Dienogest Bisa Jadi Solusi Endometriosis, Kenali Lebih Awal
Mengenal Dienogest yang jadi solusi Endometriosis!
8 Maret 2024
Popmama.com/Argya D. Maheswara
Terapi hormonal jangka panjang Dienogest menjadi rekomendasi kuat pengelolaan Endometriosis' yang diselenggarakan oleh Bayer pada Jumat (8/3/2024) di Novotel Cikini, Jakarta
World Health Organization (WHO) menyatakan Endometriosis sebagai penyakit kronis. Salah satu langkah penanganan yang tepat untuk hal ini adalah terapi jangka panjang.
Hal ini disampaikan oleh Dr. dr. Kanadi Sumapraja, Sp. OG, Subsp. FER, MSc yang merupakan Spesialis Kebidanan dan Kandungan serta staf pengajar FKUI-RSCM dalam acara bertajuk 'Terapi hormonal jangka panjang Dienogest menjadi rekomendasi kuat pengelolaan Endometriosis' yang diselenggarakan oleh Bayer pada Jumat (8/3/2024) di Novotel Cikini, Jakarta.
Terapi jangka panjang yang dimaksud adalah pemberian Dienogest sebagai langkah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita Endometriosis.
"Terapi jangka panjang bisa meningkatkan kualitas hidup penderita Endometriosis," ungkap dr. Kanadi,
Terapi hormonal jangka panjang Dienogest menjadi rekomendasi kuat pengelolaan Endometriosis' yang diselenggarakan oleh Bayer pada Jumat (8/3/2024) di Novotel Cikini, Jakarta
Dienogest merupakan obat hormon sintetis yang dapat menurunkan rasa nyeri dan mengurangi pertumbuhan jaringan Endometriosis. Menurut Adolf E Schindler dalam jurnal berjudul Dienogest dalam Pengobatan Endometriosis Jangka Panjang yang dilansir dari National Library of Medcine, Dienogest adalah progestin oral yang saat ini sudah diteliti dalam dua program klinis yang dilakukan di Eropa dan Jepang.
Penelitian tersebut berfokus pada studi rentang dosis, plasebo, dan penggunaan jangka panjang. Hasil dari penelitian tersebut adalah efektifitas Dienogest yang dikonsumsi 2 mg perhari untuk mengatasi rasa nyeri para penderita Endometriosis.
Editors' Pick
Jadi Terapi Jangka Panjang yang Aman
Popmama.com/Argya D. Maheswara
Terapi hormonal jangka panjang Dienogest menjadi rekomendasi kuat pengelolaan Endometriosis' yang diselenggarakan oleh Bayer pada Jumat (8/3/2024) di Novotel Cikini, Jakarta
Menurut dr. Kanadi, Dienogest merupakan suatu unsur yang baik bagi para penderita Endometriosis karena dapat bekerja di pusat pengendali hormon yang menghasilkan Estrogen sebagai penyebab Endometriosis. Selain itu, Dienogest juga dapat bekerja dengan baik di pusat jaringan Endometriosis itu sendiri.
“Dienogest cukup baik bekerja, baik pada pusat pengendali hormon dan baiknya adalah pusat jaringan Endometriosis," jelasnya.
Progestin seperti Dienogest merupakan salah satu hormon sintetis yang dapat menghambat pertumbuhan Endometriosis dengan menekan produksi hormon Estrogen. Salah satu metode yang mudah untuk menjalani terapi jangka panjang dengan Dienogest adalah melalui metode oral.
Penggunaan Dienogest sebagai terapi jangka panjang Endometriosis juga didasari alasan kenyamanan dan keamanan. Hal ini dicontohkan oleh dr. Kanadi yang mengatakan bahwa saat ini ia memiliki pasien yang sudah masuk ke tahun keempat dalam terapi Dienogest tanpa dampak buruk.
Ia juga menyebut bahwa sudah ada sebuah penelitian yang dilakukan di sebuah Rumah Sakit (RS) di Cologne, Jerman pada 2018 kepada 37 pasien dengan penggunaan Dienogest selama 60 bulan.
Hasilnya Dienogest efektif dan tidak menimbulkan masalah fungsi liver, metabolisme lemak dan fungsi pembekuan darah. Semua dapat ditoleransi. Justru, Dienogest juga dapat mengurangi resiko Endometriosis menjadi kista yang ganas.
"Segala nyeri bisa menurun secara sangat signifikan. Tetapi muncul isu keamanan jangka panjang. Pasien kami sudah menginjak tahun keempat, alhamdulillahnya tidak ada dampak buruk dari terapi jangka panjang. Di penelitian di Jerman juga ditemukan bahwa tidak ada dampak dari terapi jangka panjang. Pemberian Dienogest dalam jangka panjang justru menghindari Endometriosis menjadi kista yang ganas," jelas dr. Kanadi lebih lanjut.
Diagnosis Endometriosis Sering Terlambat
Popmama.com/Argya D. Maheswara
Terapi hormonal jangka panjang Dienogest menjadi rekomendasi kuat pengelolaan Endometriosis' yang diselenggarakan oleh Bayer pada Jumat (8/3/2024) di Novotel Cikini, Jakarta
Walau begitu, dr. Kanadi menjelaskan bahwa diagnosis terhadap penderita Endometriosis sering terlambat. Ia menyebut bahwa deteksi Endometriosis di Indonesia baru bisa terjadi setelah 7 tahun mengidap.
"Dibutuhkan paling tidak 7 tahun untuk penderita nyeri haid agar mendapat didiagnosis sebagai penderita Endometriosis," terangnya.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi lambatnya diagnosis terhadap Endometriosis. Salah satu faktornya adalah faktor lingkungan dimana biasanya nyeri haid dinormalisasi. Hal ini biasanya terjadi pada remaja yang mengidap Endometriosis.
"Kenapa penderita lama diagnosis? Ada dua faktor. Pertama, lingkungan seringkali nyeri haid di normalisasi. Kebanyakan pasien sudah terjadi di masa remaja, masalahnya remaja individu yang masih dependen pada orang tua, dia pergi ke dokter harus bersama orang tuanya. Ini menjadi terlambat, apalagi kalau orang tuanya punya mispersepsi tentang Endometriosis," jelas dr. Kanadi.
Faktor lain yang mempengaruhi lambatnya diagnosis terhadap penderita Endometriosis juga terkadang berasal dari sisi tenaga kesehatan. Dalam hal ini, banyak tenaga kesehatan yang enggan mendiagnosa Endometriosis sebelum ada proses pembedahan atau deteksi secara langsung sampai Endometriosis terlihat.
"Masalah kedua ada di tenaga kesehatan, seringkali orang agak enggan mendiagnosis Endometriosis karena ada pandangan bahwa Endometriosis harus dilihat langsung lewat dibuka perutnya atau diteropong," tambahnya.
Saat ini, ia menjelaskan bahwa ada metode Nonvisualized Endometriosis dimana diagnosa dapat dilakukan tanpa pembedahan. Menurutnya, diagnosis terhadap Endometriosis dapat dilakukan sejak dini agar penderita mendapat penanganan yang kompleks.
"Belum lagi ada pemahaman bahwa harus ada kelainan, sering kali tenaga kesehatan tidak mendiagnosis Endometriosis. Padahal sekarang sudah ada Nonvisualized Endometriosis. Sekarang harus dianggap apabila ada yang datang dengan keluhan nyeri haid, harus dianggap sebagai penderita Endometriosis. Agar apa? Agar kita dapat kompleks menanganinya," tutur dr. Kanadi.
Ia juga menjelaskan bahwa ada dua indikator yang dapat dipahami agar para penderita Endometriosis dapat mendapat penanganan lebih awal.
"Ini sering jadi mispersepsi tentang kapan seorang perempuan harus datang mencari pertolongan. Para ahli mencari indikator apa yang bisa dipakai, ada Absenteeism dan Presenteeism. Absenteeism, kita mengenal sekarang ada akibat dari nyeri seseorang tidak dapat hadir di tempat dia beraktivitas. Lalu ada presentism, orang itu hadir tapi dia nggak bisa melakukan aktivitas secara penuh," jelas dr. Kanadi.
Endometriosis Merupakan Penyakit Urban
Popmama.com/Argya D. Maheswara
Terapi hormonal jangka panjang Dienogest menjadi rekomendasi kuat pengelolaan Endometriosis' yang diselenggarakan oleh Bayer pada Jumat (8/3/2024) di Novotel Cikini, Jakarta
Fakta lain soal Endometriosis yang dikemukakan dr. Kanadi adalah Endometriosis sebagai penyakit yang muncul pada banyak orang di perkotaan. Hal ini bukan tanpa sebab. Ia menjelaskan bahwa polusi udara menjadi salah satu sebab Endometriosis.
"Penyakit ini penyakit urban, kenapa? Salah satu yang berkontribusi dari Endometriosis adalah lingkungan. Polutan, di kota besar banyak Dioksin dimana Dioksin ini memiliki struktur kimia yang mirip dengan Estrogen. Jadi kalau terhirup dia jadi seperti hormon Estrogen," jelas dr. Kanadi.
Demikian penjelasan dari dr. Kanadi tentang Dienogest Bisa Jadi Solusi Endometriosis. Jadi, ayo deteksi Endometriosis sejak awal.