Pandemi Covid-19 yang terjadi di hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia telah mengakibatkan suatu perubahan yang sangat besar, baik dari segi ekonomi hingga gaya hidup sehari-hari masyarakat.
Sebelum pandemi, aktivitas sebagian orang saat akan berangkat bekerja ataupun sekolah membuatnya harus bergerak, mulai dari bangun tidur, sarapan, mandi, hingga bersiap ke kantor atau sekolah.
Namun selama pandemi ini, mengakibatkan sebagian besar orang cenderung beraktivitas dalam posisi duduk dan kurang bergerak serta konsumsi gula berlebih yang membuat risiko obesitas dan diabetes meningkat sepanjang pandemi Covid-19 berlangsung.
Nah, untuk membantu Mama mengetahui alasan risiko obesitas dan diabetes meningkat selama pandemi Covid-19. Yuk simak informasinya yang telah Popmama.comrangkum di bawah ini.
1. Perubahan gaya hidup selama pandemi Covid-19 berpotensi tingkatkan risiko obesitas
Pexels.com/AndreaPiacquadio
Akibat pandemi Covid-19 yang terjadi di hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia ini telah mengakibatkan perubahan gaya hidup pada masyarakat yang cukup signifikan.
Seperti yang disebutkan oleh Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan, Elvieda Sariwati mengatakan, perubahan gaya hidup selama pandemi, seperti berkurangnya aktivitas fisik dan konsumsi gula berlebih, berpotensi meningkatkan risiko obesitas.
"Jujur saja, (selama pandemi) pasti banyak yang kurang bergerak, sering pesan makanan online, dan memilih makanan yang tinggi gula dan lemak," kata Elvieda dalam diskusi daring "Beat Obesity Community Festival" dari Nutrifood pada Kamis (4/11/2021).
Editors' Pick
2. Selain itu, kelebihan berat badan juga bisa tingkatkan risiko diabetes
Pexels.com/ArtemPodres
Perubahan gaya hidup selama pandemi seperti berkurangnya aktivitas fisik dan juga konsumsi gula berlebih bisa berpotensi meningkatkan risiko obesitas dan juga diabetes.
Elvieda mengatakan, kecenderungan tersebut memperparah tingkat obesitas di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat menjadi 21,8 persen dan prevalensi berat badan berlebih juga bertambah dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen pada 2018.
"Obesitas memiliki risiko prediabetes dan diabetes, di mana hampir 90 persen orang dengan diabetes tipe 2 ternyata mengalami masalah kelebihan berat badan atau obesitas," ujarnya.
Seperti yang diketahui, diabetes dapat menjadi pemicu utama penyakit-penyakit tidak menular lainnya seperti gangguan penglihatan, penyakit jantung, gagal ginjal, dan gangguan syaraf.
3. Masyarakat perlu waspada dan lebih bijak dengan makanan dan minuman yang dikonsumsinya
Pexels.com/OlyaKobroseva
Kecenderungan masyarakat selama pandemi ini telah mengakibatkan mereka menjadi mengonsumsi gula dalam jumlah yang tinggi, baik dari penambahan gula saat memasak, makan, dan minum maupun melalui konsumsi makanan dan minuman manis yang tinggi gula.
Oleh sebab itu, Elvieda menambahkan, masyarakat perlu menerapkan perilaku hidup sehat dengan menjalani Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan mencegah penyakit tidak menular dengan perilaku CERDIK.
Tujuh panduan GERMAS adalah melakukan aktivitas fisik, makan buah dan sayur, tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, memeriksakan kesehatan secara berkala, menjaga kebersihan lingkungan, dan menggunakan jamban.
Adapun singkatan CERDIK sebagai perilaku mencegah penyakit tidak menular adalah Cek kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.
4. Bijak dalam membaca label kemasan bisa kurangi potensi terkena obesitas dan diabetes
Pexels.com/JackSparrow
Seperti yang disebutkan oleh Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP, Koordinator Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, Badan POM RI, mengatakan, cermat membaca label kemasan pangan olahan dapat membantu masyarakat lebih bijak dalam konsumsi gula dan terhindar dari risiko obesitas.
Untuk itu, sebelum membeli suatu produk kamu harus memperhatikan terlebih dahulu empat informasi nilai gizi dalam label kemasan yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (seperti lemak, lemak jenuh, protein, garam/natrium, dan karbohidrat (termasuk gula) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.
“Idealnya, dalam sehari, masyarakat dapat mengonsumsi tidak lebih dari, gula sebanyak 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan, garam sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh, dan lemak total sebanyak 67 gram atau 5 sendok makan,” ungkap Yusra.
5. Kampanye edukasi untuk masyarakat miliki gaya hidup lebih sehat, khususnya di masa pandemi
Dok. Beat Obesity Community Festival 2021
Dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional sekaligus Hari Diabetes Sedunia yang jatuh pada Kamis, 4 November 2021. Nutrifood bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengedukasi masyarakat Indonesia melalui Festival Komunitas ‘Beat Obesity’ 2021.
Kegiatan kampanye ini telah dijalankan sejak tahun 2013 yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat untuk hidup lebih sehat, khususnya di masa pandemi ini, dengan membatasi asupan gula dan memahami sumber pemanis yang lebih baik agar terhindar dari risiko obesitas dan diabetes.
Nah, itulah rangkuman terkait alasan risiko obesitas dan diabetes meningkat selama pandemi Covid-19 ini.
Untuk itu, Mama harus lebih bijak dan hati-hati dalam memilih makanan dan minuman yang akan dikonsumsi oleh keluarga agar terhindar dari risiko obesitas dan diabetes. Semoga informasi ini membantu ya, Ma.