8 Fakta Seputar DBD yang Jarang Diketahui

Setiap manusia berpotensi terkena DBD sebanyak 4 kali

26 Juni 2024

8 Fakta Seputar DBD Jarang Diketahui
Freepik/jcomp

Demam berdarah dengue atau DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Sampai saat ini, masih sering terjadi miskonsepsi tentang DBD hingga menganggap penyakit ini tak berbahaya. 

Padahal, DBD merupakan penyakit yang bisa menjangkit siapa saja tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, dan gaya hidup. Salah satu mitos yang masih dipercaya adalah jika sudah pernah terkena DBD, maka mereka tak akan terjangkit penyakit itu lagi. 

Padahal faktanya, virus dengue terdiri dari empat serotipe, di mana jika seseorang telah terjangkit satu serotipe, masih berpotensi terjangkit serotipe lain. 

Masih banyak informasi lain mengenai fakta seputar DBD yang perlu Mama ketahui. Informasi tersebut bisa diperoleh dari rangkuman yang telah Popmama.com sajikan berikut ini. 

Disimak yuk, Ma.

Kumpulan Fakta Seputar DBD yang Jarang Diketahui

1. Nyamuk lebih sering menggigit saat cuaca panas

1. Nyamuk lebih sering menggigit saat cuaca panas
Freepik/kjpargeter

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Imran Pambudi menjelaskan suhu bumi yang semakin panas membuat nyamuk lebih sering menggigit manusia. 

Kondisi ini diperparah dengan musim kemarau yang diselingi hujan, sehingga nyamuk aedes aegypti penyebab DBD semakin mudah berkembang biak.

"Semakin panas suhu, maka nyamuk itu akan makin sering menggigit. Kalau di suhu 25 derajat celcius dia menggigitnya setiap 5 hari sekali, tetapi begitu 30 derajat celcius ke atas, dia menggigitnya bisa 2 hari sekali," ucap Imran Pambudi dalam acara Indonesia Dengue Summit 2024 yang berlangsung di Gandaria City pada Minggu, (23/6/2024).

Berdasarkan prediksi BMKG, puncak kemarau 2024 akan terjadi sepanjang Juli hingga Agustus 2024. Dalam hal ini, pemerintah dibantu juga oleh masyarakat wajib melakukan penanggulangan DBD. 

2. Fogging hanya mematikan nyamuk yang besar

2. Fogging ha mematikan nyamuk besar
chasepestcontrol.com

Pemerintah memiliki sejumlah strategi pengendalian dan pencegahan DBD termasuk melakukan intervensi pada lingkungan, vektor, dan manusia. Salah satu yang dilakukan adalah intervensi pada nyamuk. 

"Intervensi vektor dengan menggunakan zat kimia pembunuh larva, untuk fogging, serta teknologi nyamuk ber-wolbachia," ungkap Imran. 

Sayangnya, fogging hanya bisa membunuh nyamuk yang dewasa saja atau nyamuk yang bisa terbang. Fogging tak bisa membunuh larva yang merupakan salah satu siklus hidup nyamuk paling awal.

"Untuk fogging dia hanya bisa membunuh yang terbang, yang dewasa. Tetapi untuk yang menjadi larva, dia (fogging) nggak bisa, harus dilakukan abatisasi atau dilakukan dikuras, itu baru bisa mati," lanjutnya. 

Untuk membasmi nyamuk dengan maksimal, lakukan juga intervensi pada lingkungan dengan cara pemberantasan sarang nyamuk dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. 

Editors' Pick

3. Setiap manusia berpotensi terkena DBD 4 kali

3. Setiap manusia berpotensi terkena DBD 4 kali
Dok. Indonesia Dengue Summit 2024

Beberapa masyarakat banyak yang menganggap jika penyakit DBD tak berbahaya. Sebagian dari mereka berpikir, apabila sudah pernah terkena DBD maka selanjutnya bisa terbebas dari penyakit tersebut.

Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp. A(K) selaku Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) mengungkapkan, faktanya virus dengue sendiri terdiri dari empat serotipe. 

Ketika seseorang terjangkit satu serotipe, maka mereka masih bisa terjangkit serotipe kedua, ketiga, bahkan keempat. Biasanya, seseorang akan mengalami gejala yang lebih berat saat kedua kalinya terkena DBD. 

"Kalau yang kedua seringkali, karena tidak ada cross reaksi tadi jadi lebih berat. Karena antibodinya membawa virus segera masuk ke dalam sel, sehingga virusnya tambah banyak, hingga akhirnya tambah berat," ucap Sri Rezeki. 

4. DBD tak ada obatnya

4. DBD tak ada obatnya
Freepik/jcomp

Dokter Sri Rezeki menegaskan bahwa penyakit demam berdarah tak ada obatnya. Mereka yang terkena penyakit ini hanya diterapi dengan penggantian cairan tubuh serta penurun panas. 

"Jadi terus terang kalau demam berdarah tidak ada obatnya, obatnya hanya cairan sama oksigen. Dua zat kehidupan itu yang membuat dengue harus kita perhatikan, cairan dan oksigen. Jika kita bisa mengatasi itu bisa tidak menjadi berat," ungkapnya.

5. Wajib lengkapi 2 dosis vaksin Dengue agar efektif cegah DBD

5. Wajib lengkapi 2 dosis vaksin Dengue agar efektif cegah DBD
freepik/freepik

Lebih lanjut, Dokter Sri Rezeki mengungkapkan bahwa masyarakat perlu melakukan vaksin dengue agar memiliki kekebalan imunitas terhadap demam berdarah dengue (DBD).

Masyarakat yang telah memutuskan suntik vaksin, diwajibkan memenuhi dosis lengkap agar bisa efektif. Penyuntikan vaksin dengue diberikan sebanyak dua dosis dengan jarak waktu tiga bulan. 

"Jadi pakainya dua dosis dua kali dengan jarak tiga bulan. Jadi satu kali, kemudian tiga bulan lagi dosis yang kedua," ucapnya. 

Tak boleh hanya sekali, vaksinasi harus dilanjutkan dengan dosis berikutnya. Hal ini karena pada suntikan pertama hanya untuk membentuk memori sel, tidak membentuk antibodi tinggi, sehingga suntikan kedua harus dipenuhi dan juga tepat waktu. 

Kelak penerima vaksin dengue dengan dosis penuh akan memiliki kekebalan terhadap empat tipe virus dengue, yakni DENV1, DENV2, DENV3, dan DENV4. 

Sementara itu, rekomendasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), masyarakat yang bisa menerima vaksin harus memenuhi syarat dengan berusia 6-45 tahun. Di luar dari rentang usia tersebut, vaksinasi belum disarankan. 

6. Kasus kematian DBD paling banyak pada kelompok anak-anak

6. Kasus kematian DBD paling banyak kelompok anak-anak
Freepik/pch.vector

Berdasarkan data dari Kemenkes kasus kematian DBD dalam 7 tahun terakhir, ditemukan paling banyak pada kelompok usia 5-14 tahun atau kelompok anak-anak. 

Dalam hal ini peran orangtua cukup diperlukan untuk mengetahui lebih awal gejala-gejala DBD yang timbul pada anak agar bisa ditangani lebih cepat. Salah satu gejala yang timbul dari penyakit ini adalah perubahan perilaku. 

Anak yang terkena DBD biasanya mendadak terserang demam tinggi tanpa adanya batuk atau pilek terlebih dahulu. Apabila anak mengalami demam tinggi selama 3 hari, pada hari ke-4 biasanya akan turun dengan kemungkinan sembuh atau shock

"Kalau baik, anaknya segar mau makan. Tetapi kalau shock, anaknya loyo, maunya tiduran, nggak mau main," ucap Dokter Sri Rezki. 

7. Nyamuk menggigit pada pagi dan sore hari

7. Nyamuk menggigit pagi sore hari
Freepik/kwangmoop

Dokter Sri Rezeki menjelaskan bahwa ada waktu-waktu tertentu nyamuk saat menggigit manusia. Biasanya mereka akan menggigit pada pagi dan sore hari. 

Untuk waktu sore hari, biasanya terjadi pada sebelum Magrib atau sebelum pukul 18.00. Hal itu disebabkan karena perubahan cuaca di luar ruangan yang menjadi lebih sejuk, sehingga nyamuk mencari tempat yang hangat di dalam rumah. 

"Jadi kalau mau menyemprot (obat nyamuk) boleh. Tapi sebelum Magrib semprotnya, tutup. Nanti begitu selesai Magrib Anda buka nyamuknya nggak akan masuk," jelas Dokter Sri Rezeki. 

Sementara itu, waktu menggigit nyamuk pada pagi hari adalah mereka yang sudah terlanjur masuk ke dalam rumah. Yang kerap menjadi sasaran utama nyamuk di pagi hari adalah anak-anak di bawah umur yang belum sekolah. 

8. Rumah yang bersih belum tentu terhindar dari DBD

8. Rumah bersih belum tentu terhindar dari DBD
Freepik/jcomp

Nyamuk memiliki kebiasaan yang unik, bahkan nyamuk aedes lebih menyukai di air bersih. Oleh sebab itu, sekadar suasana yang bersih dan nyaman belum menjamin nyamuk tersebut hilang begitu saja. 

Masyarakat diminta rutin membasmi genangan-genangan air yang ada di sekitar rumah. Pemberantasan genangan air inilah yang menjadi fokus pencegahan penyakit DBD. 

Dengan demikian, pemberantasan DBD bukan hanya peran pemerintah saja, tapi juga masyarakat setempat. Beberapa cara yang tak boleh dilewatkan adalah melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J). 

Itulah deretan fakta seputar DBD yang jarang diketahui. Semoga informasi tersebut membantu Mama dan keluarga dalam upaya mencegah penyakit DBD, ya. 

Baca juga:

The Latest