Permintaan Terakhir Anak 6 Tahun yang Jadi Korban Pembunuhan di Jakpus
Orang tua korban berusaha menerima kepergiannya
10 Maret 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kepergian korban berinisial APA yang tewas di tangan gadis remaja berinisial NF, pada Kamis 5 Maret lalu, masih meninggalkan luka yang mengiris hati kedua orang tua korban.
Ayah korban, Kartono, mengungkapkan bahwa ia merasa menyesal karena belum sempat memenuhi permintaan putrinya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.
Kartono juga mengaku bahwa dirinya tidak menyangka bahwa anak tetangga yang berhubungan baik dengan keluarganya tega menghabisi nyawa anaknya.
"Hubungan kedua orangtuanya baik-baik saja, istri saya juga ada urusan pekerjaan dengan istri tetangga saya itu (ibu tiri pelaku)," ungkap Kartono.
Menurut Kartono, anaknya ingin punya tas dan sepatu bergambar tokoh Elsa dalam film Frozen.
Kartono mengatakan "Rencana tahun ini kami ingin masukan ke TK, dia senang banget bahkan berkali-kali sudah minta tas Frozen."
Berikut ini adalah kondisi atau situasi setelah korban pembunuhan berinisial APA pergi untuk selama-selamanya yang telah Popmama.com rangkum:
Editors' Pick
1. Situasi rumah korban dan pelaku
Suasana gang rumah pelaku pembunuhan anak 6 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat tampak lengang.
Setengah meter dari jalan masuk gang, terlihat rumah pelaku pembunuhan yang di tempelkan garis kuning polisi.
Rumah tersebut terbuat dari kayu yang memiliki dua tingkat tersebut pun terkunci.
Di samping kiri rumah pelaku NF, terdapat rumah korban. Untuk bisa kerumah korban, orang-orang perlu naik tangga kayu yang curam menuju ke lantai dua yang merupakan tempat korban tinggal.
Menurut keterangan Kartono, saat istrinya kerja untuk ibu tiri pelaku, maka anaknya dititipkan sembari main bersama adik pelaku NF.
Kartono juga menjelaskan bahwa sehari-hari NF memang tidak banyak bicara atau bersosialisasi dengan orang lain.
"Dia hanya ngomong sama keluarganya saja," kata Kartono.
2. Orangtua korban berusaha untuk tegar dan ikhlas
Ibu dari korban terlihat sedang duduk termenung, kemudian ada tetangga yang menghampiri sambil mengucapkan kalimat yang berusaha menguatkan ibu korban.
"Ikhlaskan ya, putrinya akan jadi bidadari di surga."
Meski telah bersikap ramah, Ratnawati tetap enggan untuk diwawancarai, ia meminta agar suaminya saja yang melakukan wawancara.
Kendati demikian, ia tetap meminta maaf karena tidak bisa diwawancarai sambil tersenyum.
Kartono kemudian menceritakan kedekatan istri dan putrinya pada keluarga pelaku. Setiap hari, sang istri bahkan datang ke rumah pelaku untuk bekerja membuat makanan yang merupakan pesanan dari usaha milik mertua ibu tiri pelaku.