Kenali Lebih Dekat Penyakit Rubella alias Campak Jerman
Apa saja hal yang perlu diwaspadai saat curiga anak terkena rubella?
28 Februari 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memasuki musim penyakit, berbagai virus dan bakteri bisa lebih mudah menyerang anak-anak ya, Ma. Termasuk salah satunya penyakit rubella alias campak Jerman.
Rubella termasuk penyakit menular yang banyak menyerang anak-anak. Gejala khas yang sering muncul yakni ruam merah, demam dan mata merah.
Meskipun sering dianggap sebagai penyakit ringan, namun rubella juga menjadi penyakit yang cukup berbahaya jika dialami oleh ibu hamil. Disebutkan bahwa cara terbaik untuk mencegah penyakit rubella adalah dengan mendapatkan vaksinasi measles, mumps, and rubella (MMR) atau MR.
Yuk simak rangkuman informasinya berikut ini dari Popmama.com:
1. Apa itu penyakit rubella?
Penyakit rubella atau campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella. Biasanya penyakit ini terjadi pada anak yang belum diimunisasi MMR atau MR. Rubella seringkali keliru dikira sebagai campak, padahal kondisinya berbeda.
Rubella dan campak ditimbulkan oleh jenis virus yang berbeda. Ya, campak disebabkan oleh virus dari keluarga paramyxovirus.
Dilansir Web MD, rubella ditularkan melalui udara yang terkontaminasi dengan partikel batuk, bersin maupun cairan tubuh lainnya dari pasien yang sedang terserang virus.
Editors' Pick
2. Penyebab munculnya penyakit rubella
Rubella disebabkan oleh virus Rubella. Penyakit ini termasuk mudah menular, yakni ketika ada seseorang yang sedang terinfeksi tidak menggunakan masker.
Apabila kemudian orang tersebut batuk atau bersin tanpa ditutup, maka semprotan cairan yang keluar dari mulutnya bisa tersebar ke permukaan udara. Nah, cairan ini biasanya mengandung kuman dan virus, yang kemudian bisa terhirup oleh orang lain.
Dalam hitungan hari, biasanya virus ini kemudian bisa menginfeksi dan menimbulkan gejala awal seperti demam serta ruam.
Sebagian orang yang sudah terinfeksi seringkali tidak tahu sudah terkena virus Rubella, namun karena gejalanya terlambat muncul maka penularan pun bisa menjadi lebih mudah.
Pada dasarnya, semua orang berisiko terkena rubella. Jika pada anak dan orang dewasa, pengobatan dan penanganan yang tepat bisa cepat menyembuhkan infeksi, namun lain halnya jika infeksi ini terjadi pada ibu hamil.
Apabila ibu hamil terinfeksi rubella, terutama pada trimester pertama, efeknya bisa memengaruhi proses tumbuh kembang janin. Janin berisiko mengalami kecacatan atau bahkan sampai meninggal.
3. Gejala penyakit rubella
Gejala penyakit rubella hampir sama seperti beberapa penyakit lainnya seperti campak dan cacar air. Gejala penyakit rubella secara umum adalah adanya demam dan muncul ruam merah berbintik-bintik di kulit.
Namun demikian, Mama perlu memerhatikan jeda waktu dari munculnya gejala. Seperti diketahui, saat virus Rubella memasuki tubuh tidak akan langsung menimbulkan tanda dan gejala khas. Umumnya, gejala baru akan muncul setelah 2-3 minggu terinfeksi virus.
Gejala yang umum terjadi di antaranya:
- Ruam dari kepala ke seluruh tubuh,
- sakit kepala,
- demam ringan,
- gangguan pada pernapasan,
- kemudian ada pembengkakkan di kelenjar getah bening atau bagian belakang telinga.
Selain itu, gejala lain yang juga bisa dialami yakni nafsu makan menurun, infeksi pada mata atau mata merah, serta nyeri pada sendi.
Karena gejalanya mirip dengan beberapa penyakit lain, diagnosis rubella harus dilakukan melalui pemeriksaan sampel air liur atau darah. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi di tubuh terhadap virus Rubella.
Jika dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa terdapat antibodi IgM, maka itu tandanya saat itu Mama sedang terinfeksi virus Rubella. Sementara itu, jika yang muncul adalah antibodi IgG, tandanya Mama sudah pernah terinfeksi sehingga sudah ada perlindungan tubuh terhadap virus Rubella.
4. Cara mengobati dan penanganan rubella
Setelah positif terinfeksi rubella, beberapa pengobatan bisa mulai dilakukan. Termasuk perawatan di rumah, Ma. Salah satunya adalah dengan memperbaiki pola istirahat. Agar cepat pulih, upayakan agar anak yang terinfeksi banyak istirahat.
Selain itu, jangan lupa untuk banyak minum air putih untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Untuk membantu mengurangi demam, jangan lupa untuk minum obat paracetamol yang diresepkan oleh dokter.
Penggunaan bedak atau krim pengurang rasa gatal juga bisa diberikan apabila ruam yang dialami sudah menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama jika anak mudah berkeringat. Agar tidak memicu luka, hindari menggaruk area ruam yang gatal ya, Ma.
Guna mencegah penularan pada, upayakan juga supaya anak tidak dulu berkontak dengan orang lain selama terinfeksi Rubella.
5. Fase penularan rubella
Masa inkubasi dari virus Rubella adalah sekitar 18 hari. Setelah terhirup, virus ini kemudian akan bereplikasi (menggandakan diri) di saluran pernapasan bagian atas dan di kelenjar getah bening.
Setelah penggandaan ini terjadi, virus kemudian akan menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui darah, Ma.
Nah, selama periode ini atau sesaat sesudahnya, pembesaran kelenjar getah bening biasanya akan muncul. Bersamaan dengan timbulnya ruam, atau dalam waktu 24-48 jam, antibodi penawar pun terdeteksi.
Jeda waktu di awal terdeteksi virus ini pun membuat gejala dan tanda khas dari infeksi rubella menjadi lama. Oleh sebab itu, jika setelah 2 minggu berkontak dengan pasien rubella anak kemudian demam dan muncul ruam, segera cek ke dokter untuk memastikannya, ya.
Baca juga: Pernah Dengar Tentang Penyakit Kawasaki? Ketahui 5 Fakta Pentingnya!