Mana yang Lebih Baik, Susu Cair atau Susu Bubuk?
Panduan lengkap memilih susu yang baik untuk Si Kecil.
25 September 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di pasaran tersedia dua jenis susu yang bisa Mama temui. Ada susu bubuk dan susu cair dalam kemasan karton atau kaleng. Saat menentukan susu yang baik dikonsumsi Si Kecil setelah lepas ASI, Mama perlu tahu perbedaan dasar dari kedua jenis tersebut.
Banyak mitos yang sudah beredar soal lebih baik mana antara susu bubuk atau susu cair.
Katanya, susu cair lebih sehat karena nutrisinya masih sama dengan susu segar yang baru diperah. Bagaimana menurut Mama?
Penjelasan di bawah ini bisa Mama dijadikan referensi soal kandungan gizi dalam susu cair dan bubuk.
Editors' Pick
1. Susu bubuk melewati serangkaian proses yang menurunkan kandungan gizi
Dalam pembuatan susu bubuk, ada serangkaian proses panjang yang harus dilalui. Susu segar terlebih dahulu melewati evaporasi atau penguapan, kemudian homogenisasi, dan pengeringan. Selama rangkaian berlangsung, banyak zat gizi yang hilang seperti protein dan vitamin. Maka dari itu, ditambahkan serbuk protein dan vitamin dalam prosesnya.
Susu bubuk memang lebih tahan lama karena proses pengeringan yang dilakukan. Harganya juga relatif lebih murah. Tapi tentu saja zat gizinya tidak sebanyak pada susu segar.
2. Membedakan jenis-jenis susu cair
Susu cair yang Mama temui di pasaran terbagi menjadi susu pasteurisasi, susu segar, dan susu UHT. Dari ketiga jenis ini, susu UHT memiliki daya tahan paling lama karena melewati pemanasan dalam suhu tinggi (kisaran 135 derajat celsius) yang mampu membunuh bakteri di dalamnya.
Setelah itu segera dikemas dalam kemasan steril dan bisa tahan hingga setahun jika disimpan dalam keadaan tertutup dan suhu ruang.
Selanjutnya, ada susu segar yang hanya memiliki ketahanan 2 jam di suhu ruang, dan sekitar 12 jam di lemari pendingin. Susu segar hanya mengalami pemanasan singkat pada suhu 60 derajat celsius. Sehingga kandungan gizinya masih sangat baik, sama dengan susu perahan asli.
Untuk susu pasteurisasi, pemanasan dilakukan pada suhu 65-80 derajat celsius selama beberapa menit. Setelah pemanasan, segera dikemas dalam wadah steril tertutup sehingga mampu bertahan maksimal 7 hari di lemari pendingin. Kandungan gizinya sedikit lebih rendah dari susu perah dan susu segar. Harga susu pasteurisasi di pasaran sedikit lebiih mahal ketimbang susu UHT.
3. Jadi, mana yang lebih baik untuk si Kecil?
Berdasarkan penjelasan Prof. Dr. IrMade Astawan, MS dari Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, susu cair jelas lebih baik dari segi kandungan gizinya.
Sayangnya, harga susu cair lebih tinggi sehingga masyarakat lebih memilih susu bubuk. Kurangnya edukasi dari pemerintah soal perbandingan susu ini juga menjadi penyebab budaya minum susu kurang baik di Indonesia.
Tapi susu cair yang ada di pasaran hanya boleh dikonsumsi oleh anak berusia di atas 1 tahun, atau menjelang lepas ASI di usia 2 tahun. Kandungan protein dalam susu cair bersifat makromolekul atau lebih susah dicerna oleh metabolisme bayi yang masih sederhana.
Disarankan juga untuk para Mama memilih susu cair tanpa rasa atau plain. Karena tambahan perasa dan gula dalam susu mengurangi kandungan gizi asli dari susu itu sendiri.
Jika si Kecil kurang suka dengan rasanya yang hambar, Mama bisa menambahkan madu asli untuk pengganti gula.
Setelah membaca penjelasan di atas, semoga Mama terbantu dalam menentukan susu yang baik untuk si Kecil. Harga lebih mahal sedikit tentu bukan masalah jika dibandingkan dengan kesehatan si Kecil.