Benarkah Bulu Kucing Bahaya Bagi Anak dan Ibu Hamil?

Padahal lucu, tapi kenapa bahaya ya?

4 Februari 2022

Benarkah Bulu Kucing Bahaya Bagi Anak Ibu Hamil
unsplash.com/paul_

Kucing adalah hewan peliharaan favorit banyak orang. Tingkahnya yang menggemaskan, bulu lembut, dan wajah lucu membuatnya selalu berhasil mencuri perhatian sang pemilik. Tapi tak sedikit juga yang mengkhawatirkan dampak buruk memelihara kucing pada kesehatan.

Bulu dan air liurnya disebut-sebut sebagai sarana utama penyebar virus dan bakteri.

Padahal, banyak orangtua yang mengenalkan kucing sebagai hewan peliharaan pertama bagi si Kecil. 

Manfaat baiknya pun banyak, mengajarkan anak rasa empati, kasih sayang, tanggung jawab, dan membuatnya punya teman bermain di rumah.

Mitos dan fakta yang berkembang di masyarakat soal pengaruh bulu kucing terhadap kesehatan anak juga beragam. Banyak yang bilang berbahaya karena bisa mendatangkan penyakit serius. Tapi ada juga yang menganggap kucing mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak.

Lalu mana yang benar? Mama gak usah bingung, Popmama.com kasih penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Editors' Pick

1. Bulu kucing bisa berbahaya bagi anak dan Mama

1. Bulu kucing bisa berbahaya bagi anak Mama

Dilansir dari laman satwapedia, yang berbahaya dan paling rentan timbul dari memelihara kucing adalah asma dan masalah pernapasan lainnya. Meski sudah rutin dimandikan dengan sampo khusus lalu diberi vitamin, kadang ada beberapa helai bulu kucing yang rontok. 

Jika si Meong biasa tiduran di sofa atau bahkan tempat tidur, besar kemungkinan bulu-bulu tersebut terhirup dan masuk ke saluran pernapasan.

Ibu hamil dan anak-anak adalah yang paling sering dikaitkan dengan bahaya bulu kucing.

Kenapa bulu dianggap sebagai bagian paling berbahaya?

Menjadi bagian terluar, bulu kucing adalah tempat bersarangnya virus dan bakteri. Apalagi selepas buang air, ia akan menjilati kelamin dan anusnya lalu berlanjut ke bagian tubuh lainnya. Meski beredar mitos bahwa air liur kucing mengandung antibakteri untuk menetralkan, tetap saja sebagian besar bulunya terpapar partikel kotoran.

Parasit yang dibawa kucing dari kotorannya adalah Toxoplasma gondii, cikal bakal penyakit toksoplasmosis yang paling ditakuti ibu hamil. Jika terpapar parasit ini, janin dalam kandungan terancam cacat lahir, hidrosephalus (penumpukan cairan di otak), sampai peradangan hati. Selain dari sisa kotoran, Toxoplasma gondii juga bisa berasal dari wadah makanan kucing. Bakteri dari air liur yang menempel bertahan hidup dengan memakan remah-remah makanan yang tersisa.

Pada umumnya dokter hewan dan pecinta kucing menyarankan untuk memandikan si Meong dua minggu sekali. 

Ditambah dengan vitamin dan vaksin untuk menjaganya tetap sehat. Tapi itu tidak menjamin si Meong selalu sehat, pengaruh cuaca, asupan makanan, dan interaksi dengan kucing lain bisa mendatangkan bibit penyakit.

2. Bakteri dari bulu kucing bisa akibatkan alergi serius

2. Bakteri dari bulu kucing bisa akibatkan alergi serius
Freepik

Selain penyakit dalam, bulu kucing juga berpotensi menyebabkan alergi luar. Dilansir dari kucingpedia.com, ada dua penyakit kulit serius yang bisa ditimbulkan oleh paparan bulu kucing. Pertama adalah ringworm atau lebih dikenal sebagai kurap. Awalnya berupa bintil-bintil berair yang menimbulkan rasa gatal. 

Bintil ini lama-lama membesar dengan warna coklat dan bersisik. Tak hanya gatal, luka ini juga terasa panas hingga ke lapisan kulit dalam.

Kedua, gigitan atau cakaran kucing menjadi penghantar yang baik bagi bakteri Bartonella henselae. Penyakit ini disebut juga sebagai cat scratch disease, atau alergi cakar kucing.

3. Gejala yang bisa diperhatikan

3. Gejala bisa diperhatikan
Freepik/freepic.diller

Gejalanya adalah muncul benjolan kecil dalam jangka kurang lebih 10 hari, lalu diikuti demam, mual, muntah, hingga radang. Benjolan kecil tersebut bisa juga muncul di mata, jika tangan kita baru saja mengelus bulu kucing yang membawa Bartonella henselae lalu tak sadar mengusap mata.

Meski banyak bahaya yang mengancam dengan memelihara kucing, kita tetap bisa mencegah dan mengantisipasi dengan cara yang tepat.

Rajin memandikan dan memastikan kebersihannya, membuatkan kandang yang terpisah dari bangunan rumah utama, dan selalu mencuci tangan sampai bersih setelah berinteraksi dengan kucing. Kita tidak boleh membenci kucing hanya karena mengetahui potensi penyakit yang dibawanya. Mereka tetap makhluk hidup ciptaan Tuhan yang harus disayangi.

Baca juga:

The Latest