Chlorpheniramine termasuk dalam kelas obat yang disebut antihistamin. Cara kerjanya menghalangi aksi histamin, yaitu zat dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi.
Lebih dari itu, chlorpheniramine mungkin merupakan antidepresan yang aman. Termasuk jenis non-kardiotoksik dan dapat ditoleransi dengan baik.
Di mana chlorpheniramine atau CTM termasuk obat untuk meredakan gejala alergi yang bisa dipicu oleh makanan, obat-obatan, gigitan serangga dan paparan debu.
Chlorphenamine adalah obat antihistamin yang meredakan gejala alergi.
Bahkan dikenal sebagai antihistamin yang menyebabkan rasa kantuk atau sebagai penenang.
Dilansir dari WebMD, chlorpheniramine adalah antihistamin yang digunakan untuk meredakan gejala alergi dan demam hingga flu biasa. Gejala-gejala tersebut berupa ruam, mata berair, hidung atau tenggorokan yang terasa gatal, batuk, pilek dan bersin.
Meski chlorpheniramine membantu mengendalikan gejala pilek atau alergi, tetapi tidak akan mempercepat pemulihan.
Namun antihistamin chlorpheniramine dapat memperbaiki serangan panik, fobia dan menurunkan suasana hati. Tetapi efek terapeutik ini tidak bergantung pada blokade reseptor histamin H(1).
Editors' Pick
2. Bagaimana interaksi chlorpheniramine dengan obat lain?
Pexels/Anna Shvets
Dokter telah mengarahkan kamu untuk menggunakan obat chlorpheniramine?
Maka jangan menghentikan atau mengubah dosis obat apa pun sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Pasalnya, chlorpheniramine juga memiliki interaksi yang parah dengan obat lain seperti:
Eluxadoline
Idealalisib
Isokarboksazid
Ivacaftor
Natrium oksibat
Tranylcypromine
Selain itu, interaksi obat yang dapat timbul jika chlorpheniramine digunakan dengan obat-obatan adalah:
Peningkatan efek antikolinergik dari MAOI yang berpotensi fatal.
Terhambatnya metabolisme phenytoin, sehingga meningkatkan risiko terjadinya keracunan obat.
Terjadi peningkatan efek antimuskarinik dari antidepresan trisiklik.
Peningkatan efek kantuk dan risiko terjadinya komplikasi jika digunakan dengan obat antinyeri golongan opioid, obat antiansietas, obat penenang atau obat antipsikotik.
Oleh karena itu, sebelum menggunakan produk ini beri tahu dokter atau apoteker tentang semua produk yang kamu gunakan.
3. Apa efek samping dari penggunaan chlorpheniramine?
Pexels/Andrea Piacquadio
Efek samping yang umum terjadi meminum obat dari chlorpheniramine yakni merasa mual, mengantuk dan pusing.
Kamu mungkin juga mengalami kesulitan berkonsentrasi, mulut kering, maupun penglihatan kabur.
Selain itu, chlorphenamine juga terdapat efek samping lainnya seperti:
Gerakan wajah yang tidak normal atau tidak disengaja
Labirinitis akut
Agranulositosis
Penglihatan kabur
Depresi sistem saraf pusat (SSP)
Panas dingin
Kolestasis
Sembelit
Diare
Koordinasi terganggu
Hipotensi dapat terjadi pada pasien geriatri
Penglihatan ganda
Menstruasi dini
Euforia
Pingsan
Detak jantung cepat
Anemia hemolitik
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami efek samping di atas yang semakin parah atau tidak membaik.
4. Berapakah dosis chlorpheniramine yang tepat?
Pexels/tanya nova
Bentuk dari dosis tablet chlorpheniramine sendiri ada yang sebanyak 4 mg, 8 mg dan 12 mg. Sedangkan sirup ada yang 2 mcg/5 mL dan suspensi khusus anak 2 mg/mL.
Nah, berikut ini adalah dosis chlorpheniramine untuk meredakan gejala alergi:
Dewasa: tablet atau sirup sebanyak 4 mg per oral setiap 4-6 jam. Tapi tidak melebihi 24 mg/hari.
Tablet lepas lambat sebanyak 8 mg per oral setiap 8-12 jam atau 12 mg setiap 12 jam. Tidak melebihi 24 mg/hari.
Kapsul extended-release sekitar 12 mg per oral sekali/hari dan tidak melebihi 24 mg/hari.
Kapsul pelepasan berkelanjutan sebanyak 8-12 mg per oral setiap 8-12 jam hingga 16-24 mg/hari.
Dosis untuk anak di bawah 2 tahun bahwa keamanan dan kemanjuran tidak ditetapkan.
Sedangkan anak-anak 2-6 tahun hanya 1 mg per oral setiap 4-6 jam dan tidak melebihi 6 mg/hari.
Anak-anak 6-12 tahun sebesar 2 mg per oral setiap 4-6 jam, tidak melebihi 12 mg/hari atau pelepasan berkelanjutan pada waktu tidur.
Anak-anak di atas 12 tahun berupa tablet atau sirup sekitar 4 mg per oral setiap 4-6 jam dna tidak melebihi 24 mg/hari.
Tablet lepas lambat 8 mg per oral setiap 8-12 jam atau 12 mg setiap 12 jam. Tidak melebihi 24 mg/hari.
Kapsul extended-release 12 mg per oral sekali/hari. Tidak melebihi 24 mg/hari.
Kapsul pelepasan berkelanjutan: 8-12 mg per oral setiap 8-12 jam, hingga 16-24 mg/hari.
5. Bagaimana cara mengonsumsi chlorpheniramine?
Pexels/Artem Podrez
Chlorpheniramine mengandung klorfeniramin.
Oleh sebab itu, maka jangan mengonsumsinya jika kamu alergi terhadap chlorpheniramine atau bahan apa pun yang terkandung dalam obat ini.
Nah, sebaiknya ikuti cara konsumsi chlorpheniramine dengan benar:
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan chlorpheniramine sebelum mulai mengonsumsinya.
Chlorpheniramine dalam bentuk tablet, kapsul, kaplet dan sirup yang bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Konsumsi obat dengan bantuan segelas air putih.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Hentikan penggunaan chlorpheniramine setelah gejala alergi mereda, karena obat ini hanya digunakan untuk jangka pendek.
Jika lupa mengonsumsi obat, segera konsumsi jika jeda waktu dengan dosis selanjutnya belum terlalu dekat. Apabila sudah dekat, abaikan dosis tersebut dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.
Simpan obat dalam tempat tertutup di ruangan yang sejuk dan kering. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
Dalam kasus overdosis, dapatkan bantuan medis atau rumah sakit terdekat.
Itulah informasi mengenai jenis obat chlorpheniramine. Segera temui dokter jika kamu mengalami reaksi alergi obat ini, ya!