5 Jenis Kondisi Komplikasi yang Memicu Penyakit pada Tubuh
Beberapa orang mengalami komplikasi yang mempengaruhi kinerja organnya.
3 April 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada beberapa kasus, pasien yang telah menjalani pembedahan mengalami satu atau dua komplikasi kecil pasca operasi.
Dalam dunia medis, komplikasi sendiri merujuk pada kondisi di mana sebuah penyakit berubah dan memicu penyakit lain yang akhirnya muncul beberapa efek.
Dilansir dari Verywellhealth, kelelahan setelah operasi adalah komplikasi yang umum dan sudah diperkirakan sebelumnya. Ini karena tubuh tertekan oleh efek anestesi dan pembedahan.
Perubahan ini bisa dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya disebabkan meminum obat-obatan kimia atau akibat tindakan medis tertentu.
Nah, berikut Popmama.com berikan informasi 5 jenis kondisi komplikasi yang memicu penyakit:
1. Aneurisma yang bisa mengakibatkan kondisi fatal
Komplikasi yang dapat berkembang biasanya pasien mengalami aneurisma dan diperlukan waktu lebih lama untuk pulih sepenuhnya.
Aneurisma yang pecah atau bocor berisiko terjadi pendarahan lagi dan mengakibatkan kondisi fatal.
WebMD menjelaskan, penyebab paling umum dari aneurisma adalah aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Luka dalam dan infeksi juga bisa menyebabkan aneurisma.
Aneurisma sering kali memiliki gejala ringan atau tidak sama sekali, penting untuk pemeriksaan rutin agar dokter dapat membantu memeriksa tanda-tanda peringatannya.
Editors' Pick
2. Arteri perifer bisa membatasi aliran darah
Penyakit arteri perifer sering terjadi setelah operasi dan disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu timbunan lemak menumpuk di dinding arteri.
Kondisi ini membatasi aliran darah yang kaya oksigen ke organ dan mempengaruhi arteri di kaki. Tetapi juga termasuk arteri yang membawa darah dari jantung ke kepala, lengan, ginjal dan perut.
Heart memaparkan, arteri perifer yang tidak diobati dapat berbahaya karena akan menyebabkan gejala nyeri atau kehilangan kaki. Pada pasien dengan arteri perifer memiliki peningkatan risiko penyakit arteri koroner, stroke dan serangan jantung.
Diagnosis arteri perifer pun dimulai dengan pemeriksaan fisik. Biasanya penyedia layanan kesehatan akan bertanya tentang gejala yang mungkin dialami dan memeriksa denyut nadi lemah di kaki.