galon sekali pakai yang terbuat dari PET yang tidak mengandung BPA (BPA Free). Lantas, bagaimana cara memilih air minum galon isi ulang agar bebas dari BPA?
Berikut Popmama.com berikan informasi tips memilih air minum galon isi ulang agar aman dari bahaya BPA.
Editors' Pick
Apa Itu BPA?
Dirangkum dari laman Healthline, Bisfenol A (BPA) merupakan bahan kimia industri yang biasa digunakan dalam pembuatan plastik dan ditambahkan ke banyak produk komersial, seperti wadah makanan, botol bayi, botol air plastik, hingga produk kebersihan.
Bahan ini telah digunakan sejak tahun 1960-an untuk menghasilkan kualitas plastik yang kuat serta tahan banting untuk kemasan makanan dan peralatan dapur.
Penggunaan bahan BPA pada sebuah kemasan dapat menyebabkan terjadinya migrasi, yakni berpindahnya komponen pada kemasan ke dalam produk.
Di Indonesia sendiri penetapan batas migrasi Bisfenol A pada kemasan plastik polikarbonat (PC) telah ditetapkan dalam Peraturan Badan POM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan, yakni sebesar 0,6 bagian per juta atau 600 mikrogram per kilogram.
Namun berdasarkan hasil pengawasan kemasan galon yang dilakukan Badan POM pada tahun 2021 dan 2022, ditemukan hasil uji migrasi BPA yang mengkhawatirkan (0,05 hingga 0,6 bagian per juta) sebesar 46,97 persen di sarana peredaran dan 30,91 persen di sarana produksi.
Bahaya BPA Bagi Kesehatan
- Dapat menyebabkan kemandulan pada laki-laki dan perempuan
Bahaya pertama dapat terjadi pada masalah kesuburan. Sebagai fitoesterogen atau senyawa nabati yang meniru estrogen, BPA bekerja pada reseptor esterogen pada laki-laki dan perempuan untuk meningkatkan peradangan atau menyebabkan kerusakan sel melalui proses yang disebut stres oksidatif.
Kerusakan tersebut dapat terbentuk dalam berbagai cara. Pada laki-laki, kadar testosteron akan lebih rendah, kualitas sperma dapat berkurang, hingga infertilitas yang lebih besar.
Sedangkan pada perempuan, BPA dapat berpengaruh dengan menurunkan hormon estradiol, mengurangi jumlah sel telur yang sehat, dan secara negatif mempengaruhi kemampuan sel telur yang telah dibuahi untuk ditanamkan pada rahim.
BPA juga sering dikaitkan dengan kondisi endometriosis—abnormal penebalan jaringan dinding rahim dan sindrom polikistik ovarium(PCOS) dalam sebuah peneitian.
- Dapat menyebabkan obesitas, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2
Efek peradangan BPA dapat berkontribusi pada penambahan berat badan yang tidak diinginkan, yang beriringan dengan perkembangan penyakit jantung serta diabetes tipe 2.
Selain mengikat reseptor estrogen, BPA juga dapat mengikat reseptor hormon lain, yang bisa menyebabkan adipogenesis atau akumulasi lemak.
Tak hanya itu, BPA juga dapat menyebabkan stres pada tubuh dengan merusak mitokondria (pabrik energi di setiap sel). Di mana stres tersebut akan berpengaruh terhadap peradangan kronis serta mengubah respon kekebalan tubuh dalam mengatur berat badan, nafsu makan, hingga kadar hormon.
- Dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya
Selain masalah kemandulan, BPA juga dapat terkait dengan cacat lahir dan masalah kesehatan pada anak. Ada banyak cara bagaimana plastik dapat mengganggu pertumbuhan embrio, janin, atau masa kanak-kanak yang sehat karena dapat masuk ke plasenta dan ASI.
Di mana janin yang sedang berkembang tidak dapat memecah BPA dan membuatnya lebih sensitif terhadap paparan. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa paparan BPA dalam rahim akan memengaruhi ekspresi gen, yang dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan, termasuk peningkatan resiko obesitas dan penyakit metabolik.
Paparan BPA dalam tingkat rendah juga telah dikaitkan dengan perkembangan kanker tertentu, termasuk kanker ovarium, kanker payudara, kanker prostat, dan kanker usus besar.