6 Bahaya Melakukan Anal Seks bagi Kesehatan

Seks anal adalah aktivitas seks atau praktik memasukan penis, jari, atau benda asing ke dubur

7 Oktober 2024

6 Bahaya Melakukan Anal Seks bagi Kesehatan
Freepik/8photo

Apakah semua jenis seks aman untuk dilakukan? 

Seks merupakan salah satu alat komunikasi tertinggi dalam rumah tangga. Tidak hanya alat komunikasi, seks juga bisa meningkatkan libido dan mengurangi stres. Namun sayangnya, ada aktivitas seks yang ternyata berisiko untuk dilakukan, salah satunya anal seks. 

Aktivitas seksual di sekitar area anus ini berisiko untuk perempuan dan juga laki-laki karena lapisan anus jauh lebih tipis dari pada vagina, sehingga lebih mudah rusak. Itu sebabnya area tersebut jauh lebih rentan terhadap infeksi. 

Nah, di bawah ini Popmama.com akan rangkum bahaya melakukan anal seks bagi kesehatan. Yuk, Ma! cari tahu apa saja bahayanya. 

1. Mengenal aktivitas anal seks

1. Mengenal aktivitas anal seks
Pexels/Adam Kontor

Anal seks adalah aktivitas seks atau praktik memasukan penis, jari, atau benda asing seperti vibrator ke dalam anus untuk mendapatkan kenikmatan seksual. 

Namun yang mungkin belum diketahui ialah, bahwa anal seks memiliki risiko yang mungkin tidak didapatkan pada seks pada umumnya seperti seks vaginal atau oral. Hal ini karena anus secara alami tidak melumasi dirinya sendiri untuk mengurangi ketidaknyamanan. 

2. Anal seks berbahaya karena anus tidak memiliki pelumas alami

2. Anal seks berbahaya karena anus tidak memiliki pelumas alami
Freepik/yanalya

Luka akan gesekan bisa saja terjadi saat Mama melakukan anal seks. Mengapa demikian? Karena anus tidak memiliki pelumas alami yang dimiliki vagina. Lapisan rektum juga lebih tipis dar pada vagina. 

Kuranganya pelumas serta jaringan yang lebih tipis dari vagina meningkatkan risiko robekan di bagian anus dan rektum. Selain itu, kita tahu bahwa anus adalah tempat di mana tinja dikeluarkan. Bakteri yang ada pada tinja berpotensi menyerang kulit. 

Oleh karena itu anal seks bisa meningkatkan risiko abses dubur, infeksi kulit dalam yang biasanya akan memerlukan pengobatan dengan antiobotik. 

Editors' Pick

3. Anal seks meningkatkan risiko sexually transmitted infections

3. Anal seks meningkatkan risiko sexually transmitted infections
Freepik/gpointstudio

Banyaknya bakteri yang dihasilkan dari anal seks membuat aktivitas seks ini dapat meningkatkan risiko infeksi menular seksual. Hal ini karena kulit lebih mudah robek saat melakukan anal seks sehingga memiliki peluang besar untuk menyebarkan infeksi menular seksual. 

Contoh lainnya bisa termasuk klamidia, gonore, hepatitis, HIV, dan herpes. Ini bisa menjadi kondisi jangka panjang dan perlu diperhatikan baik-baik saat berhubungan seksual, karena banyak infeksi menular seksual tidak dapat disembuhkan. 

4. Seks anal miliki risiko tinggi penularan HIV

4. Seks anal miliki risiko tinggi penularan HIV
Freepik/Racool_studio

Kenyamanan dalam berhubungan seksual setiap orangnya pasti berbeda-beda ya, Ma. Apalagi mencapai suatu kenikmatan Mama ataupun pasangan perlu mengeksplor posisi dan aktivitas sex lainnya. 

Namun untuk anal seks nampaknya perlu dipertimbangan baik-baik oleh Mama dan pasangan, mengapa? Karena menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), anal seks merupakan aktivitas seksual yang miliki risiko tertinggi untuk penularan HIV. 

Dalam anal seks reseptif, atau bottoming, HIV 13 kali lebih mungkin menginfeksi pasangan yang berada di bawah daripada pasangan insertif. Mengingat bahwa penyakit HIV tidak bisa disembuhkan, namun bukan berarti tidak ada upaya untuk mencegahnya, Ma. 

5. Anal seks meningkatkan risiko fistula

5. Anal seks meningkatkan risiko fistula
Freepik/lookstudio

Fistula merupakan jenis komplikasi yang memang jarang terjadi. Fistula sejenis robekan besar pada lapisan anus atau rektum. Fistula bisa menjadi kondisi yang serius karena memungkinkan tinja dari usus beralih ke tempat lain di tubuh.

Tinja secara alami mengandung sejumlah besar bakteri, sehingga ketika terjadi fistula, maka bakteri-bakteri dari tinja bisa lari ke bagian lain yang menyebabkan infeksi serta kerusakan. 

Biasanya ketika seseorang mengalami kondisi ini, dokter menyarankan untuk melakukan operasi. Untuk itu penting menggunakan pelumas yang tepat atau bisa menghentikan aktivitas anal seks jika mengalami rasa sakit. 

6. Tingkat inkontinensia tinja sedikit lebih tinggi ketika seks anal

6. Tingkat inkontinensia tinja sedikit lebih tinggi ketika seks anal
Pexels/Anna Shvets

Sebuah studi tahun 2016 di American yang dikutip dari laman Medical News Today mengatakan bahwa tingkat inkontinensia tinja sedikit lebih tinggi antara perempuan dan laki-laki yang melakukan seks anal dari pada yang tidak.

Jika dikerucutkan lagi, laki-laki  yang melakukan hubungan seks anal memiliki tingkat inkontinensia tinja yang lebih tinggi daripada perempuan. 

Namun dalam hal ini dokter masih mengalami kesulitan untuk membuktikan bahwa inkontinensia tinja adalah kemungkinan risiko jangka panjang dari seks anal.

7. Mengurangi risiko buruk dari seks anal

7. Mengurangi risiko buruk dari seks anal
Pexels/Pixabay

Karena semua tergantung pada pilihan masing-masing pasangan untuk mendapatkan kenikmatan dalam berhubungan seks, maka ada cara yang bisa dilakukan setidaknya sedikit lebih aman dan mengurangi risiko yang sudah disebutkan.

Pilihan pertama pasangan mama bisa menggunakan kondom saat melakukan seks anal. Selain itu, perhatikan juga jenis pelumas yang digunakan.

Pelumas berbahan dasar minyak seperti petroleum jelly dapat merusak kondom lateks. Pelumas berbahan dasar air lebih aman digunakan dengan kondom.

Demikian informasi mengenai bahaya melakukan seks anal bagi kesehatan. Semoga informasi ini dapat memberi pengetahuan Mama dan pasangan dalam memilih aktivitas seks yang aman ya, Ma. 

Baca juga: 

The Latest