5 Tanda Bos Toksik yang Harus Diketahui Karyawan
Suka mengatur berlebihan dan emosian itu tandanya
7 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selain gaji yang sesuai, atasan yang baik juga jadi impian bagi para pekerja. Sayangnya, masih ada atasan atau bos yang punya sifat toksik.
Tidak banyak karyawan yang bisa tahu seperti apa sifat dan karakter atasan mereka. Namun seiring berjalannya waktu dan intensitas waktu bekerja sama, terlihatlah seperti apa sebenarnya sang bos.
Memiliki atasan yang toksik tak hanya melelahkan jiwa, namun juga bisa menghambat karir kamu.
Agar bisa jadi pertimbangan, Popmama.com akan menjabarkannya untuk kamu seperti dilansir dari Forbes.
1. Membuat target dan deadline yang tidak realistis
Apakah kamu sering merasa sakit kepala setelah meeting rutin? Apalagi saat melihat target dan deadline yang sering tak masuk di akal.
Bagaimanapun usulan kamu, biasanya tak didengar oleh bos. Ia hanya peduli dengan target dan tak mau tahu bagaimana cara kamu mencapainya.
Sudah proyeknya dadakan, kerjaannya super banyak, ditambah lagi dengan perubahan yang suka datang tiba-tiba. Sehingga, kamu sering dihantui perasaan tidak nyaman dan deg-degan saat menanti review feedback dari atasan.
Ini bisa jadi salah satu tanda kamu memiliki bos yang toksik.
Editors' Pick
2. Sering menyalahi otoritas
Atasan yang toksik terkenal suka menyalahi otoritas. Mereka sering menggunakan privilege untuk kepentingan yang tidak semestinya. Sering juga merasa lebih tinggi sehingga enggan disalahkan. Dengan mudah melempar kesalahan ke orang lain.
Menurut kepala marketing di Scooter Guide, Daniel Foley, ciri atasan yang toksik adalah saat ucapannya tidak sesuai dengan tindakan.
Ia bisa saja keras pada bawahan dan memberikan beragam aturan serta pekerjaan untuk mereka, namun kenyataannya sering lalai melakukan tugas dan malah melimpahkan pada orang lain.
3. Memiliki intelegensi emosi yang rendah
Atasan yang punya masalah dengan emosi mereka cenderung memiliki pengaruh buruk bagi tim dan perusahaan secara keseluruhan. Lihat lagi, apakah atasan kamu sering membuat keputusan terburu-buru tanpa memikirkan jangka panjang? Ini bisa jadi salah satu tandanya.
Keputusan tiba-tiba karena ingin menyelamatkan diri berpengaruh pada suasana kerja yang penuh tekanan dan alur kerja yang berantakan.
Selain itu, atasan yang punya intelegensi emosi yang rendah akan cenderung mengambil keputusan gegabah yang berujung mengacaukan kerja timnya. Saat ia kena teguran, ia akan kembali memarahi bawahannya.
4. Mereka membuatmu merasa selalu ingin resign
Sering merasa lelah bekerja meski sebenarnya senang sekali dengan karir yang tengah dimiliki? Mungkin masalahnya ada di atasan kamu.
Menurut studi yang dilakukan oleh Pearson and Porath, 12% dari peserta studi ini mengundurkan diri dari pekerjaan atau resign karena sikap atasannya. Sementara 63% dari mereka menghabiskan waktu yang sebenarnya tidak perlu untuk menghindari limpahan masalah dari bos.
Terakhir, sekitar 75% karyawan merasakan loyalitas ke bosnya menurun setelah menyadari bahwa atasannya toksik.
5. Selalu mengatur hampir di setiap aspek kehidupanmu
Sudah sewajarnya jika atasan mengatur bawahan. Namun tidak semua aspek bisa diatur olehnya. Ada beberapa hal yang merupakan sepenuhnya hak kamu. Seperti contoh, jam pulang kantor saat pekerjaan sudah selesai, atau hak untuk cuti, atau bahkan saat butuh izin karena urusan pribadi.
Menurut kepala operasional di Force by Mojio, Daviat Dholakia, sangat wajar jika seorang manager memiliki hubungan komunikatif dengan timnya.
Namun yang tidak wajar adalah ketika ia ingin tahu seluruh kehidupanmu, agar bisa mengatur untuk bekerja dengan lebih maksimal.
Kamu boleh tidak menjawab saat ditanya alasan ingin cuti. Kamu juga boleh mendapatkan hak untuk izin sakit dan tidak mengangkat telepon di hari sedang off. Bahkan, kamu boleh tidak menjawab pesan atau telepon di luar jam kerja, karena itu memang hak kamu.
Sayangnya, tidak semudah itu menyingkirkan atau menghindar dari bos yang toksik. Karena perusahaan tidak terlalu memikirkan detail masalah dan hanya fokus pada pencapaian saja.
Jika kamu sudah merasa cukup lelah dengan atasan yang toksik, apalagi jika sampai mengganggu kesehatan mental dan fisik, jangan ragu untuk mencari tempat yang lebih baik. Bagaimanapun, kesehatan diri kamu lebih penting dari segalanya.
Baca juga:
- 6 Alasan Mengapa Kamu Harus Resign dari Kantor
- 6 Inspirasi Outfit ke Kantor a la Drama Korea
- 5 Cara Bijak Hadapi Bos di Kantor yang Gampang Marah