Mom Shaming yang Rentan Dialami Mama Baru
Perilaku ini seringkali membuat para Mama stres dan bahkan depresi
4 Oktober 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Perkembangan teknologi saat ini memang memberikan banyak keuntungan bagi Mama. Namun demikian, ada pula kerugian yang bisa didapat. Salah satunya yakni mom shaming.
Istilah ini muncul dan mulai populer setelah di media sosial setiap orang bisa bebas berkomentar tentang apapun yang diunggah. Kadang-kadang komentar yang didapat bersifat negatif dan bahkan mempermalukan.
Tak hanya terjadi di kalangan artis dan di media sosial, situasi mom shaming ini juga bisa terjadi di lingkungan keluarga, teman atau tetangga secara langsung.
Hati-hati, tanpa disadari mom shaming juga bisa menimbulkan stres, depresi dan bahkan rasa putus asa. Terutama bagi ibu baru yang masih banyak belajar untuk mengurus keluarga dan tentu saja buah hatinya.
Berikut Popmama.com telah merangkum informasi lengkap tentang mom shaming yang perlu Mama ketahui.
1. Apa itu mom shaming?
Menurut Psychology Today, mom shaming adalah perilaku di mana terjadi pemberian kritik atau komentar kepada seorang ibu, yang justru membuatnya tertekan karena diucapkan dengan nada negatif.
Meski tampaknya mom shaming lebih banyak dialami oleh kalangan artis, namun sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari situasi seperti ini juga banyak terjadi. Terutama pada ibu yang baru melahirkan atau baru memiliki anak pertama.
Berdasarkan hasil penelitian, topik yang paling banyak dijadikan sebagai situasi mom shaming adalah tentang kedisiplinan anak. Selain itu, topik lainnya yakni makanan, pola tidur, seputar pemberian ASI (air susu ibu), keamanan dan keselamatan anak, serta pemilihan pola asuh anak.
Tanpa disadari, ada beberapa kelompok pelaku mom shaming, Ma. Disebutkan dalam surveinya tiga kelompok pelaku tersebut yakni orang tua, mertua dan kerabat dekat.
Namun selain itu, di media sosial siapapun hampir bisa memberikan kritik dan komentar bernada mom shaming, meskipun mungkin tidak mengenal Mama.
Tak sedikit bahkan sesama ibu yang justru melakukan mom shaming. Tindakan ini tanpa disadari dilakukan karena ada perbedaan pola pikir atau pola asuh pada anak.
Editors' Pick
2. Jenis-jenis mom shaming
Ada beberapa jenis mom shaming yang terjadi di kehidupan sehari-hari, Ma. Salah satunya di media sosial.
Ketika seorang ibu mengunggah foto tentang aktivitas atau penampilan anak, kemudian ada yang berkomentar bernada negatif atau terkesan menggurui, terlebih sampai membuat ibu yang mengunggah tersinggung, hal ini juga bisa disebut mom shaming.
Misalnya mengomentari posisi menggendong anak, memilihkan pakaian untuk anak, sampai mengomentari tentang proses menyusuinya.
Selain memberi komentar langsung, para pelaku mom shaming juga kadang menulis komentar di kolom komentar orang lain alias menimpalinya. Tulisannya tak jarang bernada provokatif sehingga para ibu-ibu lain akan sependapat dan ikut menyalahkan ibu yang mengunggah foto.
Sementara itu, di lingkungan keluarga, tetangga dan bahkan teman, kondisi mom shaming juga tak luput terjadi, Ma.
Beberapa hal yang tanpa disadari juga bisa menjadi mom shaming yakni memberi kritik tentang proses menyusui. Terutama jika Mama memberikan botol susu atau bahkan memberikan susu formula. Biasanya hal ini kemudian memicu komentar tentang betapa baiknya manfaat dari ASI.
Hal lain yang juga sering dikomentari adalah menu makanan MPASI (makanan pendamping ASI) yang dianggap kurang sehat atau kurang higienis.
Tak cuma pola asuh, seringkali pelaku mom shaming juga memberikan kritik atau komentar terhadap penampilan fisik seorang ibu. Misalnya jika berat badan setelah melahirkan belum juga turun atau penampilannya tampak lebih gemuk.
Padahal sebenarnya orang tua memiliki hak penuh untuk menentukan apa yang terbaik bagi anak-anaknya ya, Ma. Ucapan kritik atau komentar menggurui yang bernada negatif pun sebaiknya dihindari agar tak menyinggung orang lain.