Fakta Tentang Vaksin MR yang Wajib Mama Pahami
Benarkah vaksin MR bisa bikin anak jadi lumpuh?
11 Agustus 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Program pemerintah terkait pemberian vaksin MR masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Meski belum mendapatkan fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia), Kementerian Kesehatan RI memutuskan untuk tetap melanjutkan pelaksanaan program vaksin MR.
Terkait vaksin MR, sampai saat ini masih banyak informasi yang juga simpang siur. Termasuk soal mitos-mitos yang beredar soal efek dari pemberian vaksin MR.
Berikut rangkuman Popmama.com soal vaksin MR yang perlu Mama ketahui:
1. Apa itu vaksin MR?
Vaksin MR merupakan salah satu jenis imunisasi yang dapat melindungi tubuh dari dua penyakit yakni campak (measles) dan rubella (campak Jerman). Komposisi vaksin ini sama seperti pendahulunya, vaksin MMR. Hanya saja, mulai saat ini di Indonesia vaksin Mumps alias gondongan sudah dipisahkan. Alasannya, penyakit ini sudah sangat jarang ada.
Baik campak maupun rubella sampai saat ini masih banyak terjadi di kalangan anak-anak. Efeknya mulai dari demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, ruam dan mata merah. Dilansir Mayo Clinic, jika tidak segera ditangani, virus campak juga bisa memicu komplikasi lain seperti pneumonia, kerusakan otak dan kematian.
Sementara itu, vaksin rubella juga berbahaya apabila tertular pada ibu hamil. Efeknya bisa memicu keguguran serta cacat lahir pada bayi kelak. Maka dari itu, pemberian vaksin MR ini pun diharapkan bisa memutus mata rantai penyakit campak dan rubella.
Editors' Pick
2. Siapa yang perlu diberi vaksin MR?
Pada dasarnya, vaksin MR wajib diberikan pada semua anak berusia 9 bulan hingga 15 tahun dalam masa program pemberian vaksin MR. Tak sedikit orang tua yang enggan memberikan vaksin MR pada anaknya karena menganggap sudah cukup jika sebelumnya sudah diberikan vaksin campak.
Menanggapi hal ini, dr Meta Hanindita, SpA dari RSUD DR Soetomo Surabaya menjelaskan bahwa faktanya pemberian vaksin MR dalam program pemerintah ini tidak memandang status imunisasi sebelumnya.
“Untuk program MR dari pemerintah, diberikan tanpa melihat status imunisasi sebelumnya. Jadi kalaupun sudah pernah atau belum, tetap mengikuti program ini,” ungkap dr Meta kepada Popmama.com.
3. Apa saja efek samping dari vaksin MR yg mungkin terjadi?
Tak perlu khawatir berlebihan apabila setelah diberikan vaksin MR anak kemudian menjadi demam ya, Ma. Soal efek pasca pemberian vaksin, dr Meta menjelaskan hal tersebut tergolong wajar.
Beberapa reaksi yang muncul biasanya berupa demam ringan, ruam merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan. Reaksi ini pun sebenarnya nanti bisa hilang sendiri setelah 2-3 hari. Cukup berikan anak asupan nutrisi dan istirahat cukup agar cepat pulih ya, Ma.
Yang perlu Mama perhatikan adalah apabila si Kecil memiliki riwayat alergi terhadap komponen vaksin bernama neomycin. Ini karena vaksin MR mengandung neomycin, sehingga bisa memicu terjadinya reaksi alergi pada anak yang memang memiliki riwayat alergi.
4. Benarkah pemberian vaksin MR memicu autisme dan kelumpuhan?
Salah satu alasan mengapa orang tua enggan memberikan vaksin MR pada buah hatinya adalah khawatir si Kecil akan jadi autisme dan lumpuh. Hal ini disebutkan oleh dr Meta sama sekali tidak benar, Ma.
Sampai saat ini belum ada bukti yang mendukung bahwa imunisasi jenis apapun dapat menyebabkan autisme atau kelumpuhan.
Jadi apabila terdapat kasus di mana seorang anak mengalami autisme atau kelumpuhan pasca imunisasi, hal tersebut kemungkinan bukan karena vaksinnya tapi karena sudah ada riwayat atau kondisi bawaan lain sebelumnya.
5. Haruskah pemberian vaksin MR ditunda jika anak sedang sakit?
Apabila saat pelaksanaan program pemberian vaksin MR kebetulan si Kecil sedang sakit, maka sebaiknya tunda dulu ya, Ma. Mama bisa mencari jadwal pemberian vaksin di lain hari.
Menurut dr Meta, pada anak yang kurang sehat misalnya sedang demam, batuk atau pilek, maka sebaiknya pemberian vaksin MR ditunda terlebih dahulu. Prinsip imunisasi adalah memasukkan kuman yang dilemahkan ke dalam tubuh. Nah, ketika anak sedang demam atau sakit lainnya, maka daya tahan tubuhnya sedang menurun.
Jika diimunisasi, hasilnya justru virus tersebut akan berkembang di tubuh anak. Bukan tidak mungkin, sakit anak pun justru akan semakin parah.
Pemberian vaksin MR juga sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak yang memiliki riwayat kesehatan tertentu. Di antaranya yakni anak-anak yang sedang menjalani radioterapi, mengonsumsi obat kortikosteroid dan imunosupresan, anak dengan riwayat leukimia, kelainan fungsi ginjal berat, serta memiliki riwayat alergi komponen vaksin neomycin.
Nah Ma, sudahkah si Kecil diberikan vaksin MR?