Pelajaran Hidup dari Masalah Ernanda Putra Desainer Jersey Timnas
Ernanda Putra dinilai anti kritik usai singgung Coach Justin di platform X
2 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ernanda Putra selaku desainer jersey Timnas Indonesia 2024 menyampaikan permohonan maaf terkait cuitan yang ia lontarkan untuk pengamat sepak bola kenamaan, Coach Justin.
Duduk perkara kasus ini berawal dari kritik Coach Justin terhadap desain jersey terbaru Timnas Indonesia 2024 yang dirancang oleh Ernanda Putra.
Tak terima dengan kritik tersebut, Ernanda justru membuat cuitan yang membuat netizen menilainya sebagai sosok anti kritik.
“Justin yang gue tahu cuma Justin Hubner, Timberlake, dan Bieber. Siapalah dia tiba-tiba jadi ngomongin desain. Udahlah om lo urus saja hidupmu sendiri," tulis Ernanda.
Adu argumen antara Ernanda dan Coach Justin di media sosial semakin memanjang. Warganet pun geram dengan sikap Ernanda, terlebih sebelumnya sudah kesal dengan desain jersey Timnas yang tak sesuai harapan.
Ada sejumlah pelajaran yang bisa diambil dari permasalahan Ernanda Putra. Mulai dari sikap melontarkan dan menerima kritik hingga bagaimana adab menyelesaikan permasalahan di ranah publik.
Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa pelajaran hidup dari kasus Ernanda Putra desainer jersey Timnas Indonesia.
1. Bijak dalam menyampaikan kritik
Melalui kanal YouTube Registaco, Coach Justin selaku pengamat sepak bola kenamaan mengkritik desain jersey Timnas baru yang didesain oleh Ernanda Putra. Coach Justin menilai jersey tersebut tampak tak eksklusif karena logonya terkesan hanya sekadar ditempel.
Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan kalau logo Garuda yang terletak di sisi dada jersey terasa murahan. Bahkan, ia menganggap harga yang dibanderol untuk jersey terbaru Timnas terlalu mahal.
Jauh sebelum kasus ini muncul, kritikan sudah menuai tepat di hari peluncuran jersey baru Timnas Indonesia pada 18 Maret 2024 lalu. Meskipun beberapa di antaranya menyampaikan kritik membangun, namun sebagiannya lagi menyampaikan kritik yang menjatuhkan karya sang perancang.
Tak mudah bagi seorang desainer untuk membuat sebuah karya yang lahir dari idenya sendiri. Untuk itu, apresiasi diperlukan bagi mereka yang telah berhasil merampungkan apa yang telah ia buat.
"Saya juga manusia normal yang bisa tersinggung dan tidak luput dari emosi ketika hasil karya yang sudah dikerjakan dengan tidak mudah dicaci maki dengan kata-kata kasar yang sudah tidak relevan," tulis Ernanda.
Pada dasarnya, Ernanda Putra selaku desainer menerima semua masukan dan kritikan yang masuk akal, tanpa bersifat menghujat, perkataan kasar, atau tanpa dasar. Dalam permohonan maafnya, ia menerima kritikan tersebut dan menjadi kesempatan untuknya berbenah di masa depan.
Editors' Pick
2. Menerima kritik tanpa harus menyinggung pihak lain secara personal
Dari sekian banyak kritik yang ditujukan oleh Ernanda Putra, ia merespons salah satu kritik dari Coach Justin lewat platform X. Dalam cuitan itu, ia nampak menyepelekan kritik Coach Justin dengan kalimat seakan-akan tak mengenal sosok pengamat sepak bola kenamaan tanah air tersebut.
"Justin yang gue tahu cuman Justin Hubner, Timberlake, dan Bieber. Siapalah dia tiba-tiba jadi ngomongin desain. Udahlah om lo urus saja hidupmu sendiri," cuit Ernanda.
Coach Justin turut merespons cuitan Ernanda yang menyinggung personalnya. Ia mengaku bahwa Ernanda adalah satu-satunya desainer yang berani melontarkan kritik balik seakan tak terima dengan masukkan dari pihak lain.
"Kenapa desainernya ngamuk-ngamuk, kan lucu gitu. Ini juga UMKM seperti Mills, Specs, kita dukung semua kok. Tapi caranya tidak pernah gue kritik Mills atau Specs, atau brand lain, dikritik balik, seperti desainernya Erspo. Dan yang lebih parah lagi, dia sudah menyerang gue secara personal. Biar netizen yang menilai," ucap Coach Justin di Instagram miliknya.
Sebelum menyampaikan permohonan maaf, Ernanda Putra memperlihatkan sikapnya yang cukup arogan terkait kritik jersey Timnas yang ia rancang. Meskipun terasa menyakitkan, ada baiknya mengontrol perasaan untuk mempertimbangkan kebenaran dari kritik tersebut.
Alih-alih bereaksi dengan amarah, warganet berharap sang desainer bisa berterima kasih pada para kritikus terkait dengan masukan yang sudah disampaikan.