Kanker Bukan Hanya Mengintai Perempuan Melainkan para Lelaki
Kanker bisa terjadi pada siapapun!
24 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kanker merupakan sebuah penyakit yang memiliki banyak kasus di Indonesia. Menurut data dari Globocan 2020, jumlah kematian akibat kanker mencapai 234.511 kasus dengan prevalensi 5 tahun sebanyak 949.088 kasus.
Namun, hal yang sangat disayangkan adalah kurangnya kesadaran akan bahaya serta deteksi dini kanker di banyak kasus. Selama ini, kanker justru diidentikan dengan penyakit yang kerap menyerang perempuan.
Padahal, laki-laki juga memiliki resiko yang sama. Hal ini dijelaskan oleh Dr. Imam Budidarmawan Prasodjo, M.A, Ph.D dalam acara 'Bersama Menutup Kesenjangan Melawan Kanker' yang diselenggarakan dalam rangka ulang tahun Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Selasa (23/4/2024).
Selengkapnya di Popmama.com!
Editors' Pick
Bukan Hanya Menyerang Ibu-Ibu
Menurutnya, kanker merupakan penyakit yang dapat menyerang siapapun. Dalam hal ini, baik perempuan maupun laki-laki memiliki risiko yang sama.
Ia melihat bahwa dalam budaya masyarakat, atensi khusus terhadap kanker hanya terjadi di kalangan ibu-ibu. Maka dari itu, mengusung kesadaran tentang bahaya dan deteksi dini kanker harus digalakkan oleh perempuan maupun laki-laki.
"Padahal ini menyerang siapa saja, baik ibu-ibu maupun bapak-bapak. Jadi nggak bisa diusung hanya oleh ibu-ibu tapi bapak-bapak juga," ungkapnya.
Anak Muda dan Komunitas Digital Punya Peran Penting
Selain kesadaran yang harus digalakkan tanpa batasan gender, ia juga menyebut bahwa peran anak muda sangat penting dalam edukasi mengenai bahaya dan deteksi dini kanker.
"Kita harus melibatkan anak muda lebih banyak lagi," ungkapnya.
Selain itu, ia menyadari bahwa perkembangan zaman digital membuat edukasi mengenai kanker harus dilakukan di media digital. Maka dari itu, keberadaan komunitas digital atau cybersociety sangatlah penting.
"Membangun cybersociety dalam masalah kanker ini menurut saya sangat strategis sehingga kanker ini bisa jadi isu utama," tambahnya.
Ia melihat bahwa jika seluruh pihak baik pemerintah, masyarakat, komunitas digital sampai akademisi terlibat maka angka kanker di Indonesia dapat diturunkan.
"Jajaran pemerintah juga harus membuka diri, yayasan seperti ini (YKI) tanpa uang juga masih hidup. Apabila semua unsur baik pemerintah, masyarakat, cybersociety bahkan universitas bergabung maka mungkin yang banyak hadir adalah anak muda. Mereka yang akan melakukan banyak perubahan," pungkasnya.