IWF 2021: Hal-Hal yang Harus Diperhatikan sebagai Penulis Kuliner
Sebagai penulis kuliner tetap harus menghargai berbagai makanan yang berasal dari berbagai daerah
29 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam penulisannya, food journalism memiliki pilar yang tinggi. Sama halnya seperti jurnalis investigasi, politik, news dan lain sebagainya. Pada mulanya, banyak sekali orang-orang yang tidak tertarik dalam penulisan makanan.
Namun kini food writer pun sudah banyak ditemukan dimana-mana. Dalam menulis sebuah artikel, hal paling utama yang harus diperhatikan adalah harus mau melakukan riset, terutama pada artikel mengenai makanan.
Menurut Kevindra Soemantri yang dalam acara Indonesia Writers Festival 2021 by IDN Times, Kamis (28/10), bertema Culinary Story Teller, Mengolah Rasa Menjadi Aksara, makanan juga merupakan sebuah seni. Walaupun begitu, tetap harus memiliki aturan dan jangan pernah malas dalam mencari data.
Dalam menulis artikel tentang makanan bukan hanya sekedar icip-icip makanan saja, namun juga harus mencari tahu tentang sejarah serta cara merepresentasikan makanan yang berasal dari daerah tersebut. Berbagai hal maupun langkah-langkah kecil sangat diperlukan dalam menulis artikel tentang makanan.
Berikut Popmama.com sudah merangkum informasi lengkap mengenai hal-hal apa saja yang harus diperhatikan sebagai food journalism.
1. Adanya standar khusus dan harus mau melakukan riset dalam setiap penulisan
Indonesia seharusnya memiliki minat dengan tingkat lebih tinggi sebagai food writer. Hal ini karena negeri ini tentunya memiliki kekayaan yang berlimpah, mulai dari bahan baku seperti rempah-rempah hingga berbagai jenis makanan yang terdapat diberbagai daerah.
Kuliner merupakan topik yang paling menonjol secara global. Adanya ketertarikan seseorang terhadap makanan dan menuangkannya dalam bentuk tulisan merupakan hal yang menarik. Namun bukan asal tulis yang diminta, melainkan harus memberitahu secara jelas dan detail setiap rasa dari makanan yang dicoba.
Salah satu kelemahan yang sering dilakukan oleh orang-orang dalam menulis artikel adalah malasnya untuk melakukan riset yang lebih mendalam. Padahal riset termasuk hal penting yang harus dilakukan dalam menulis sebuah artikel.
Pemakaian kata, tentang makanan, asal usulnya bahkan hingga orang yang membuat makanan tersebut termasuk hal dasar yang tidak boleh dilupakan dalam setiap penulisannya.
2. Terdapat 4 pilar dalam penulisan makanan dengan cara riset yang berbeda-beda
Dalam penulisannya, Kevin menyebutkan terdapat 4 pilar dalam penulisan makanan, yaitu recipe, feature, restaurant criticism, dan food literature.
"Keempat pilar ini pun juga memiliki cara dan risetnya yang berbeda-beda. Resep, dilakukan dengan mulai mencari referensi dari target dan angle berita yang ingin diambil. Literatur, termasuk dalam novel kuliner dan membahas seputar makanan. Aruna dan lidahnya serta Jejak Nusantara termasuk dalam jenis novel kuliner," ungkap Kevin.
Feature, merupakan penulisan mengenai makanan dan biasanya bersifat news. Sedangkan restoran kritik, memiliki riset yang berbeda dan harus lebih jelas berdasarkan data. Pada penulisan ini sangat memerlukan standar 5W + 1H yang merupakan landasan penting dalam melakukan sebuah riset.
Editors' Pick
3. Menjadi food journalism tidak harus pandai memasak
Apakah menjadi food writer harus pandai dalam memasak juga? Jawabannya adalah tidak. Pertanyaan seperti ini sering kali muncul dipertanyaan para pemula, yang akhirnya membuat mereka lebih dulu mundur karena mengira diri mereka tidak sesuai dengan kriteria yang ada.
Sebenarnya, sebagai seorang food writer tidak harus pandai dalam memasak. Namun, bukan berati hal ini tidak penting. Seorang food writer yang bisa memasak tentu memiliki nilai plus, tapi bukan berarti yang tidak pandai berarti tidak bisa.
Walaupun tidak pandai memasak, asalkan tetap mengetahui standar dan memiliki pengetahuan yang luas mengenai seni kuliner termasuk dalam hal yang penting. Maka dari itu, riset sangat penting karena membantu dalam pengetahuan kuliner.
4. Menentukan struktur atau kerangka khusus dalam menulis artikel tentang makanan
Dalam membuat sebuah artikel tentang makanan, maka hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mencari topik terlebih dahulu. Topik yang mau dibahas pun bebas, bagi pemula dapat mencoba dengan membuat topik yang familiar atau ketertarikan terhadap suatu makanan.
Dengan memilih topik yang sudah diketahui, maka akan sangat mudah bagi food writer untuk mengembangkan penulisannya. Setelah itu, barulah mencari tahu mengenai hal-hal yang mau dibahas dalam topik tersebut.
Sebagai food writer, harus melihat makanan bukan hanya sebagai objek melainkan juga sebagai objek. Dari sinilah nantinya seorang food writer dapat memuat sebuah artikel mengenai makanan.
Ketika membahas sebuah makanan, biasanya tidak hanya berfokus pada satu topik saja, namun juga menyebar keberbagai hal berdasarkan riset yang sudah dicari sebelumnya, seperti asal usul makanan, bahan baku yang digunakan, cerita dari penjual makanan tersebut hingga budaya dari makanan tersebut.
5. Cara yang dilakukan dalam menafsirkan sebuah rasa dan menuliskannya ke aksara
Untuk menuliskan sebuah rasa ke dalam tulisan aksara juga memerlukan berbagai hal yang harus diperhatikan. Kumpulan kosa kata dalam penulisan serta cara menyampaikan suatu rasa dalam makanan dalam sebuah tulisan juga harus dilatih.
Sebagai seorang penulis, dapat menambah kosa kata dengan membaca berbagai macam jenis artikel yang ada. Bukan hanya membaca mengenai makanan, namun seorang food writer juga harus membaca berbagai hal, seperti politik, musik, film, cerita, news dan jenis-jenis artikel lainnya.
Cara ini dilakukan agar dapat menambah kosa kata sang penulis ketika menuliskan sesuatu hal. Selain itu, bagifood writer juga dapat mencoba berbagai jenis makanan guna melatih dan mempertajam lidah.
Hal ini digunakan agar seorang food writer dapat merasakan langsung apa yang dirasa serta kekurangan apa yang harus diperbaiki, sehingga ia pun dapat menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.
6. Adanya pilihan kata yang tidak boleh digunakan sebagai food journalism
Dalam dunia penulisan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, terutama dalam menulis artikel makanan.
Salah satunya adalah tidak boleh menulis sesuatu hal dengan memberikan sebuah label. Contoh penulisan seperti ini biasanya menyebutkan sebuah makanan tersebut apakah enak atau tidak enak.
Dengan memberikan label seperti itu sama saja dengan tidak menghargai makanan dari daerah tersebut. Selain itu juga tidak boleh melakukan glorifikasi atau menjelaskan sesuatu hal dengan cara di lebih-lebihkan. Kecuali apabila penulisan artikel ini dilakukan untuk hal pribadi ataupun penulisan pribadi.
Sebaiknya dalam menulis artikel makanan harus memberikan penjelasan yang bersifat deskriptif dan juga jelas. Setiap apapun yang dirasakan ketika mencicipi sebuah makanan juga harus disertakan dengan alasannya pula.
7. Harus memiliki rasa saling menghargai dan respek terhadap daerah
Rasa saling menghargai juga harus ada dalam membuat sebuah artikel tentang makanan. Sebelum menulisnya, tentunya juga harus mencoba dan merasakan bagaimana rasa dari makanan tersebut.
Namun saat menuliskannya juga harus memberikan penjelasan yang baik dan tidak memberi statement buruk terhadap makanan yang dicoba tersebut. Hal ini karena setiap makanan juga berasal dari suatu daerah yang berbeda-beda.
Sehingga sudah dipastikan bahwa makanan tersebut juga memiliki rasa yang berbeda-beda, dan tentu saja tidak semua orang dapat menyukai ataupun tidak menyukai makanan tersebut.
Dengan adanya perbedaan ini, maka sebagai food writer harus dapat memahami, dan menghargai setiap makanan yang berasal dari daerah lain.
Nah, itulah berbagai informasi lengkap mengenai hal-hal apa saja yang harus diperhatikan sebagai food journalism. Bagaimana? Tertarik mencoba menjadi food writer?
Baca juga:
- IWF 2021: Perjalanan Karier Gina S. Noer sebagai Penulis Skenario Film
- IWF 2020: Tips Menjadi Netizen Cerdas Bermedia Sosial a la Ivan Lanin
- IWF 2020: Cara Mudah dan Bijaksana Atasi Hoaks di Media Sosia