5 Hal Tentang Vasektomi yang Perlu Mama dan Papa Tahu
Dalam kondisi seperti apa ya tindakan vasektomi perlu dilakukan?
17 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat pasangan suami istri memutuskan untuk tidak lagi memiliki anak, metode kontrasepsi yang bisa dilakukan salah satunya adalah vasektomi.
Bisa dikatakan, vasektomi adalah tindakan sterilisasi untuk laki-laki. Dalam prosedur ini, akan dilakukan pembedahan dengan memotong atau menutup saluran pembawa sperma, sehingga kehamilan pun bisa dicegah secara permanen.
Meski dianggap sebagai salah satu tindakan bedah, namun prosedur vasektomi biasanya dilakukan di bawah pengaruh bius lokal. Waktu yang dibutuhkan pun cukup singkat, berkisar antara 15-30 menit saja.
Agar Mama dan Papa memahami betul tentang seluk-beluk vasektomi, berikut Popmama.com rangkum informasi lengkapnya:
1. Apa itu vasektomi?
Seperti disebutkan sebelumnya, tindakan sterilisasi pada pria berupa vasektomi adalah prosedur bedah untuk saluran pembawa sperma yang bisa mencegah kehamilan secara permanen.
Biasanya vasektomi dilakukan dengan bius lokal, tapi dalam beberapa kasus tertentu ada juga yang menggunakan bius total. Namun ini jarang dilakukan.
Dengan bius total berarti pria yang menjalani vasektomi akan tertidur selama tindakan dilakukan.
Intinya, pada tindakan vasektomi sperma tidak akan bisa masuk ke dalam cairan mani yang akan keluar saat ejakulasi, Ma. Dengan begitu, proses pembuahan tidak akan terjadi.
Ya, menurut National Health Services atau NHS, tingkat efektif dari vasektomi dalam mencegah kehamilan adalah karena air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi tak lagi memiliki sperma dan sel telur pun tidak bisa dibuahi.
Dilansir Web MD, sebagai salah satu metode kontrasepsi, vasektomi bahkan disebut hampir 100 persen efektif untuk mencegah kehamilan.
Editors' Pick
2. Alasan vasektomi perlu dilakukan
Sebelum memutuskan untuk melakukan vasektomi, baik suami maupun istri harus memikirkan terlebih dahulu dengan matang. Alasannya, tindakan ini hampir bisa dikatakan tidak bisa dikembalikan seperti semula alias permanen.
Jika perlu, dokter akan melakukan pemeriksaan dan wawancara terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi kesehatan dan memberikan informasi. Termasuk juga memberikan konseling sebelum Papa dan Mama menyetujui dilakukannya prosedur vasektomi.
Tindakan ini biasanya dilakukan hanya dengan alasan ketika pasangan suami istri sudah tidak lagi ingin memiliki anak.
Oleh sebab itu, jika Papa maupun Mama kemungkinan suatu saat masih ingin memiliki anak, sebaiknya tindakan vasektomi tidak dulu dilakukan.
Karena tindakan ini bersifat permanen, pertimbangkan semua pilihan metode kontrasepsi sampai Papa dan Mama benar-benar yakin.
3. Efek samping dari vasektomi
Selama dilakukan oleh tenaga medis profesional dan berpengalaman, tindakan vasektomi bisa dikatakan aman karena prosedurnya yang mudah dan cepat. Namun demikian, komplikasi umum masih mungkin terjadi, Ma.
Beberapa di antaranya yakni bengkak, memar, peradangan dan infeksi. Apabila terjadi tanda-tanda komplikasi seperti ini, jangan ragu untuk segera cek ke dokter.
Namun yang pasti, vasektomi pada dasarnya tidak akan memengaruhi tingkat testosteron, ereksi, klimaks, atau dorongan seksual dari suami.
4. Prosedur vasektomi
Prosedur vasektomi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Caranya yakni dokter membuat sayatan kecil di bagian atas skrotum, kemudian mencari di mana tepatnya lokasi vas deferens berada. Ini merupakan tabung tipis yang terhubung dengan kelenjar prostat yang memproduksi air mani.
Setelah vas deferens ditemukan oleh dokter, pembedahan akan dilakukan untuk menarik dan dijahit bagian ujungnya agar tertutup. Proses ini membuat sperma tidak tercampur dengan air mani.
Pascapembedahan Papa mungkin masih akan mengalami sedikit nyeri sampai beberapa hari ke depan. Ini adalah reaksi yang normal sebagai respons alami tubuh. Oleh sebab itu, berikan waktu setidaknya satu hari penuh untuk tubuh beristirahat.
Namun biasanya kurang dari seminggu Papa sudah bisa kembali melakukan aktivitas rutin, selama tidak terlalu berat dan tetap memerhatikan kondisi kesehatan.
Agar proses pemulihan berjalan dengan lancar dan cepat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Papa. Salah satunya adalah penggunaan celana dalam dan faktor kebersihan lingkunan.
Gunakan celana dalam yang ukurannya pas untuk membantu menopang skrotum dan mencegah terjadinya ketidaknyamanan di area organ intim. Menggunakan celana dalam yang terlalu longgar biasanya justru akan membuat Papa tidak nyaman.
Jangan lupa untuk selalu mengganti celana dalam setiap hari, serta keringkan area organ intim setiap kali sehabis mandi. Untuk mandi, tanyakan pada dokter apakah kondisi luka operasi Papa sudah memungkinkan untuk segera mandi.
Yang tak kalah penting, perhatikan aktivitas sehari-hari Papa setelah vasektomi. Hindari olahraga yang berat seperti angkat beban atau bersepeda beberapa hari setelah tindakan dilakukan untuk mencegah komplikasi.
5. Pengaruh vasektomi terhadap aktivitas seksual
Setelah melakukan tindakan vasektomi, berikan jeda beberapa hari dan lakukan pemeriksaan dengan dokter untuk memastikan bahwa air mani sudah benar-benar dari sperma.
Jika hasilnya menunjukkan bahwa masih terdapat sperma dalam air mani, biasanya dokter akan meminta Papa untuk kembali beberapa hari kemudian untuk dites lagi.Ini adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apakah vasektomi sudah berhasil dan sperma tak lagi masuk ke dalam air mani.
Vasektomi tidak memengaruhi tingkat testosteron, ereksi, atau klimaks pada aktivitas seksual. Selain itu, vasektomi diketahui juga tidak akan memengaruhi libido atau gairah seks pria.
Setelah vasektomi dinyatakan berhasil, testis masih akan terus memproduksi hormon khas pria yakni testosteron, sama seperti saat prosedur belum dilakukan. Jadi, gairah seks, sensasi dan kemampuan untuk ereksi tidak akan terpengaruh.
Satu-satunya perbedaan yang ada hanyalah tidak ada lagi sperma di dalam air mani. Tubuh masih bisa menghasilkan sperma, tapi sperma ini akan diserap kembali ke tubuh tanpa efek bahaya apapun.
Ingat ya, sebelum melakukan tindakan ini penting bagi Mama dan Papa untuk berdiskusi terlebih dahulu. Jangan ragu untuk berkonsultasi juga dengan dokter untuk mengetahui apakah tindakan ini adalah metode kontrasepsi yang tepat untuk Mama dan Papa.
Baca juga: Sulit Memiliki Keturunan? Mungkin Infertilasi Penyebabnya