15 Puisi Tahun Baru Penuh Harapan dan Makna
Berikut puisi Tahun Baru yang menginspirasi dan cocok dibagikan untuk menyambut 2025!
28 Desember 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tahun baru adalah momen untuk merenung, bersyukur, dan menatap masa depan dengan semangat baru. Salah satu cara terbaik untuk mengungkapkan perasaan di pergantian tahun adalah melalui puisi.
Puisi mampu menyampaikan emosi mendalam, harapan, dan impian yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata biasa.
Berikut Popmama.com sudah merangkum 15 puisi tahun baru yang penuh inspirasi dan makna. Yuk, scroll!
1. ‘Setahun Kemarin’ – Lisa Sentani
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan
Bulan pun berganti tahun
Detik demi detik cepat berlalu
memburu masa yang entah di mana
Melesat seperti anak panah
Waktu-waktu yang telah lampau, tak terasa lamanya
Jika aku ingat setahun kemarin,
Sudahkah aku menggunakan waktuku dengan baik?
Setahun kemarin,
Sudahkah semua kewajiban yang aku laksanakan?
Setahun kemarin,
Sudah berapa banyak orang yang aku sakiti?
Setahun kemarin,
Sudahkah aku penuhi semua janji yang ku buat?
2. ‘Putaran Waktu, Segenap Penyesalan, dan Sepetik Harapan ke Depan’ – Aisha Elfazahra
Banyak hal bisa kita dapatkan dari sebuah kata sarat makna
bernama waktu
Janin dalam kandungan hingga keluar menjadi bayi
Segalanya proses bukan?
Dan proses akan selalu berbanding lurus dengan sang waktu
Sepanjang kisah episode hidup yang kita jalani
Selama itu pula meteran waktu bergulir maju tanpa pernah
bisa terulang kembali
Lantas, hasil apa selama ini kita tuai?
Selepas lamanya waktu yang kita babat habis hingga detik ini?
Berbahagiakah kita?
Atau malah berbuah penyesalan yang teramat dalam?
Jika pada akhirnya siklus hidup kita bertuaikan penyesalan,
Lantas, mengapa Semesta menciptakan sang waktu?
Jangan-jangan kita lupa, bukankah pemilik Semesta berkuasa
atas segala yang dicipta-Nya
Dan kita mungkin lupa juga, bukankah segala yang terjadi
terbentuk karena suatu sebab-akibat?
Cobalah terlisik lebih dalma
Karena sejatinya yang salah adalah pada diri kita sendiri
Mengapa harus salahkan waktu ketika segala yang kita jalani
berakhir duka?
Mengapa mengemis waktu, berharap bisa direka ulang ketika
kita sendiri tak mampu menghargainya?
Dan banyak mengapa-mengapa lainnya bertebaran di sini
Tetapi sang waktu berbaik hati pada kita
Tak bisa diputar kembali bukan berarti tak bisa buat beranjak
maju, kan?
Maukah kita mengubah sesal jadi bahagia atau terus terpuruk
dalam sesal yang membara?
Pilihan itu ada pada kehendak kita sendiri,
Bukan mereka~
3. ‘Waktuku’ – Indra Danus U
Penantian panjang ku jalani
menempuh cita yang digumuli
melangkahi ribuan sensasi
hingga akhirnya dan aku sampai.
Kejar-kejaran kadang aku jatuh
kelam duka kadang tersentuh
walau keras beginilah yang ku butuh
di penghabisan aku masih berdiri dan utuh.
Tercium sudah wangi keberhasilan
terhirup jelas tuntasnya pendidikan
hasil dari lelahku terlunaskan
dan saatnya berdiri tanggung pada pengabdian
Waktu memihakku di saat yang tepat
walau kuakui kurang begitu cepat
tentang janji yang jauh dari sepakat
tapi akhir manis akhirnya kudapat.
4. ‘Tak Pernah Terulang’ – Maryanah
Begitu cepat berlalu,
Begitu cepat ia pergi.
Yang tak pernah terulang,
Yang tak akan pernah dapat diukur.Sudah seharusnya selalu bersyukur,
Setiap masa yang diberi.
Untuk hidup yang lebih berarti.
5. ‘Hempas Kata Terlambat’ – Amelda Avelina
Ke mana sajakah telah kau tapaki
Apa sajakah yang telah kau dapati
Kabut pagi ditepis matahari
Kuning awan senja dan gelap malam telah hadir berkali-kali
Masihkah kau meratapi kesedihan
Beruntungkah kau akan kepedihan
Kemari dan tataplah kaca
Sadarilah tiap detik yang tersita
Pembatas buku gagap tak bergerak
Sampul buku terlapisi lebat debu
Semua berbaris rapi dalam rak
Lalu kau awali dari mana wawasanmu
Akankah kau tanyakan masalalumu kepada setiap detik waktu
Sedang kau selalu acuh melihatnya berlalu
Mari jadikan tiap saatnya bermakna
Manfaatkan semua yang tersisa
Tebus semua rasa salah yang ada
Kau bisa karena terbiasa
Ia pasti memaafkanmu meski ia terus saja berlalu
Kau bisa ubah lawan jadi kawan
Dan segera buktikan pada waktu tentang suksesmu itu
Ia buka sekedar khayal buah sang lamunan
6. ‘Kepada Sang Waktu’ – Miftakhus Sholikha
Hujan datang ketika petir telah menyambar
Bersama datangnya angin yang tanpa permisi
Jalanan yang kupijak telah basah terguyur hujan
Di sinilah diriku...Berdiri di bawah hujan bertemankan waktu
Sungguh, ku ingin memohon kepada sang waktu
Berjalan lebih lama atau berhenti
Biarkan diri ini menikmati butir hujan ini
Namun, berhentinya sang waktu adalah kemustahilan
Ego yang kuat pun tak berpengaruh untuknya
Sulit bagiku mendeskripsikan tentangnyaSang waktu yang begitu rumit dan berkelit
Sebuah ungkapan kepada sang waktu dari diriku
Terima kasih telah mengingatkan kenangan yang telah laluTentang diriku yang bahagia kala itu
Terima kasih telah menyimpannya dengan apik
Editors' Pick
7. ‘Waktu’ – Madinah Tarisa Fauzy
Inginku memandang masa depan
Dengan segala rasa
Dan keyakinan
Yang menyatu dalam setiap degup cinta
Namun sering kali masa lalu menghantui
Mendobrak jauh anganku
Dan memporak-porandakan impianku
Masih adakah waktu
Waktuku untuk memulai dan berbenah
Dan menciptakan hal yang indah
Hingga datang waktu yang tentukan itu
Jika sudah kupandang masa itu
Masa lalu dan masa sekarang
Haruskah aku terus diam dan terpaku
Merugilah aku
Ku harus bangkit meski tertatih
Karena waktu terlalu berjalan dan berlalu
Dan waktu pun terus memutar tanpa letih
8. ‘Mengejar Waktu’ – Andi Wahda
Patahan api semangat mulai berkobar
Tumpahan asa seketika menyebar
Hati berdebar di kala mengejar
Ketertinggalan akibat tertepar
Ingin ku berlari mengejar waktu
Tapi tak akan pernah sampai
Ingin ku menghentikan waktu
Tapi mustahil untuk tercapai
Waktu tak dapat teremehkan
Seketika tertinggal maka akan terlupakan
Waktu tak akan pernah terhentikan
Sekalipun raga tak sanggup terbangkitkan
Secercah harapan mulai mendaki
Di kala waktu tak mau terhenti
Sejuta gagasan terbit tuk berlari
Melampaui waktu agar tidak terkhianati
Tak akan kubiarkan waktu bergulir'
Sementara daku masih mengukir
Aku tak akan tertinggal
Kan kupersiapkan segalanya dengan maksimal
9. ‘Penyesalan di Akhir Waktu’ – Agus Salim Cehasby
Ketika waktu telah berlalu cepat
Inginku semua mengulang kembali
Saat aku berjalan, Ku lihat anak bangsa
Dengan penuh harapan tinggi menuntut ilmu
Ketika ada rasa penyesalanku
Aku merasa Harapan ku sudah pudar
Semangat yang tak terbendung
untuk bangkit lagi, seperti dulu
Waktu mengingatkan lembaran kisah
Banyak yang telah kusesalkan dalam menuntut ilmu
Berapa banyak air mata ini melinangkan tangisan penyesalan
Seiring terlukisnya suatu impian menghiasi waktu
Lembaran demi lembaran yang terisi
Tertancap keindahan ilmu menawan
Kini waktu sudah cepat berlalu
Aku hanya bisa meratapi apa yang sudah terjadi
10. 'Janji' – Jackie Kay
Ingatlah, saat di mana masa depan tampak
seperti selembar kertas kosong,
kalender yang bersih, sebuah peluang baru.
Di atas salju putih tebal
Kau mengikrarkan jejak kaki yang segar
lalu menyaksikannya pergi
bersama hembusan angin yang kencang.
Isi gelasmu.
Inilah kami.
Janji, dibuat untuk diingkari, dibuat untuk jangka waktu yang lama.
11. ‘Kesungguhan Waktu’ – Nurhasanah
Hari demi hari
Telah ku lalui
Semua itu sangat berarti
Tanpa terkecuali
Waktu bagaikan teman sejati
Yang selalu menemani
Yang selalu mengikuti
Ke mana pun akan pergi
Waktu bagaikan sebuah pilihan
Atur strategi dan tetap bertahan
Atau kalah di medan perang
Sedang yang lain berkuasa atas kerajaan
Mengejar atau dikejar
Seberapa hebat dirimu belajar
Mengatur atau diatur
Jangan biarkan dirimu kabur
Waktu kadang menyisakan kesedihan
Dari sebuah perpisahan
Tak sanggup hari menahan
Gerimisnya air hujan
Saat waktu ingin berkata
Selamat tinggal dan sampai jumpa
Dengan memori yang indah ini
Begitu cepat waktu berlalu tanpa kusadari
Waktu tak dapat dibohongi
Waktu tak dapat dipungkiri
Manfaatkan waktu yang sekali
Agar waktu tak mengkhianati
12. ‘Dimensi Waktu’ – Sheilla Novianti
Memutar kejadian tak terduga,
Dalam suasana suka dan duka.
Kita takkan pernah tahu,
Hidup dalam dimensi waktu.Waktu, mengajarkan betapa pedihnya dunia.
Ku lupa bahwa dunia ini sungguh fana.
Kita kan kembali pada Sang Maha Kuasa,
Kelak hidup di akhirat dalam dimensi berbeda.
13. ‘Tahun Baru untuk Siapa’ – Halley Kawistoro
Api menyala menghitung detik
Siul terompet bersahutan di sekitar
perkarangan dan trotoar
Manusia menghitung mimpi yang
terlaksana.
Api dan asap menyatu pekat dengan
petasan berontak.
Manusia ditanya tentang otak
Atas segala tindak.
Api makan api
Tanah makan tanah
Dibawa angin mengabarkan duka seperti
api membara
Membakar nyata di hari tua
Semua akan ditanya tentang siapa? Anda
di perayaan apa?
Karena agama dan waktu
Sepetri tahun baru yang berlalu dengan
suara terompet
Seperti gambaran manusia yang layu
Terbakar seperti kayu menjadi abu
Karena merayakan tanpa ragu sesuatu
yang tak baku.
14. ‘Hidup’ – Yulfitri
Dalam hitungan sehari
Kita habiskan waktu secara bersamaan
Namun dalam satu hari pula
Hasil yang kita dapatkan tidaklah sama
Ada yang puas dengan segala rutinitasnya
Ada pula yang kerja keras tuk capai citanya
Tinggallah itu pilihan kita...
Jadikan hidup... seindah mungkin.
15. ‘Harapan’
Harapan dapat ditemukan,
Saat mentari membuka siang.
Harapan dapat dirasakan,
Saat bintang bersinar di malam tergelap.Harapan adalah benang,
Yang mengikat kita bersama.
Di antara detak jantung,
Dan udara yang kita hirup.
Itulah 15 puisi tahun baru yang bisa kamu bagikan ke teman-teman atau kerabat terdekatmu! Puisi tahun baru adalah cara indah untuk menyampaikan harapan, semangat, dan refleksi.
Pilih puisi yang paling sesuai dengan perasaanmu dan bagikan kepada orang terdekat. Selamat tahun baru, semoga penuh berkah dan kebahagiaan!
Baca juga:
- 13 Puisi Natal Singkat, Ungkapan Damai di Hari Istimewa
- 15 Puisi Natal Kelahiran Yesus, Sambut Natal dengan Puisi Penuh Makna
- 15 Puisi Natal tentang Kehidupan, Menginspirasi Hati di Hari Kudus