Pentingnya Jaga Kesehatan Reproduksi Cegah Stunting, Minim Edukasi
Upaya terus dilakukan untuk menurunkan angka stunting, sayangnya edukasi kesehatan reproduksi minim
27 Oktober 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Indonesia merupakan negara yang menempati rangking lima dunia dengan tingkat stunting tertinggi. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4 persen.
Meskipun menurun 6,4 persen dari tahun sebelumnya tetapi angkanya masih terbilang cukup besar.
Kondisi gagal tumbuh pada anak atau stunting merupakan salah satu prioritas dari Sustainable Development Goals (SDG) dunia. Dimana SDG merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia guna mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
Popmama.com sampaikan ulasan pentingnya jaga kesehatan reproduksi perempuan guna cegah stunting.
Editors' Pick
Kaitan Kesehatan Reproduksi Berhubungan dengan Stunting
Tak dipungkiri kesehatan reproduksi erat kaitannya dengan stunting. Kesehatan reproduksi ini sudah harus diketahui para perempuan ketika menginjak usia remaja. Karena pada usia remaja rentan terjadi penyimpangan.
Kesehatan yang dimaksud tak hanya sekadar kesehatan secara fisik dan terhindar dari penyakit. Namun, mencakup juga kesiapan mental maupun sosial. Dilansir dari Promkes milik Kementerian Kesehatan pengenalan kesehatan reproduksi mencakup:
- Pengenalan proses, fungsi dan sistem organ reproduksi
- Pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya lengkap dengan efek yang ditimbulkan terhadap kesehatan reproduksi
- Mengetahui dan menghidar kekerasan seksual
- Pengetahuan tentang pengaruh platform media dan isu-isu sosial terhadap aktivitas seksual
- Tingkatkan keterampilan komunikasi, khususnya mengenai kepercayaan diri
Faktor Lain Penyebab terjadinya Stunting
Ciasihan yang berlokasi 2,5 jam dari pusat kota Jakarta menjadi daerah yang memiliki tingkat stunting cukup tinggi. Berlandaskan misi EDG yang sejalan dengan misi perusahaan, Bayer mengedukasi para istri petani di Ciasihan terkait pencegahan stunting melalui program Bayer untuk Indonesia atau BISA.
Dalam rangkaian acara Media Trip oleh Bayer dr. Riana Nirmala Wijaya selaku Medical Lead Bayer Consumer Health menuturkan stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja. Namun disebabkan oleh berbagai faktor.
Mulai dari gizi, anemia pada ibu hamil, pola asuh anak termasuk di dalamnya berupa perilaku hidup sehat, penggunaan alat kontrasepsi dan KB, serta family planning.
Desa Ciasihan dipilih karena tingkat kesertaan KB yang rendah, sampai prevalensi stunting yang masih di atas 10 persen. Bahkan, fasilitas kesehatan yang tersedia pun sulit dijangkau. Akibatnya masih banyak masyarakat yang mencari pengobatan alternatif, seperti ke dukun.
Oleh karena itu dalam program BISA ini, Bayer akan melatih 10 bidan yang kemudian ilmu tersebut diteruskan kepada 43 kader kesehatan. Pelatihan yang diberikan edukasi mengenai kesehatan perempuan dan pembagian alat kontrasepsi, serta edukasi gizi kepada perempuan dan ibu hamil guna mengurangi beban pengobatan di pusat kesehatan dan menanggulangi stunting