Secara medis, pada penyakit amiloidosis biasanya protein abnormal dalam tubuh berubah bentuk. Bahkan menggumpal dan membentuk fibril amiloid yang menumpuk di jaringan maupun organ.
Amiloidosis adalah masalah kesehatan serius yang menyebabkan kegagalan organ dan bisa mengancam jiwa.
Nah, berikut Popmama.comakan membahas mengenai fakta amiloidosis. Yuk, segera cek ulasannya!
1. Apa saja gejala dari amiloidosis?
Pexels/Andrea Piacquadio
Umumnya, gejala amiloidosis sering kali tidak terlalu terlihat jelas.
Bahkan juga dapat sangat bervariasi, tergantung di mana protein amiloid berkumpul di dalam tubuh.
Sedangkan beberapa gejala yang dapat terjadi pada pengidap amiloidosis, yaitu:
Kelelahan yang parah
Memiliki rasa kenyang
Mengalami nyeri sendi
Jumlah sel darah merah rendah (anemia)
Sesak napas
Pembengkakan di lidah
Sering kesemutan dan mati rasa di kaki dan kaki
Genggaman tangan lemah
Penurunan berat badan secara tiba-tiba
Perubahan warna kulit
Editors' Pick
2. Apa penyebab terjadinya amiloidosis?
Pexels/Alexandr Podvalny
Bahwa amiloidosis termasuk sekelompok penyakit yang paling sering mempengaruhi ginjal, hati dan limpa.
Sedangkan pada amiloidosis herediter bisa mempengaruhi saraf, jantung dan ginjal. Hal tersebut terjadi ketika protein yang dibuat oleh hati tidak normal.
Amiloidosis disebabkan oleh perubahan protein yang membuatnya tidak larut. Ini menyebabkannya disimpan di organ dan jaringan, seperti yang dikutip dari Medicinenet.
Perubahan protein yang menjadikannya protein amiloid karena faktor mutasi gen pada DNA di dalam sel.
3. Apa saja komplikasi dari amiloidosis?
Pexels/RODNAE Productions
Waspada, amiloidosis harus segera mendapat penanganan yang tepat. Jika tidak, maka amiloidosis akan menyerang tubuh bagian lain.
Bahkan ginjal perlahan-lahan bisa menjadi terbebani dengan amiloid. Dalam hal ini, amiloidosis mulai menyebabkan komplikasi seperti jaringan parut dan penyakit tulang.
Diwartakan dari Webmd, Amiloidosis mempengaruhi 15% pasien dengan bentuk kanker yang disebut multiple myeloma. Amiloidosis juga bisa terjadi pada orang dengan penyakit ginjal stadium akhir. Terutama menjalani dialisis untuk waktu yang lama.
Selain itu, komplikasi terkait amiloidosis mungkin mengalami pembengkakan di tubuh dan pergelangan kaki.
4. Bagaimana diagnosis amiloidosis?
Pexels/Karolina Grabowska
Biasanya, untuk diagnosis amiloidosis dokter akan mengambil langkah sebuah pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Selain itu, dokter mungkin juga melakukan:
Agar akurat dokter bertanya mengenai riwayat kesehatan pasien.
Tes darah dan urine dapat menemukan protein abnormal. Tergantung pada gejala, dokter memeriksa tiroid dan hati.
Dokter akan melakukan biopsi untuk memastikan diagnosis amiloidosis dan mengetahui jenis protein spesifik yang pasiem miliki.
Sampel jaringan untuk biopsi dapat diambil dari lemak perut, sumsum tulang atau terkadang mulut, rektum atau organ lainnya.
Tes pencitraan juga dapat membantu. Metode tersebut menunjukkan jumlah kerusakan pada organ seperti jantung, hati atau limpa.
Dokter mungkin akan melakukan tes genetik jika mereka mengira pasien memiliki tipe yang diturunkan melalui keluarga.
Pemeriksaan patologi anatomi menggunakan pewarnaan Congo Red dan imunohistokimia dengan pengambilan sampel biopsi.
5. Bagaimana pengobatan untuk amiloidosis?
Pexels/Castorly Stock
Biasanya, dokter akan meresepkan perawatan untuk memperlambat perkembangan protein amiloid dan mengelola gejalanya.
Jika amiloidosis terkait dengan kondisi lain, maka pengobatan tergantung kondisi yang mendasarinya dan pada jenis spesifik yang dimiliki.
Pengobatan yang diberikan dapat berupa obat polineuropati dan imunoterapi.
Sedangkan perawatan tergantung pada kesehatan keseluruhan pada pasien. Pilihannya termasuk agen kemoterapi yang biasa digunakan untuk kanker tertentu dan deksametason sebagai tindakan anti inflamasi.
Demikianlah fakta mengenai amiloidosis. Perawatannya mungkin termasuk obat-obatan yang dapat membantu membersihkan fibril amiloid dari tubuh.