Bolehkah Puasa Sunnah Syawal sebelum Mengganti Puasa Ramadan?
Pertanyaan yang kerap terlintas saat hendak puasa sunnah Syawal. Yuk cari tahu penjelasannya
17 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Amalan yang dianjurkan untuk segera dilaksanakan oleh Muslim setelah puasa Ramadan adalah puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal. Puasa sunnah tersebut merupakan penyempurnaan dari puasa Ramadan. Sebagaimana disebutkan dalam hadist Nabi shallallallahu ‘alaihi wasallam.
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” ( HR. Muslim no.1164)
Karena dilakukan pada bulan Syawal, puasa ini kerap disebut dengan puasa sunnah Syawal. Puasa sunnah ini dapat dikerjakan setelah berlalunya 1 Syawal. Seperti yang kita ketahui umat Muslim dilarang berpuasa ketika Idulfitri yang bertepatan dengan 1 Syawal.
Tidak semua muslim yang dapat melaksanakan penuh puasa ramadan selama 29 hari atau 30 hari. Sebagian ada yang tidak dapat berpuasa karena mengalami haid, nifas, sakit dan sedang melakukan perjalanan atau safar. Sementara itu puasa Ramadan yang tidak dilaksanakan tersebut wajib diqada (diganti) atau dibayar di hari lain.
Selalu menjadi pertanyaan adalah apakah puasa Syawal harus dikerjakan setelah membayar utang puasa Ramadan atau bolehkah melaksanakan sebelum mengantikan puasa Ramadan?
Berikut penjelasan yang sudah Popmama.com rangkum:
1. Dianjurkan untuk membayar utang puasa Ramadan terlebih dahulu
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait permasalahan apakah membayar puasa terlebih dahulu kemudian baru mengerjakan puasa Syawal. Namun, para ulama sepakat lebih baik mengutamakan mengqada (menganti atau membayar) puasa Ramadan dan setelah itu boleh melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal.
Diantara pendapat ulama Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah yang menjelaskan, “Seseorang harus menqada puasa Ramadan terlebih dahulu untuk mendapatkan keutamaan puasa Syawal, karena puasa Syawal beriringan dengan puasa Ramadan, yaitu keseluruhannya. Jika tidak demikian, maka tidak akan mendapatkan keutamaannya, yaitu seperti puasa sepanjang masa ( setahun puasa), jika dia tidak mengerjakan puasa karena uzur.” (Tuhfah al-Muhtaj, Jilid 3, hlm. 456).
Untuk bisa mendapatkan pahala puasa seperti satu tahun berpuasa dengan menyempurnakan puasa Ramadan dan 6 hari puasa sunnah Syawal sangat dianjurkan membayar utang puasa terlebih dahulu.
2. Boleh mengerjakan puasa sunnah Syawal terlebih dahulu jika ada uzur seperti memiliki banyak utang puasa
Bagaimana jika tidak punya cukup waktu untuk mengerjakan amalan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal karena sebab tertentu seperti memiliki utang puasa yang banyak, entah itu 14 hari atau 20 hari dan sebagainya.
Pendapat mayoritas ulama membolehkan selama tidak melalaikan dalam hal mengantikan puasa Ramadan. Hal ini karena qada Ramadan bisa dilakukan hingga pada bulan Syakban. Adapun puasa enam hari tersebut keutamaannya hanya bisa didapatkan ketika di bulan Syawal.
Imam al-Nawawi rahimahullah menjelaskan : “Mazhab Imam Malik, Abu Hanifah, al-Syafi’i, Ahmad, dan jumhur ulama salaf, serta yang setelahnya adalah qada Ramadan bagi orang yang tidak berpuasa karena uzur (halangan/kondisi tertentu), seperti di antara contohnya haid dan safar, wajib disertai dengan senggang waktu. Tidak disyaratkan untuk bersegera sebisa mungkin pada awal waktu.” (Syarh Shahih Muslim, Jilid 8, hlm. 22–23)
Editors' Pick
3. Tidak harus dikerjakan secara berurutan selama 6 hari
Tidak ada keterangan keharusan untuk melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal secara berurutan. Puasa Syawal dapat dikerjakan terpisah atau berturut-turut selama masih berada di bulan Syawal tetap memperoleh keutamaan puasa setahun penuh.
Pendapat para ulama yang menyatakan bolehnya puasa Syawal tanpa berurutan dan tetap mendapatkan keutamaannya sama dengan puasa Syawal dijelaskan oleh syaikh Abdul Aziz bin Baz, “Puasa enam hari di bulan Syawal telah sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan boleh mengerjakannya secara mutatabi’ah (berurutan) atau mutafarriqah (terpisah-pisah). Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan puasa Syawal secara mutlaq (baca: tanpa sifat-sifat tambahan) dan tidak disebutkan harus berurutan atau harus terpisah-pisah. Beliau bersabda: ‘Barangsiapa yang puasa Ramadan lalu diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, ia mendapatkan pahala puasa setahun penuh‘ (HR. Muslim dalam Shahihnya).” (Majmu’ Fatawa wa Maqalah Mutanawwi’ah, 15/391)
4. Tidak masalah melakukan niat puasa setelah terbit fajar
Jika puasa wajib Ramadan disyaratkan untuk melakukan niat pada malam hari atau sebelum terbit fajar, namun untuk puasa sunnah tidak mengapa menghadirkan niat puasa ketika matahari sudah terbit. Hal ini juga berlaku bagi puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal.
Mayoritas berpendapat karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan hal tersebut. Sebagaimana dalam hadist Aisyah radhiyallahu ‘anha,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadaku pada suatu hari: ‘Wahai Aisyah, apakah engkau memiliki sesuatu (untuk dimakan pagi ini?)’. Aku menjawab: ‘wahai Rasulullah, kita tidak memiliki sesuatupun (untuk dimakan)’. Beliau lalu bersabda: ‘kalau begitu aku akan puasa.’” (HR. Muslim no. 1154).
Niat puasa Syawal dapat dilakukan setelah sholat subuh. Adapun terkait niat tersebut dilakukan di dalam hati dan tidak dilafalkan dengan suara keras.
5. Bisa dilaksanakan ketika hari Jumat
Puasa di hari Jumat bagi muslim hukumnya makruh dan dilarang. Pelarangan puasa di hari Jumat berdasarkan hadist Nabi shallallahu 'alahi wasallam.
Dari Juwairiyah binti Al Harits radhiyallahu ‘anha, “Janganlah khususkan malam Jum’at dengan shalat malam tertentu yang tidak dilakukan pada malam-malam lainnya. Janganlah pula khususkan hari Jum’at dengan puasa tertentu yang tidak dilakukan pada hari-hari lainnya kecuali jika ada puasa yang dilakukan karena sebab ketika itu.” (HR. Muslim no. 1144)
Namun jika diikuti puasa sebelum atau sesudahnya atau bertepatan dengan kebiasaan berpuasa seperti puasa Daud dan Syawal tentu tidak makruh.
Sebagaimana Imam Nawawi mengatakan bahwa dimakruhkan puasa hari jumat saja, kecuali jika bertepatan dengan kebiasaan puasanya.
Sehingga, jika puasa hari jumat itu disambung dengan puasa sehari sebelum atau sehari sesudahnya atau bertepatan dengan puasa lainnya, seperti orang yang nadzar akan berpuasa jika dia sembuh, dan ternyata dia nadzar puasanya bertepatan di hari Jumat, maka hukumnya tidak makruh. (Syarah Shahih Muslim, 8/19)
Jadi tidak mengapa melakukan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal ketika memulainya di hari Jumat.
6. Boleh membatalkan puasa tanpa sebab
Berbeda dengan puasa wajib Ramadan yang dilarang membatalkan puasa begitu saja tanpa ada uzur syar'i, untuk puasa sunnah dibolehkan membatalkan ada atau tidaknya uzur syar'i. Hal tersebut juga berlaku untuk puasa 6 hari di bulan Syawal.
Aisyah radhiallahu’anha, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suatu hari masuk ke rumah dan bertanya: ‘Wahai Aisyah, apakah engkau memiliki sesuatu (untuk dimakan)?’. Aisyah menjawab: ‘tidak’. Beliau bersabda: ‘kalau begitu aku akan berpuasa’. Kemudian di lain hari beliau datang kepadaku, lalu aku katakan kepada beliau: ‘Wahai Rasulullah, ada yang memberi kita hadiah berupa hayis (sejenis makanan dari kurma)’. Nabi bersabda: ‘kalau begitu tunjukkan kepadaku, padahal tadi aku berpuasa’. Lalu Nabi memakannya” (HR. Muslim no. 1154).
Nah itu penjabaran mengenai puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal. Semoga menjawab keraguan Mama yang hendak melaksanakan puasa sunnah Syawal. Yuk, mumpung masih berada di bulan Syawal mari mendulang pahala dengan mengerjakan amalan puasa sunnah tersebut.
Baca juga :
- Beginilah Adab dan Tata Cara Berbuka Puasa sesuai Sunnah Nabi
- Kerap Dilakukan sebelum Ramadan, Ini Ziarah Kubur Sesuai Sunnah Nabi
- 7 Amalan Sunah di Bulan Syawal yang Bikin Pahala Semakin Berlimpah