Mama Harus Tahu, Cara Jadi Pemimpin Perempuan yang Sukses dan Dinamis
Bisa jadi diri sendiri dan kamu tetap pemimpin perempuan yang baik
13 Maret 2021

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Perempuan bisa menjadi apa saja, termasuk pemimpin. Popmama.com punya tips bagaimana menjadi pemimpin yang sukses dan tetap dinamis.
Meski banyak perempuan yang menguasai di bidang wirausaha, namun masih ada ketidaksetaraan gender yang terjadi.
Mulai dari jenis usaha yang digeluti perempuan, sektor yang dipilih, hingga pengembangan usahanya yang mandek.
Belum lagi, jika menjadi pemimpin baik itu founder atau CEO menjadi momok tersendiri bagi para perempuan. Seperti yang dikatakan oleh Head of Programmes UN Women Indonesia, Dwi Yuliawati Faiz dalam acara Peluncuran Program Kolaborasi antara Danone Indonesia, Stellar Women, dan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) untuk "Stellar Women Entrepreneurship Academy", bahwa stereotip bisnis adalah untuk laki-laki.
"Sehingga banyak perempuan berada di sektor usaha mikro dan produktivitasnya rendah," lanjut Dwi.
Padahal, perempuan sangat bisa mengembangkan bisnis dan menjadi pemimpin bisnis tersebut. Seperti apa saja caranya?
Yuk cari tahu!
1. Menjadi pemimpin dengan profesional
"Jangan sampai kita berada di posisi tertentu karena menganggap berhak atas gender, atau karena saya perempuan," ujar VP General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto dalam acara yang sama.
Penting sekali mengedepankan profesionalisme dalam berbisnis dan juga dalam memimpin agar tidak menimbulkan bias. Di mana banyak anggapan bahwa perempuan yang jadi pemimpin biasanya cerewet dan sulit membuat keputusan.
"Kita bisa mengubah stereotip tentang perempuan sendiri, kita bukan super woman, kita punya kendala, dan kita punya keinginan," lanjut Vera.
Untuk menjadi pemimpin, memang harus mengatur banyak hal, lakukanlah secara profesional sehingga orang lain bisa menghargaimu dan memandangmu sebagai pemimpin yang memang kompeten.
Editors' Pick
2. Tidak perlu menghilangkan feminine trait
Menurut Executive Director IBCWE, Maya Juwita, dalam menjadi pemimpin, perempuan punya 2 tantangan atau yang disebutnya dengan double burden.
"Menjadi pemimpin dikatakan harus tegas, bisa mengambil risiko dan keputusan yang tidak enak. Nah, jika perempuan melakukan ini, maka dianggap tidak lembut seperti perempuan," kata Maya.
Sementara, Maya melanjutkan, jika memimpin dengan lembut, detail, dan penuh pengertian maka dianggap sebagai pemimpin yang lembek dan tidak tegas.
"Inilah yang disebut sebagai double burden. Padahal tidak perlu seperti itu," lanjutnya.
Cara memimpin seseorang bisa berbeda, sesuai dengan sifat dan karakteristik seseorang. Namun kamu tak perlu terbentuk stereotip apakah harus feminin atau tegas.
"Kamu bisa tetap mengedepankan feminine traits tanpa harus menjadi terlalu lemah, dan sebaliknya," pungkasnya.