Perkembangan Plasma Convalescent untuk Mengobati Pasien Covid-19
Lembaga Eijkman optimis dalam memproduksi vaksin covid-19
17 Mei 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kabar mengejutkan dan mengkhawatirkan bagi seluruh masyarakat Indonesia sejak pertama kalinya muncul pasien yang positif Covid-19.
Ya, kehadiran virus corona yang sudah mendunia ini membuat para ilmuwan tengah sibuk menemukan vaksin untuk virus corona baru.
Indonesia juga dinilai sangat perlu untuk turut serta dalam upaya pengembangan vaksin Covid-19.
Salah satunya Lembaga Eijkman dengan berbagai instansi menggunakan terapi mutasi convalescent.
Di mana vaksin ini tujuannya untuk mencegah, terutama pada mereka yang belum terkena infeksi virus corona.
Berikut Popmama.com akan menjelaskan perkembangan plasma convalescent untuk mengobati pasien Covid-19:
1. Negara mana saja yang berusaha memproduksi vaksin covid-19?
Proses pembuatan vaksin covid-19 memang tidak mudah dan tidak sebentar.
Ya, bagaikan sebuah kompetisi. Berbagai negara berlomba-lomba untuk menemukan vaksin virus covid-19.
Sedangkan Indonesia bukan satu-satunya negara yang berpartisipasi dalam pembuatan vaksin.
Sejauh ini, tercatat ada beberapa negara seperti Cina, Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Australia dan Jerman, yang lebih dulu berusaha memproduksi vaksin covid-19.
Misalnya saja di Jerman, negara ini memiliki perusahaan biofarmasi swasta bernama CureVac yang berdiri di garda depan produksi vaksin.
Editors' Pick
2. Langkah apa yang akan dilakukan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman?
Di Indonesia, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tengah mengembangkan penelitian terkait vaksin Covid-19.
Terapi convalescent adalah sebagai alternatif dan jalan pintas dalam mengobati pasien Covid-19.
Prof.Herawati Sudoyo, Wakil Kepala Bidang Fundamental Lembaga Eijkman mengatakan, "kita akan melakukan sesuai misi. Salah satunya uji netralisasi dan uji klinis. Apakah plasma tersebut mampu mengurangi kebanyakan dari virus atau tidak. Apalagi Covid-19 termasuk patogen berbahaya."
Herawati menambahkan, Eijkman akan bermitra dengan dokter di rumah sakit dan PMI untuk mengambil plasma darah dari pasien.
Di mana PMI telah memiliki fasilitas pemisahan plasma darah lengkap.
Selanjutnya, Lembaga Eijkman yang memiliki unit laboratorium khusus ini berfungsi untuk mengetes plasma tersebut.
3. Apa itu terapi mutasi convalescent?
Sekelompok ilmuwan yang tengah mengembangkan vaksin Covid-19, mereka juga cara berusaha membuat pengobatan lain yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan angka kesembuhan.
Lembaga Eijkman yang bernaung dalam mengatasi hal ini, mereka akan menggunakan metode plasma convalescent sebagai langkah untuk menolong para korban terinveksi virus corona.
Sebagaimana terapi tersebut sebelumnya sudah lama dan dicoba berbagai macam penyakit virus, salah satunya pada pasien ebola.
Baru-baru ini, Herawati menjelaskan bahwa terapi plasma diambil dari darah pada pasien yang sembuh. Kemudian dari situ, kita akan memberikan kepada pasien yang sakit. Terkecuali pasien yang tergolong kondisi berat sekali.
4. Bagaimana cara menjalankan vaksin ini?
Prof.Herawati Sudoyo, Wakil Kepala Bidang Fundamental Lembaga Eijkman meyakinkan bahwa sejauh ini keberhasilan vaksin bisa selama 12 baru mulainya dilakukan dan bisa mencapai 5 tahun lebih untuk sampai ke pasar.
Pihak Eijkman yang memimpin konsorium produksi vaksin Covid-19 tidak bisa mengandalkan data-data yang ada di dunia saja.
Herawati memaparkan, Eijkman sudah menjalankan tahap ke satu dengan mengumpulkan informasi genetik.
Lalu di tahap kedua, mendesain bagian dari virus tersebut yang dimasukan ke dalam tubuh mungkin dapat merangsang terjadinya antibodi.
Dengan desain atau strategi ini diharapkan bagus dan cocok.
Selanjutnya akan diberikan kepada Biofarma Indonesia.
5. Bagaimana tingkat kesuksesannya?
Terapi plasma convalescent dapat digunakan untuk pasien Covid-19 ini sebenarnya masih bersifat dinamis sesuai perkembangan hasil studi terkini.
Herawati menjelaskan bahwa kita harus melakukan percepatan. Apalagi kita tidak mungkin melakukannya sendiri. Kunci sukses itu harus mengadakan kolaborasi-kolaborasi.
"Setelah mendapat kandidat, selanjutnya kita harus memberikan ke Biofarma. Ini karena Biofarma memiliki teknologi untuk desain vaksinnya," ucap Prof.Herawati.
Sedangkan upaya yang terbaik untuk bangsa adalah melakukan validasi dan memperbanyak tes.
Demikianlah penjelasan mengenai perkembangan plasma convalescent untuk mengobati pasien Covid-19.
Meski demikian, yang patut digarisbawahi yakni proses produksi vaksin membutuhkan waktu tidak sebentar.
Baca juga:
- 3 Tips agar Belajar Lebih Menyenang bagi Anak Selama Pandemi Covid-19
- 5 Hal yang Akan Terjadi saat Kondisi Normal Pasca Pandemi Covid-19
- Gejala Penyakit "Misterius" yang Menyerang Anak Terkait Covid-19