Tahun baru adalah momen untuk merenung, bersyukur, dan menatap masa depan dengan semangat baru. Salah satu cara terbaik untuk mengungkapkan perasaan di pergantian tahun adalah melalui puisi.
Puisi mampu menyampaikan emosi mendalam, harapan, dan impian yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata biasa.
Berikut Popmama.com sudah merangkum 15 puisi tahun baru yang penuh inspirasi dan makna. Yuk, scroll!
1. ‘Setahun Kemarin’ – Lisa Sentani
Freepik/Our-team
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan
Bulan pun berganti tahun
Detik demi detik cepat berlalu
memburu masa yang entah di mana
Melesat seperti anak panah
Waktu-waktu yang telah lampau, tak terasa lamanya
Jika aku ingat setahun kemarin,
Sudahkah aku menggunakan waktuku dengan baik?
Setahun kemarin,
Sudahkah semua kewajiban yang aku laksanakan?
Setahun kemarin,
Sudah berapa banyak orang yang aku sakiti?
Setahun kemarin,
Sudahkah aku penuhi semua janji yang ku buat?
2. ‘Putaran Waktu, Segenap Penyesalan, dan Sepetik Harapan ke Depan’ – Aisha Elfazahra
Freepik/DilokaStudio
Banyak hal bisa kita dapatkan dari sebuah kata sarat makna bernama waktu Janin dalam kandungan hingga keluar menjadi bayi Segalanya proses bukan? Dan proses akan selalu berbanding lurus dengan sang waktu
Sepanjang kisah episode hidup yang kita jalani Selama itu pula meteran waktu bergulir maju tanpa pernah bisa terulang kembali
Lantas, hasil apa selama ini kita tuai? Selepas lamanya waktu yang kita babat habis hingga detik ini? Berbahagiakah kita? Atau malah berbuah penyesalan yang teramat dalam?
Jika pada akhirnya siklus hidup kita bertuaikan penyesalan, Lantas, mengapa Semesta menciptakan sang waktu?
Jangan-jangan kita lupa, bukankah pemilik Semesta berkuasa atas segala yang dicipta-Nya Dan kita mungkin lupa juga, bukankah segala yang terjadi terbentuk karena suatu sebab-akibat?
Cobalah terlisik lebih dalma Karena sejatinya yang salah adalah pada diri kita sendiri
Mengapa harus salahkan waktu ketika segala yang kita jalani berakhir duka? Mengapa mengemis waktu, berharap bisa direka ulang ketika kita sendiri tak mampu menghargainya? Dan banyak mengapa-mengapa lainnya bertebaran di sini
Tetapi sang waktu berbaik hati pada kita Tak bisa diputar kembali bukan berarti tak bisa buat beranjak maju, kan?
Maukah kita mengubah sesal jadi bahagia atau terus terpuruk dalam sesal yang membara? Pilihan itu ada pada kehendak kita sendiri, Bukan mereka~
3. ‘Waktuku’ – Indra Danus U
Freepik
Penantian panjang ku jalani menempuh cita yang digumuli melangkahi ribuan sensasi hingga akhirnya dan aku sampai.
Kejar-kejaran kadang aku jatuh kelam duka kadang tersentuh walau keras beginilah yang ku butuh di penghabisan aku masih berdiri dan utuh.
Tercium sudah wangi keberhasilan terhirup jelas tuntasnya pendidikan hasil dari lelahku terlunaskan dan saatnya berdiri tanggung pada pengabdian
Waktu memihakku di saat yang tepat walau kuakui kurang begitu cepat tentang janji yang jauh dari sepakat tapi akhir manis akhirnya kudapat.
4. ‘Tak Pernah Terulang’ – Maryanah
Freepik
Begitu cepat berlalu, Begitu cepat ia pergi. Yang tak pernah terulang, Yang tak akan pernah dapat diukur.
Sudah seharusnya selalu bersyukur, Setiap masa yang diberi. Untuk hidup yang lebih berarti.
5. ‘Hempas Kata Terlambat’ – Amelda Avelina
Freepik
Ke mana sajakah telah kau tapaki Apa sajakah yang telah kau dapati Kabut pagi ditepis matahari Kuning awan senja dan gelap malam telah hadir berkali-kali
Masihkah kau meratapi kesedihan Beruntungkah kau akan kepedihan Kemari dan tataplah kaca Sadarilah tiap detik yang tersita
Pembatas buku gagap tak bergerak Sampul buku terlapisi lebat debu Semua berbaris rapi dalam rak Lalu kau awali dari mana wawasanmu Akankah kau tanyakan masalalumu kepada setiap detik waktu Sedang kau selalu acuh melihatnya berlalu
Mari jadikan tiap saatnya bermakna Manfaatkan semua yang tersisa Tebus semua rasa salah yang ada Kau bisa karena terbiasa
Ia pasti memaafkanmu meski ia terus saja berlalu Kau bisa ubah lawan jadi kawan Dan segera buktikan pada waktu tentang suksesmu itu Ia buka sekedar khayal buah sang lamunan
6. ‘Kepada Sang Waktu’ – Miftakhus Sholikha
Freepik
Hujan datang ketika petir telah menyambar Bersama datangnya angin yang tanpa permisi Jalanan yang kupijak telah basah terguyur hujan Di sinilah diriku...
Berdiri di bawah hujan bertemankan waktu Sungguh, ku ingin memohon kepada sang waktu Berjalan lebih lama atau berhenti Biarkan diri ini menikmati butir hujan ini Namun, berhentinya sang waktu adalah kemustahilan Ego yang kuat pun tak berpengaruh untuknya Sulit bagiku mendeskripsikan tentangnya
Sang waktu yang begitu rumit dan berkelit Sebuah ungkapan kepada sang waktu dari diriku Terima kasih telah mengingatkan kenangan yang telah lalu
Tentang diriku yang bahagia kala itu Terima kasih telah menyimpannya dengan apik
Editors' Pick
7. ‘Waktu’ – Madinah Tarisa Fauzy
Pexels/RuslanSikunov
Inginku memandang masa depan Dengan segala rasa Dan keyakinan Yang menyatu dalam setiap degup cinta
Namun sering kali masa lalu menghantui Mendobrak jauh anganku Dan memporak-porandakan impianku
Masih adakah waktu Waktuku untuk memulai dan berbenah Dan menciptakan hal yang indah Hingga datang waktu yang tentukan itu
Jika sudah kupandang masa itu Masa lalu dan masa sekarang Haruskah aku terus diam dan terpaku
Merugilah aku Ku harus bangkit meski tertatih Karena waktu terlalu berjalan dan berlalu Dan waktu pun terus memutar tanpa letih
8. ‘Mengejar Waktu’ – Andi Wahda
Pexels/Maksim Goncharenok
Patahan api semangat mulai berkobar Tumpahan asa seketika menyebar Hati berdebar di kala mengejar Ketertinggalan akibat tertepar
Ingin ku berlari mengejar waktu Tapi tak akan pernah sampai Ingin ku menghentikan waktu Tapi mustahil untuk tercapai
Waktu tak dapat teremehkan Seketika tertinggal maka akan terlupakan Waktu tak akan pernah terhentikan Sekalipun raga tak sanggup terbangkitkan
Secercah harapan mulai mendaki Di kala waktu tak mau terhenti Sejuta gagasan terbit tuk berlari Melampaui waktu agar tidak terkhianati
Tak akan kubiarkan waktu bergulir' Sementara daku masih mengukir Aku tak akan tertinggal Kan kupersiapkan segalanya dengan maksimal
9. ‘Penyesalan di Akhir Waktu’ – Agus Salim Cehasby
Freepik/wavebreakmedia
Ketika waktu telah berlalu cepat Inginku semua mengulang kembali Saat aku berjalan, Ku lihat anak bangsa Dengan penuh harapan tinggi menuntut ilmu
Ketika ada rasa penyesalanku Aku merasa Harapan ku sudah pudar Semangat yang tak terbendung untuk bangkit lagi, seperti dulu
Waktu mengingatkan lembaran kisah Banyak yang telah kusesalkan dalam menuntut ilmu Berapa banyak air mata ini melinangkan tangisan penyesalan Seiring terlukisnya suatu impian menghiasi waktu
Lembaran demi lembaran yang terisi Tertancap keindahan ilmu menawan Kini waktu sudah cepat berlalu Aku hanya bisa meratapi apa yang sudah terjadi
10. 'Janji' – Jackie Kay
Freepik/Rakchai
Ingatlah, saat di mana masa depan tampak
seperti selembar kertas kosong,
kalender yang bersih, sebuah peluang baru.
Di atas salju putih tebal
Kau mengikrarkan jejak kaki yang segar
lalu menyaksikannya pergi
bersama hembusan angin yang kencang.
Isi gelasmu.
Inilah kami.
Janji, dibuat untuk diingkari, dibuat untuk jangka waktu yang lama.
11. ‘Kesungguhan Waktu’ – Nurhasanah
Freepik/Vecstock
Hari demi hari Telah ku lalui Semua itu sangat berarti Tanpa terkecuali
Waktu bagaikan teman sejati Yang selalu menemani Yang selalu mengikuti Ke mana pun akan pergi
Waktu bagaikan sebuah pilihan Atur strategi dan tetap bertahan Atau kalah di medan perang Sedang yang lain berkuasa atas kerajaan
Mengejar atau dikejar Seberapa hebat dirimu belajar Mengatur atau diatur Jangan biarkan dirimu kabur
Waktu kadang menyisakan kesedihan Dari sebuah perpisahan Tak sanggup hari menahan Gerimisnya air hujan
Saat waktu ingin berkata Selamat tinggal dan sampai jumpa Dengan memori yang indah ini Begitu cepat waktu berlalu tanpa kusadari
Waktu tak dapat dibohongi Waktu tak dapat dipungkiri Manfaatkan waktu yang sekali Agar waktu tak mengkhianati
12. ‘Dimensi Waktu’ – Sheilla Novianti
Pexels/Pixabay
Memutar kejadian tak terduga, Dalam suasana suka dan duka. Kita takkan pernah tahu, Hidup dalam dimensi waktu.
Waktu, mengajarkan betapa pedihnya dunia. Ku lupa bahwa dunia ini sungguh fana. Kita kan kembali pada Sang Maha Kuasa, Kelak hidup di akhirat dalam dimensi berbeda.
13. ‘Tahun Baru untuk Siapa’ – Halley Kawistoro
Freepik
Api menyala menghitung detik Siul terompet bersahutan di sekitar perkarangan dan trotoar Manusia menghitung mimpi yang terlaksana. Api dan asap menyatu pekat dengan petasan berontak.
Manusia ditanya tentang otak Atas segala tindak. Api makan api Tanah makan tanah
Dibawa angin mengabarkan duka seperti api membara Membakar nyata di hari tua Semua akan ditanya tentang siapa? Anda di perayaan apa? Karena agama dan waktu
Sepetri tahun baru yang berlalu dengan suara terompet Seperti gambaran manusia yang layu Terbakar seperti kayu menjadi abu Karena merayakan tanpa ragu sesuatu yang tak baku.
14. ‘Hidup’ – Yulfitri
Freepik/yanalya
Dalam hitungan sehari
Kita habiskan waktu secara bersamaan
Namun dalam satu hari pula
Hasil yang kita dapatkan tidaklah sama
Ada yang puas dengan segala rutinitasnya
Ada pula yang kerja keras tuk capai citanya
Tinggallah itu pilihan kita...
Jadikan hidup... seindah mungkin.
15. ‘Harapan’
Freepik/jcomp
Harapan dapat ditemukan, Saat mentari membuka siang. Harapan dapat dirasakan, Saat bintang bersinar di malam tergelap.
Harapan adalah benang, Yang mengikat kita bersama. Di antara detak jantung, Dan udara yang kita hirup.
Itulah 15 puisi tahun baru yang bisa kamu bagikan ke teman-teman atau kerabat terdekatmu! Puisi tahun baru adalah cara indah untuk menyampaikan harapan, semangat, dan refleksi.
Pilih puisi yang paling sesuai dengan perasaanmu dan bagikan kepada orang terdekat. Selamat tahun baru, semoga penuh berkah dan kebahagiaan!