Infeksi menular seksual (IMS) atau sering disebut sebagai penyakit kelamin adalah penyakit-penyakit yang ditularkan melalui aktivitas seks. Termasuk di antaranya hubungan seks, seks oral dan juga seks anal. Selain itu, beberapa jenis penyakit infeksi menular seksual juga bisa ditularkan melalui hal-hal lainnya. Misalnya seperti penggunaan jarum obat tidak steril serta transfusi darah melalui proses yang tidak sesuai.
Infeksi menular seksual ada yang disebabkan oleh bakteri, jamur atau parasit. Seringkali beda penyebab peradangan, beda pula metode penanganan yang akan dilakukan.
Untuk lebih mengenal tentang jenis infeksi menular seksual dan cara penanganannya, berikut Popmama.com rangkum informasinya untuk Mama:
1. Klamidia (Chlamydia)
Pexels/Freestocks.org
Klamidia adalah penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia tracomatis. Bakteri ini biasanya menyerang bagian leher rahim atau serviks.
Penularan klamidia biasanya terjadi melalui hubungan seks tanpa pengaman seperti kondom. Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan pun bisa meningkatkan risiko infeksi klamidia.
Infeksi klamidia biasanya menimbulkan gejala yang umum seperti keputihan. Selain itu, mirip seperti infeksi saluran kemih gejala lain yang bisa dirasakan misalnya seperti nyeri saat berkemih dan saat berhubungan intim.
Penularan dan pada tahap awal peradangan klamidia seringkali bersifat asimtomatik, alias tidak dapat dirasakan gejalanya. Saat tanda dan gejala seperti nyeri yang disebutkan sebelumnya mulai dirasakan, itu berarti peradangannya mulai menyebar.
Saat positif terdiagnosis klamidia, pasien biasanya akan diberi pengobatan dengan mengonsumsi antibiotik. Selama pengobatan, pasien biasanya juga tidak diperbolehkan untuk berhubungan intim terlebih dahulu sampai infeksi hilang. Ini penting untuk mencegah rantai penularan terjadi kembali.
2. Herpes genital (Herpes simplex)
Pexels/Pixabay
Herpes genital adalah infeksi menular seksual yang bisa dialami oleh laki-laki maupun perempuan. Penularan herpes umumnya terjadi melalui hubungan seks. Infeksi ini terjadi akibat virus herpes simplex atau sering disebut juga sebagai HSV.
Virus ini terbagi menjadi dua tipe: HSV tipe 1 dan HSV tipe 2. Biasanya herpes genital disebabkan oleh HSV tipe 2, namun tidak menutup kemungkinan HSV tipe 1 bisa menjadi penyebabnya juga.
Saat sudah terinfeksi virus herpes simplex, virus ini akan menetap di dalam tubuh dan bisa sewaktu-waktu aktif kembali. Nah, saat virus ini sedang aktif, maka gejala dari herpes pun akan kembali muncul.
Tanda dan gejala khas dari herpes genital di antaranya muncul luka melenting mirip ruam kemerahan di area sekitar kelamin. Saat disentuh, luka melenting ini menimbulkan rasa nyeri. Terlebih jika sampai pecah, kadang bekas lukanya akan sulit hilang.
Sampai saat ini, belum ditemukan obat yang benar-benar bisa menyembuhkan infeksi herpes.
Obat yang ada hanya bisa digunakan untuk meredakan gejala yang muncul. Salah satu jenis obat yang umum digunakan biasanya berupa salep seperti asiklovir dan valasiklovir.
Editors' Pick
3. Gonore
Pexels/Rawpixel.com
Gonore atau kencing nanah juga menjadi salah satu infeksi menular seksual yang harus diwaspadai. Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini menular melalui aktivitas seks, termasuk hubungan seks dengan seks oral dan seks anal.
Risiko seseorang terinfeksi gonore akan meningkat jika sering berganti-ganti pasangan seks atau melalui hubungan seks tanpa pengaman.
Gejala khas gonore pada laki-laki di antaranya seperti keluar nanah dan nyeri saat berkemih. Namun pada perempuan, infeksi ini seringkali tidak menimbulkan gejala.
Untuk mengobati gonore, salah satu langkah utamanya adalah dengan mengonsumsi antibiotik. Jika sudah diresepkan antibiotik oleh dokter, jangan lupa untuk patuh meminumnya sesuai jadwal untuk memaksimalkan pengobatan.
4. Human Papillomavirus (HPV)
Pexels/Pixabay
Human papillomavirus alias HPV adalah sekelompok virus yang dapat menyebabkan tumbuhnya kutil di berbagai area tubuh. Virus yang hidup di sel kulit ini menginfeksi bagian-bagian tubuh seperti kaki dan tangan, sementara lainnya dapat memicu kutil kelamin.
Pada dasarnya, sebagian besar penularan HPV terjadi akibat adanya sentuhan langsung kulit ke kulit. Selain itu, hubungan seks juga menjadi salah satu penyebab penularan HPV. Termasuk di antaranya seks oral dan seks anal.
Tubuh secara naluri akan mengatasi infeksi HPV sebelum menimbulkan gejala, sehingga seringkali pada awalnya tidak memerlukan penanganan. Namun jika sistem imun tubuh gagal mengatasinya, HPV bisa menginfeksi dan bahkan berpotensi menyebabkan kanker serviks.
Apabila positif terdiagnosis HPV, ada beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan: penanganan dengan obat atau operasi. Dengan obat, biasanya akan digunakan obat oles dan waktu yang dibutuhkan cukup lama.
Sementara itu, kutil akibat HPV juga bisa diatasi dengan operasi. Beberapa langkah yang bisa dipilih misalnya seperti operasi pengangkatan kutil atau bedah laser.
5. Sifilis
Pexels/Leah Kelley
Sifilis atau sering disebut juga dengan penyakit raja singa adalah salah satu infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Pada umumnya, sifilis menular melalui aktivitas seksual dengan orang yang positif terinfeksi.
Selain itu, berbagi penggunaan jarum suntik yang tidak steril juga bisa menjadi media penularan dari sifilis. Penularan sifilis juga bisa terjadi dari ibu hamil pada janin yang dikandungnya, yang disebut sebagai sifilis kongenital.
Salah satu gejala awal dari infeksi sifilis yakni munculnya luka di sekitar organ intim atau di sekitar mulut.
Setelah bertahan selama 1-2 bulan, akan muncul kembali ruam merah di telapak tangan dan kaki. Biasanya gejala ini dibarengi dengan demam, penurunan nafsu makan, dan radang tenggorokan.
Apabila sifilis tak kunjung diobati, infeksi ini akan berkembang ke tahapan akhir yakni yang paling berbahaya. Beberapa efek dari infeksi sifilis di tahap ini yakni kelumpuhan, gangguan pendengaran hingga kebutaan.
Oleh sebab itu, pengobatan sejak masih tahap awal sangat penting dilakukan supaya infeksi sifilis tidak semakin berkembang. Pengobatan yang bisa dilakukan yakni menggunakan antibiotik.
Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Meskipun bisa menyerang laki-laki dan perempuan, namun infeksi ini lebih sering menyerang perempuan. Terutama yang aktif secara seksual.
Saat menyerang tubuh perempuan, infeksi trikomoniasis umumnya memberikan tanda dan gejala pada vagina dan uretra (saluran pembuangan urine).
Gejala trikomoniasis bisa berupa sebagai berikut:
Nyeri perut,
nyeri saat berkemih,
keputihan yang lebih kental,
serta bengkak di area organ intim.
Sementara itu, pada laki-laki infeksi trikomoniasis biasanya menyerang bagian uretra, penis dan kelenjar prostat.
Gejala khas dari trikomoniasis di antaranya nyeri saat berkemih, keluar cairan berwarna keputihan dari penis dan bengkak serta kemerahan pada ujung penis.
Untuk pengobatan, trikomoniasis bisa diatasi secara efektif dengan antibiotik, khususnya jenis metronidazole atau tinidazole. Agar pengobatan lebih efektif dan mencegah penularan, hubungan seks sebaiknya tidak dilakukan dulu selama tahap pengobatan.
7. Chancroid
Freepik/Senivpetro
Chandroid adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Haemophilus Ducreyi. Infeksi ini menyebabkan munculnya lesi terbuka pada organ intim. Dapat menular melalui hubungan seks, penyakit ini bisa dialami oleh laki-laki maupun perempuan.
Tanda dan gejala khas dari chancroid yakni munculnya benjolan berwarna kemerahan pada area organ intim. Jika tidak segera diobati, benjolan tersebut bisa tumbuh semakin besar dan berisi nanah.
Pengobatan awal dari chancroid biasanya berupa konsumsi antibiotik. Selain itu, selama tahap pengobatan pasien juga sebaiknya tidak dulu melakukan hubungan seks.
Dalam beberapa kasus chancroid, dokter perlu mengeluarkan terlebih dahulu cairan dari kelenjar getah bening yang terinfeksi. Tujuannya adalah untuk meredakan bengkak dan nyeri.
Jangan tunda untuk segera cek ke dokter jika Mama curiga mengalami salah satu infeksi menular seksual ini, ya.